PENGEMBANGAN DAKWAH
BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah merupakan tugas bagi setiap
umat Islam yang dalam menjalaninya tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
Di lapangan begitu banyak persoalan dan tantangan. Mulai dari masalah
ketidaktahuan umat terhadap syari’at hingga perselisihan antar umat Islam dan
antar umat beragama. Disamping itu, saat ini zaman telah berkembang sedemikian
rupa. Perkembangan budaya, ekonomi, pemerintahan, dan teknologi yang tumbuh
begitu pesat. Bila dakwah Islam tak mampu mengikuti perkembangan zaman, tak
menutup kemungkinan ia hanya akan terdampar di musieum peradaban. Dakwah hanya
akan menjadi wacana dan kenangan semata, tanpa memperlihatkan pengaruhnya bagi
umat dan dunia.
Untuk menghadapi hal tersebut perlu
adanya pengorganisasian dan perencanaan yang baik, atau disebut juga dengan
strategi. Sehingga dalam meleburkan diri dalam aktivitas dakwah, seorang da’i
tak hanya berbekal keberanian dan keimanan saja. Karena perjuangan apapun bila
tanpa strategi, akan terkalahkan dan kandas di tengah jalan.
Oleh sebab itu Dakwah Islam haruslah
fleksibel, mampu mengikuti perkembangan zaman, perkembangan umat, dan
perkembangan budaya umat. Untuk itu diperlukan strategi untuk mencapai hal
tersebut, dengan kata lain begaimana kegiatan dakwah tersebut dikelola dengan
memperhatikan fungsi menejemen yang profesional dan proporsional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengembangan Dakwah
Dakwah adalah sesuatu suatu kegiatan
penyampaian ajaran islam dari seseorang kapada orang lain yang berarti termasuk
tingkah laku manusia sebagaimana yang diselidiki dengan metode linear diatas.
Aktifitas dakwah seperti ini telah ada sejak berabad-abad yang lampau sampai
sekarang. Sejak diturunkanya rosulullah dipermukaan bumi ini dakwah telah
dilaksanakan dan itu berlangsung sampai sekarang dengan berbagai variasinya.
Dengan kenyataan diatas maka suatu
penyelidikan mengenai dakwah atau problemmatikanya
menajdi suatu ilmu pengetahuan tentang dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu
tersebut maka penyelidikannya dapat dilakukan secara historis maupun[1]
secara empiris.
a. Penyelidikan
Historis
Metode sejarah historis itu adalah
menganalisis kedudukan keadaan yang terdapat sekali berlalu dengan menyatakan
kausalitas atau sebab-akibatnya. Meneliti peristiwa-peristiwa, proses-proses
dan lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam dengan tujuan untuk
mendapatkan untuk gambaran yang tepat tentang kehidupan manusia waktu itu.
Bentuk-bentuk sosial sekarang, kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita
mempunyai akar-akarnya di masa lalu, karena itu dasar cita tersebut dapat
diterangkan dengan paling baik melacaknya kembali dari sumber-sumbernya. Yang
menjadi sorotan utama adalah dalam penyelidikan historis dakwah ini adalah
bentuk-bentuk dakwah yang telah dilaksanakan pada masa lampau terutama dakwah
pada masa-masa Rasulullah, dakwah pada masa khulafaurrosyidin serta dakwah pada
masa berikutnya baik di masa kejayaan islam maupun kemerosotannya. Dakwah islam
yang ada sekarang ini mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah islam pada
masa-masa silam tersebut.
b. Penyelidikan
empiris
Penelitian empiris ini ditujukan
kepada segala bentuk aktifitas dakwah islam yang dilaksanakan pada saat ini
dengan segala problematikanya. Data-data yang lengkap mengenai dakwah yang
telah dipeorleh baik secara historis maupun secara empiris kemudian dianalisis
sehingga menelorkan beberapa teori tentang dakwah yang dikembangkan lebih
lanjut dalam ilmu dakwah. Segi-segi dakwah yang disoroti dalam penelitian ini
adalah mengenai unsur-unsur yang mesti ada dalam setiap pelaksanakan dakwah
yaitu mengenai subjek dakwah (da`i), penerima dakwah, isi dakwah, media dakwah,
serta pengaruh yang ditimbulkanya[2]
terhadap sikap dan tingkah laku keagamaan individu dan masyarakat yang menerimanya
(internalisasi nilai-nilai agama).penelitian secara historis dan empiris
mengenai dakwah dengan unsur-unsurnya diatas sudah barang tentu memerlukan ilmu
bantu antara lain penelitian,(metodologi riset) dan untuk mempermudah dan
mempertajam analisisnya dapat dipakai ilmu sosial yang lain seperti sosiologi,
antropologi, psikologi dan sebagainya yang disesuaikan dengan permasaalahan
yang dikaji.
Setiap ilmu termasuk didalamnya ilmu
dakwah memiliki segi statika dan segi
dinamika. dalam hal diatas menjelaskan: IlmuPengetahuan itu dikatakan mempunyai
segi statikanya yang berupa suatu sistem tertentu yang terdiri dari
pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Sedangkan ditinjau dari segi dinamikanya ilmu
pengetahuan itu merupakan suatu usaha berlangsung terus-menerus untuk mencapai
kebenaran ilmiah dan kebahagiaan umat manusia.
Tentunya pengembangan yang dimaksud
adalah pengembangan yang terarah dan bermetodik artinya menggunakan metode
penelitian ilmiah yang sudah ada, karena pengembangan ilmu hanya dapat
dilakukan dengan penelitian baik melalui library research (riset kepustakaaan),
maupun field research (riset lapangan/empiris).
B. Metode
Pengembangan Ilmu Dakwah
Secara umum metode penyelidikan
ilmiah dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan” disebutkan dua metode yaitu:[3]
a. Metode
siklus empirik, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang
dialakukan dalam ruang-ruang tetutup, seperti dalam laboratorium-laboratorium,
dalam kamar-kamar kerja ilmiah, dalam studio-studio
ilmiah dan sebagainya.
b. Metode
Linier, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang terdapat
dan dilakukan di alam terbuka, khususnya yang menyangkut perikehidupan atau
tingkah laku manusia.
Strategi dakwah yang dipergunakan di
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah, agar proses dakwah
dapat mengena sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah. Beberapa
asas dakwah yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut :
a. Asas
filosofis. Asas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas dakwah;
b. Asas
kemampuan dan keahlian da’i;
c. Asas
sosiologi. Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik, pemerintah setempat, mayoritas agama
di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio-kultural sasaran dakwah dan
sebagainya;
d. Asas
psikologis. Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan
manusia. Seorang da’i adalah menusia, begitupun saran dakwahnya yang memiliki
karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah
agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput
dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya; dan
e. Asas
efektifitas dan efisiensi. Asas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah
harus berusaha menyeimbangakan antara biaya, waktu maupun tenaga yang
dikeluarkannya dengan pencapaiaan hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan
tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain
ekonomis biaya, tenaga dan waktu, tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal
mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Dengan mempertimbangkan asas-asas
sebagaimana tersebut diatas, seorang da’i tinggal memformulasikan dan
menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek
dakwah.
C. Urgensi
Strategi Pengembangan Dakwah
a. Argumen
Teoritis
Filosofi dakwah adalah usaha
perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi, erat kaitannya dengan perbaikan
(ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan. Perbaikan pemahaman, cara
berpikir, sikap, dan tindakan (aktifitas). Dari pemahaman negatif, sempit, dan
kaku berubah menjadi positif dan berwawasan luas. Dari sikap menolak (kafir),
ragu (munafik), berubah [4]menjadi
sikap menerima (iman), denan jalan ilm al-yaqin, haqqu al-yaqin menuju al-ain
al-yaqin. Dari sikap iman emosional, statis, dan apatis, berubah menjadi iman
rsional, kreatif, dan inovatif. Dari aktifitas lahwun, laib, laghwun yang tidak
bermanfaat, baik secara individual dan atau secara kolektif. Semua itu untuk
mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif, dinamis, dan relevan.
b. Argumen
Empiris
Kondisi mad’u akan selalu berubah
dan berkembang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan yang dihadapinya, searah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Apabila kenyataan kondisi sosial
budaya selalu berubah dan berkembang, komponen dakwah yang erat kaitannya
dengan usaha perubahan dan pembangunan perlu penyesuaian dan pertimbangan,
pengakomodiran, dan pengarahan perubahan itu ke arah yang lebih baik, bernilai,
dan lebih positif.
Walaupun teks suci (Al-Qur’an
sebagai rujukan dakwah sudah final, tidak akan turun lagi, kenyataan yang terus
berkembang menanntang dan selama manusia berada di dunia ini, persoalan dan
tantangan tidak akan final (al-an-nushush qad intahat wa al-waqa’i la tantahi).
Tantangan bagi para da’i adalah memiliki sikap kreatif dan inovatif, melalui
ijtihad dalam menjawab tantangan masa depan.
Ketika dakwah diartikan sebagai
transformasi sosial, dakwah akrab dengan teori-teori perubahan sosial yang
mengasumsikann terjadinya progress (kamajuan) dalam masyarakat. Idea of
progress (gagasan tentang kemajuan) muncul dari kesadaran manusia tentang diri
sendiri dan alam sekitarnya. Dalam konteks ini, realitas aktivitas dakwah
dihadapkan pada nilai-nilai [5]kemajuan
yang perlu direspon, diberi nilai, diarahkan, dan dikembangkan ke arah yang
lebih berkualitas. Visi, misi, aktifitas dakwah perlu dikembangkan sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan zaman.
BAB III
KESIMPULAN
Dakwah baiknya membumi dan menjadi
atmosfer bagi kehidupan masyarakat. Merembes ke ranah pembangunan, budaya,
serta mampu memahami dan mengikuti pola pikir masyarakat. Meskipun pesan dakwah
ini sudah paten yakni wahyu Allah (Al-Qur’an), namun metode penyampaian dan
kemasannya membutuhkan inovasi, kreasi, dan terorganisir sehingga dapat
mengikuti perkembangan umat.
Begitu pentingnya sebuah dakwah
Islam. Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah, “Kebenaran yang tidak
terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.
DAFTAR PUSTAKA
Omar,
Toha Yahya. (Ilmu Dakwah). Jakarta:
Wijaya.1971.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah).
Jakarta: Logos, 1997.
Toto Tasmara, (Komunikasi Dakwah). Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987.
Efendi,
Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993.
Aripudin,
Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung :
PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Asmuni Syukir, (Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam), Surabaya: Al-Ikhlas, 1998.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah), Jakarta: Logos, 1997.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah).
Jakarta: Logos, 1997. Hal. 29
[3]
Efendi,
Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993. Hal. 166
Aripudin, Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2012. Hal. 38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar