Selasa, 07 Juli 2015

MAKALAH MANAJEMEN DAKWAH (PENGEMBANGAN DAKWAH)


PENGEMBANGAN DAKWAH

BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah merupakan tugas bagi setiap umat Islam yang dalam menjalaninya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Di lapangan begitu banyak persoalan dan tantangan. Mulai dari masalah ketidaktahuan umat terhadap syari’at hingga perselisihan antar umat Islam dan antar umat beragama. Disamping itu, saat ini zaman telah berkembang sedemikian rupa. Perkembangan budaya, ekonomi, pemerintahan, dan teknologi yang tumbuh begitu pesat. Bila dakwah Islam tak mampu mengikuti perkembangan zaman, tak menutup kemungkinan ia hanya akan terdampar di musieum peradaban. Dakwah hanya akan menjadi wacana dan kenangan semata, tanpa memperlihatkan pengaruhnya bagi umat dan dunia.
Untuk menghadapi hal tersebut perlu adanya pengorganisasian dan perencanaan yang baik, atau disebut juga dengan strategi. Sehingga dalam meleburkan diri dalam aktivitas dakwah, seorang da’i tak hanya berbekal keberanian dan keimanan saja. Karena perjuangan apapun bila tanpa strategi, akan terkalahkan dan kandas di tengah jalan.
Oleh sebab itu Dakwah Islam haruslah fleksibel, mampu mengikuti perkembangan zaman, perkembangan umat, dan perkembangan budaya umat. Untuk itu diperlukan strategi untuk mencapai hal tersebut, dengan kata lain begaimana kegiatan dakwah tersebut dikelola dengan memperhatikan fungsi menejemen yang profesional dan proporsional.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengembangan Dakwah
Dakwah adalah sesuatu suatu kegiatan penyampaian ajaran islam dari seseorang kapada orang lain yang berarti termasuk tingkah laku manusia sebagaimana yang diselidiki dengan metode linear diatas. Aktifitas dakwah seperti ini telah ada sejak berabad-abad yang lampau sampai sekarang. Sejak diturunkanya rosulullah dipermukaan bumi ini dakwah telah dilaksanakan dan itu berlangsung sampai sekarang dengan berbagai variasinya.
Dengan kenyataan diatas maka suatu penyelidikan mengenai dakwah  atau problemmatikanya menajdi suatu ilmu pengetahuan tentang dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu tersebut maka penyelidikannya dapat dilakukan secara historis maupun[1] secara empiris.
a.       Penyelidikan Historis
Metode sejarah historis itu adalah menganalisis kedudukan keadaan yang terdapat sekali berlalu dengan menyatakan kausalitas atau sebab-akibatnya. Meneliti peristiwa-peristiwa, proses-proses dan lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam dengan tujuan untuk mendapatkan untuk gambaran yang tepat tentang kehidupan manusia waktu itu. Bentuk-bentuk sosial sekarang, kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita mempunyai akar-akarnya di masa lalu, karena itu dasar cita tersebut dapat diterangkan dengan paling baik melacaknya kembali dari sumber-sumbernya. Yang menjadi sorotan utama adalah dalam penyelidikan historis dakwah ini adalah bentuk-bentuk dakwah yang telah dilaksanakan pada masa lampau terutama dakwah pada masa-masa Rasulullah, dakwah pada masa khulafaurrosyidin serta dakwah pada masa berikutnya baik di masa kejayaan islam maupun kemerosotannya. Dakwah islam yang ada sekarang ini mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah islam pada masa-masa silam tersebut.
b.      Penyelidikan empiris
Penelitian empiris ini ditujukan kepada segala bentuk aktifitas dakwah islam yang dilaksanakan pada saat ini dengan segala problematikanya. Data-data yang lengkap mengenai dakwah yang telah dipeorleh baik secara historis maupun secara empiris kemudian dianalisis sehingga menelorkan beberapa teori tentang dakwah yang dikembangkan lebih lanjut dalam ilmu dakwah. Segi-segi dakwah yang disoroti dalam penelitian ini adalah mengenai unsur-unsur yang mesti ada dalam setiap pelaksanakan dakwah yaitu mengenai subjek dakwah (da`i), penerima dakwah, isi dakwah, media dakwah, serta pengaruh yang ditimbulkanya[2] terhadap sikap dan tingkah laku keagamaan individu dan masyarakat yang menerimanya (internalisasi nilai-nilai agama).penelitian secara historis dan empiris mengenai dakwah dengan unsur-unsurnya diatas sudah barang tentu memerlukan ilmu bantu antara lain penelitian,(metodologi riset) dan untuk mempermudah dan mempertajam analisisnya dapat dipakai ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan sebagainya yang disesuaikan dengan permasaalahan yang dikaji.
Setiap ilmu termasuk didalamnya ilmu dakwah memiliki segi statika dan  segi dinamika. dalam hal diatas menjelaskan: IlmuPengetahuan itu dikatakan mempunyai segi statikanya yang berupa suatu sistem tertentu yang terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Sedangkan ditinjau dari segi dinamikanya ilmu pengetahuan itu merupakan suatu usaha berlangsung terus-menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah dan kebahagiaan umat manusia.
Tentunya pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang terarah dan bermetodik artinya menggunakan metode penelitian ilmiah yang sudah ada, karena pengembangan ilmu hanya dapat dilakukan dengan penelitian baik melalui library research (riset kepustakaaan), maupun field research (riset lapangan/empiris).



B.     Metode Pengembangan Ilmu Dakwah
Secara umum metode penyelidikan ilmiah dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan” disebutkan dua metode yaitu:[3]
a.       Metode siklus empirik, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang dialakukan dalam ruang-ruang tetutup, seperti dalam laboratorium-laboratorium, dalam kamar-kamar kerja ilmiah, dalam  studio-studio ilmiah dan sebagainya.
b.      Metode Linier, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang terdapat dan dilakukan di alam terbuka, khususnya yang menyangkut perikehidupan atau tingkah laku manusia.
Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah, agar proses dakwah dapat mengena sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah. Beberapa asas dakwah yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut :
a.       Asas filosofis. Asas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas dakwah;
b.      Asas kemampuan dan keahlian da’i;
c.       Asas sosiologi. Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik, pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio-kultural sasaran dakwah dan sebagainya;
d.      Asas psikologis. Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah menusia, begitupun saran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya; dan
e.       Asas efektifitas dan efisiensi. Asas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangakan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkannya dengan pencapaiaan hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu, tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Dengan mempertimbangkan asas-asas sebagaimana tersebut diatas, seorang da’i tinggal memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.
C.     Urgensi Strategi Pengembangan Dakwah
a.       Argumen Teoritis
Filosofi dakwah adalah usaha perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi, erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan. Perbaikan pemahaman, cara berpikir, sikap, dan tindakan (aktifitas). Dari pemahaman negatif, sempit, dan kaku berubah menjadi positif dan berwawasan luas. Dari sikap menolak (kafir), ragu (munafik), berubah [4]menjadi sikap menerima (iman), denan jalan ilm al-yaqin, haqqu al-yaqin menuju al-ain al-yaqin. Dari sikap iman emosional, statis, dan apatis, berubah menjadi iman rsional, kreatif, dan inovatif. Dari aktifitas lahwun, laib, laghwun yang tidak bermanfaat, baik secara individual dan atau secara kolektif. Semua itu untuk mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif, dinamis, dan relevan.


b.      Argumen Empiris
Kondisi mad’u akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan yang dihadapinya, searah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Apabila kenyataan kondisi sosial budaya selalu berubah dan berkembang, komponen dakwah yang erat kaitannya dengan usaha perubahan dan pembangunan perlu penyesuaian dan pertimbangan, pengakomodiran, dan pengarahan perubahan itu ke arah yang lebih baik, bernilai, dan lebih positif.
Walaupun teks suci (Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah sudah final, tidak akan turun lagi, kenyataan yang terus berkembang menanntang dan selama manusia berada di dunia ini, persoalan dan tantangan tidak akan final (al-an-nushush qad intahat wa al-waqa’i la tantahi). Tantangan bagi para da’i adalah memiliki sikap kreatif dan inovatif, melalui ijtihad dalam menjawab tantangan masa depan.
Ketika dakwah diartikan sebagai transformasi sosial, dakwah akrab dengan teori-teori perubahan sosial yang mengasumsikann terjadinya progress (kamajuan) dalam masyarakat. Idea of progress (gagasan tentang kemajuan) muncul dari kesadaran manusia tentang diri sendiri dan alam sekitarnya. Dalam konteks ini, realitas aktivitas dakwah dihadapkan pada nilai-nilai [5]kemajuan yang perlu direspon, diberi nilai, diarahkan, dan dikembangkan ke arah yang lebih berkualitas. Visi, misi, aktifitas dakwah perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.





BAB III
KESIMPULAN
Dakwah baiknya membumi dan menjadi atmosfer bagi kehidupan masyarakat. Merembes ke ranah pembangunan, budaya, serta mampu memahami dan mengikuti pola pikir masyarakat. Meskipun pesan dakwah ini sudah paten yakni wahyu Allah (Al-Qur’an), namun metode penyampaian dan kemasannya membutuhkan inovasi, kreasi, dan terorganisir sehingga dapat mengikuti perkembangan umat.
Begitu pentingnya sebuah dakwah Islam. Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah, “Kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.




DAFTAR PUSTAKA
Omar, Toha Yahya. (Ilmu Dakwah). Jakarta: Wijaya.1971.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah). Jakarta: Logos, 1997.
Toto Tasmara, (Komunikasi Dakwah). Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987.
Efendi, Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993.
Aripudin, Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Asmuni Syukir, (Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam), Surabaya: Al-Ikhlas, 1998.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah), Jakarta: Logos, 1997.


[1] Omar, Toha Yahya. (Ilmu Dakwah). Jakarta: Wijaya.1971. Hal. 125
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah). Jakarta: Logos, 1997. Hal. 29
[2] Toto Tasmara, (Komunikasi Dakwah). Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987. Hal. 89

[3] Efendi, Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993. Hal. 166
Aripudin, Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012. Hal. 38

[4] Asmuni Syukir, (Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam), Surabaya: Al-Ikhlas, 1998. Hal. 289

[5] Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah), Jakarta: Logos, 1997. Hal. 199

Tidak ada komentar:

Posting Komentar