Selasa, 07 Juli 2015

MAKALAH MANAJEMEN DAKWAH (PENGEMBANGAN DAKWAH)


PENGEMBANGAN DAKWAH

BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah merupakan tugas bagi setiap umat Islam yang dalam menjalaninya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Di lapangan begitu banyak persoalan dan tantangan. Mulai dari masalah ketidaktahuan umat terhadap syari’at hingga perselisihan antar umat Islam dan antar umat beragama. Disamping itu, saat ini zaman telah berkembang sedemikian rupa. Perkembangan budaya, ekonomi, pemerintahan, dan teknologi yang tumbuh begitu pesat. Bila dakwah Islam tak mampu mengikuti perkembangan zaman, tak menutup kemungkinan ia hanya akan terdampar di musieum peradaban. Dakwah hanya akan menjadi wacana dan kenangan semata, tanpa memperlihatkan pengaruhnya bagi umat dan dunia.
Untuk menghadapi hal tersebut perlu adanya pengorganisasian dan perencanaan yang baik, atau disebut juga dengan strategi. Sehingga dalam meleburkan diri dalam aktivitas dakwah, seorang da’i tak hanya berbekal keberanian dan keimanan saja. Karena perjuangan apapun bila tanpa strategi, akan terkalahkan dan kandas di tengah jalan.
Oleh sebab itu Dakwah Islam haruslah fleksibel, mampu mengikuti perkembangan zaman, perkembangan umat, dan perkembangan budaya umat. Untuk itu diperlukan strategi untuk mencapai hal tersebut, dengan kata lain begaimana kegiatan dakwah tersebut dikelola dengan memperhatikan fungsi menejemen yang profesional dan proporsional.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengembangan Dakwah
Dakwah adalah sesuatu suatu kegiatan penyampaian ajaran islam dari seseorang kapada orang lain yang berarti termasuk tingkah laku manusia sebagaimana yang diselidiki dengan metode linear diatas. Aktifitas dakwah seperti ini telah ada sejak berabad-abad yang lampau sampai sekarang. Sejak diturunkanya rosulullah dipermukaan bumi ini dakwah telah dilaksanakan dan itu berlangsung sampai sekarang dengan berbagai variasinya.
Dengan kenyataan diatas maka suatu penyelidikan mengenai dakwah  atau problemmatikanya menajdi suatu ilmu pengetahuan tentang dakwah atau dengan maksud mengembangkan ilmu tersebut maka penyelidikannya dapat dilakukan secara historis maupun[1] secara empiris.
a.       Penyelidikan Historis
Metode sejarah historis itu adalah menganalisis kedudukan keadaan yang terdapat sekali berlalu dengan menyatakan kausalitas atau sebab-akibatnya. Meneliti peristiwa-peristiwa, proses-proses dan lembaga-lembaga peradaban manusia masa silam dengan tujuan untuk mendapatkan untuk gambaran yang tepat tentang kehidupan manusia waktu itu. Bentuk-bentuk sosial sekarang, kebiasaan-kebiasaan atau cara hidup kita mempunyai akar-akarnya di masa lalu, karena itu dasar cita tersebut dapat diterangkan dengan paling baik melacaknya kembali dari sumber-sumbernya. Yang menjadi sorotan utama adalah dalam penyelidikan historis dakwah ini adalah bentuk-bentuk dakwah yang telah dilaksanakan pada masa lampau terutama dakwah pada masa-masa Rasulullah, dakwah pada masa khulafaurrosyidin serta dakwah pada masa berikutnya baik di masa kejayaan islam maupun kemerosotannya. Dakwah islam yang ada sekarang ini mempunyai kaitan yang erat dengan dakwah islam pada masa-masa silam tersebut.
b.      Penyelidikan empiris
Penelitian empiris ini ditujukan kepada segala bentuk aktifitas dakwah islam yang dilaksanakan pada saat ini dengan segala problematikanya. Data-data yang lengkap mengenai dakwah yang telah dipeorleh baik secara historis maupun secara empiris kemudian dianalisis sehingga menelorkan beberapa teori tentang dakwah yang dikembangkan lebih lanjut dalam ilmu dakwah. Segi-segi dakwah yang disoroti dalam penelitian ini adalah mengenai unsur-unsur yang mesti ada dalam setiap pelaksanakan dakwah yaitu mengenai subjek dakwah (da`i), penerima dakwah, isi dakwah, media dakwah, serta pengaruh yang ditimbulkanya[2] terhadap sikap dan tingkah laku keagamaan individu dan masyarakat yang menerimanya (internalisasi nilai-nilai agama).penelitian secara historis dan empiris mengenai dakwah dengan unsur-unsurnya diatas sudah barang tentu memerlukan ilmu bantu antara lain penelitian,(metodologi riset) dan untuk mempermudah dan mempertajam analisisnya dapat dipakai ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, antropologi, psikologi dan sebagainya yang disesuaikan dengan permasaalahan yang dikaji.
Setiap ilmu termasuk didalamnya ilmu dakwah memiliki segi statika dan  segi dinamika. dalam hal diatas menjelaskan: IlmuPengetahuan itu dikatakan mempunyai segi statikanya yang berupa suatu sistem tertentu yang terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Sedangkan ditinjau dari segi dinamikanya ilmu pengetahuan itu merupakan suatu usaha berlangsung terus-menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah dan kebahagiaan umat manusia.
Tentunya pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang terarah dan bermetodik artinya menggunakan metode penelitian ilmiah yang sudah ada, karena pengembangan ilmu hanya dapat dilakukan dengan penelitian baik melalui library research (riset kepustakaaan), maupun field research (riset lapangan/empiris).



B.     Metode Pengembangan Ilmu Dakwah
Secara umum metode penyelidikan ilmiah dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan” disebutkan dua metode yaitu:[3]
a.       Metode siklus empirik, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang dialakukan dalam ruang-ruang tetutup, seperti dalam laboratorium-laboratorium, dalam kamar-kamar kerja ilmiah, dalam  studio-studio ilmiah dan sebagainya.
b.      Metode Linier, yaitu cara-cara penanganan sesuatu objek ilmiah tertentu yang terdapat dan dilakukan di alam terbuka, khususnya yang menyangkut perikehidupan atau tingkah laku manusia.
Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah, agar proses dakwah dapat mengena sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah. Beberapa asas dakwah yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut :
a.       Asas filosofis. Asas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas dakwah;
b.      Asas kemampuan dan keahlian da’i;
c.       Asas sosiologi. Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik, pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio-kultural sasaran dakwah dan sebagainya;
d.      Asas psikologis. Asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah menusia, begitupun saran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya; dan
e.       Asas efektifitas dan efisiensi. Asas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangakan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkannya dengan pencapaiaan hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu, tapi dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Dengan mempertimbangkan asas-asas sebagaimana tersebut diatas, seorang da’i tinggal memformulasikan dan menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’u sebagai objek dakwah.
C.     Urgensi Strategi Pengembangan Dakwah
a.       Argumen Teoritis
Filosofi dakwah adalah usaha perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi, erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan. Perbaikan pemahaman, cara berpikir, sikap, dan tindakan (aktifitas). Dari pemahaman negatif, sempit, dan kaku berubah menjadi positif dan berwawasan luas. Dari sikap menolak (kafir), ragu (munafik), berubah [4]menjadi sikap menerima (iman), denan jalan ilm al-yaqin, haqqu al-yaqin menuju al-ain al-yaqin. Dari sikap iman emosional, statis, dan apatis, berubah menjadi iman rsional, kreatif, dan inovatif. Dari aktifitas lahwun, laib, laghwun yang tidak bermanfaat, baik secara individual dan atau secara kolektif. Semua itu untuk mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif, dinamis, dan relevan.


b.      Argumen Empiris
Kondisi mad’u akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan yang dihadapinya, searah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Apabila kenyataan kondisi sosial budaya selalu berubah dan berkembang, komponen dakwah yang erat kaitannya dengan usaha perubahan dan pembangunan perlu penyesuaian dan pertimbangan, pengakomodiran, dan pengarahan perubahan itu ke arah yang lebih baik, bernilai, dan lebih positif.
Walaupun teks suci (Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah sudah final, tidak akan turun lagi, kenyataan yang terus berkembang menanntang dan selama manusia berada di dunia ini, persoalan dan tantangan tidak akan final (al-an-nushush qad intahat wa al-waqa’i la tantahi). Tantangan bagi para da’i adalah memiliki sikap kreatif dan inovatif, melalui ijtihad dalam menjawab tantangan masa depan.
Ketika dakwah diartikan sebagai transformasi sosial, dakwah akrab dengan teori-teori perubahan sosial yang mengasumsikann terjadinya progress (kamajuan) dalam masyarakat. Idea of progress (gagasan tentang kemajuan) muncul dari kesadaran manusia tentang diri sendiri dan alam sekitarnya. Dalam konteks ini, realitas aktivitas dakwah dihadapkan pada nilai-nilai [5]kemajuan yang perlu direspon, diberi nilai, diarahkan, dan dikembangkan ke arah yang lebih berkualitas. Visi, misi, aktifitas dakwah perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.





BAB III
KESIMPULAN
Dakwah baiknya membumi dan menjadi atmosfer bagi kehidupan masyarakat. Merembes ke ranah pembangunan, budaya, serta mampu memahami dan mengikuti pola pikir masyarakat. Meskipun pesan dakwah ini sudah paten yakni wahyu Allah (Al-Qur’an), namun metode penyampaian dan kemasannya membutuhkan inovasi, kreasi, dan terorganisir sehingga dapat mengikuti perkembangan umat.
Begitu pentingnya sebuah dakwah Islam. Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah, “Kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.




DAFTAR PUSTAKA
Omar, Toha Yahya. (Ilmu Dakwah). Jakarta: Wijaya.1971.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah). Jakarta: Logos, 1997.
Toto Tasmara, (Komunikasi Dakwah). Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987.
Efendi, Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993.
Aripudin, Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012.
Asmuni Syukir, (Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam), Surabaya: Al-Ikhlas, 1998.
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah), Jakarta: Logos, 1997.


[1] Omar, Toha Yahya. (Ilmu Dakwah). Jakarta: Wijaya.1971. Hal. 125
Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah). Jakarta: Logos, 1997. Hal. 29
[2] Toto Tasmara, (Komunikasi Dakwah). Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987. Hal. 89

[3] Efendi, Onong Uchjana. (Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi). Bandung : Citra Aditya Bakti. 1993. Hal. 166
Aripudin, Ecep. (Dakwah Antarbudaya). Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2012. Hal. 38

[4] Asmuni Syukir, (Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam), Surabaya: Al-Ikhlas, 1998. Hal. 289

[5] Wardi Bachtiar, (Matodologi Penelitian Ilmu Dakwah), Jakarta: Logos, 1997. Hal. 199

MAKALAH ANALISIS SOSIAL (PERUBAHAN SOSIAL)



PERUBAHAN SOSIAL
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap masyarakat , manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan –perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi  ada juga yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyaraan demikian  didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang –orang desa sudah mengenal perdagangaan, alat-alat transport modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain melalui radio, televise, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembagakemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainberkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berbeda jauh dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu,. Namun , dewasaini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, walaupun diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.
Dibawah ini kami akan memaparkan tentang perubahan-perubahan sosial, dimana dalam perubahan terdiri dari pengertian perubahan sosial, ruang lingkup perubahan sosial, faktor penyebab perubahan sosial, bentuk perubahan sosial, factor-faktor mempengaruhi jalannya proses perubahan






















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Perubahan Sosial
Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial pada kehidupan manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Perubahan akan Nampak setelah tatanan dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan yang terjadi dapat merupakan kemajuan atau mungkin justru kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai, sosial, norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, startifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, dan kpemimpinana. Dalam masyarakat maju atau masayarakat berkembang perubahan sosial berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi (Zindan, 1993).
Perubahan sosial dikalangan para sosiolog memiliki pengertian yang berbeda. Berbedanya pengertian perubahan sosial tersebut sebagai konsekuensi dari kekaburan yang sering dialami ahli sosial di dalam memberikan penjelasan tentang ruang lingkup, batasan pengertian dan aspek-aspek, terutama dalam perubahan sosial. Sebagai upaya menghindari kesulitan tersebut, maka factor utama  paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah tentang batasan dan pengertian dari perubahan sosial itu sendiri.  Menurut Wilbert Moore (1967:3) perubahan sosial sebagai perubahan sosial yang terjadi dalam “struktur sosial”dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku” dan intraksi sosial. Moore memasukan ke dalam sefinisi perubahan sosial sebagai eksperesi mengenai struktur seperti norma, nilai, fenomena kultur. Selo Soemardjan (1964) berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyrakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Roucek dan Warren (1984), mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur sosial. Sedangkan Soedjona Dirdjosiswora (1985), merumuskan definisi perubahan sosial sebagai perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur sosial, system sosial, dan organisasi sosial. Jelaslah, bahwa perubahan masyarakat dalam intinya ialah perubahan norma-norma masyarakat. Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma baru merupakan inti dari usaha mempertahankan persetuan kehidup kelompok,dengan sendirinya proses perubahan masyarakat menjadi proses diisintegrasi dalam banyak bidang, sehingga demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi yaitu: penampungan kembali dalam suatu kehidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat di mana norma-norma yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan dari masyarakat yang baru/ lebih luas (Susanto, 1985:160).[1]
II.       Ruang Lingkup Perubahan Sosial
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi bidang yang sangat luas. Sebagaimana dinyatakan Selo Soemardjan perubahan sosial adalah “ segala perubahan pada lembaga –lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat (Soekanto,2002)
Perubahan sosial meliputi berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, ekonomi, hokum, dan teknologi. Sebaliknya perubahan sosial yang terjadi dapat hanya meliputi bidang tertentu saja dan terbatas pula ke dalamnya. Misalnya, perubahan pada bidang pendidikan yang baru mencapai tarap norma dan nilai belum sampai ke tarap perilaku. Sosial dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok sosial, kelompok besar, maupun kelompok yang sangat besar. perubahan sosial pada bidang tertentu yang akan pada tingkat yang luas, misalnya tentang timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian.[2]
III.    Faktor-Faktor Perubahan Sosial
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu, apabila didetiliti lebih mendalam mengenai  sebab terjadinya suatu perubahan  masyarakat, mungkin dikarenakan adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan mungkin saja perubahan perubahan terjadi karena ada factor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti factor yang lama itu, mungkin juga masyarakat mengadakan perubahan karena terpaksa demi untuk menyelesaikan suatu factor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar.[3] Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut:
a.         Bertambahnya atau berkurangnya  penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pula jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam sturuktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatannya, missal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurannya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung berates-ratus ribu tahun lamanya di dunia ini. Hal itu sejajar dengan bertambah banyaknya manusia penduduk bumi ini. Pada masyarakat yang mata pencarian utamanya berburu, perpindah sering kali dilakukukan , yang tergantung dari persedian hewan-hewan buruannya. Apabila hewan-hewan tersebut habis, mereka akan berpindah ke tempat lainnya.
b.        Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation.[4]proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur-unsur kebudayaan baru tadi diterima. Dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian  discovery dan invention.  Discovery adalah penemuan unsur kebudayaanyang baru baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Apabila ditelaah lebih lanjut perihal penemuan-penemuan baru, terlihat ada beberapa factor pendorong yang dipunyai masyarakat. Bagi individu pendorong tersebut adalah antara lain:
ü  Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaan
ü  Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan
ü  Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyrakat.[5]

c.         Pertentangan (conflict) masyarakaterjadinya
Pertentangan (conflict) masyarakat mungkin pila menjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentanga-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.
Umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walapun diakui, tertapi mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.[6]
d.        Terjadinya pemberontak atau revolusi
Revolusi yang meletus pada oktober 1917 di rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mulamempunyai bentuk kerajaan absolut berubah menjadi dictator proletariat yang dilandasrkan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.
Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
1.        Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir besar, dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah=daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggalnya yang baru, mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alamyang baru tersebut.. kemungkinan hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
2.        Peperangan
                 Peperangan dengan Negara lain dapat juga menyebabkan  terjadinya perubahan-perubahan sosial karena biasanya Negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada Negara yang kalah. Contoh nya adalah Negara-negara yang kalah dalam perang Dunia kedua banyak sekali mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakat. Negara-negara yang kalah dalam perang Dunia seperti Jerman dan jepang mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.
3.        Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
                 Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecendrungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik, artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.


IV.    Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu: perubahan evolusi dan perubahan revolusi perubahan tak berencana dan perubahan berencana
1.   Perubahan evolusi dan perubahan revolusi
a.         Perubahan evolusi
Bahonnan (1963: 360) mengatakan bahwa evolusi adalah perubahan yang lama dengan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Dalam evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana hal ini terjadi sebagai akibat usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi-kondisi yang baru muncul, mengikuti pertumbuhan masyarakat.[7]
Inkeles (1965:31) mengolongkan tiori evaluasi menjadi tiga bentuk
ü  Unlinear theory of evalution, berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaan) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu. Bermula dari bentuk yang sederhana kemudian bentuk yang komplesks. Sampai pada tahap yang sempurna.
Peloporan tiori ini antara lain Augst Comte dan Herbert spancer. Hal senada juga di ungkap Vilfredo Pareto, yang mengemukakan Cyclical Theories. Ia berpendapat, bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran dimana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang Pitrim A Sorokin (1957) berpendapat bahwa masyarakat berkembang melalui tahap yang masing-masing didasarkan pada suatu system kebenaran ia membedakan dalam tiga tahap yaitu:
·      Yang dasarnya adalah kepercayaan
·      Dasarnya adalah panca indra manusia
·      Dasarnya adalah kebenaran
ü  Universat Theory of  Evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap tertentu yang tetap kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evaluasi tertentu.
ü  Multilined Theories of  Evolution
Teori ini berfokus pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evoluasi masyarakat: misalnya penelitian tentang pengaruh sisitem mata pencarian dari system berburu kepertaniaan. Tahap system kekeluarga dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.      Perubahan revolusi
Perubahan yang bersifat revolusi dimana perubahan berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya: secara sosialogi, perubahan revolusi dapat diartikan sebagai perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relafif cepat perubahan tersebut dapat terjadi karena sudah ada perencanaan sebelumnya atau mungkin tidak berguna sekali. Perubahan revolusi sering kali diawali oleh ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan: ketegangan itu sulit untuk dihindari bahkan tidak bisa dikendali sehingga kemudian menjelma dengan terjadi tindakan revolusi. Unsur-unsur pokok dari revolusi adalah sipat berikut:
ü Adanya perubahan cepat: ukuran kecepatan revolusi ngansangat relative. Hal ini karena revolusi dapat memakan waktu yang lama misalnya: Revolusi industry di inggris yang mana perubahan berlangsung dari tahap produksi  tanpa mesin ke tahap produksi dengan mesin sehingga revolusi di inggris dianggap cepat.
ü Perubahan tersebut menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan  masyarakat misalnya perubahan di inggris tersebut dapat dikatakan sebagai revolusi karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti hubungan antara majikan dengan buruh yang system kekeluargaan. Menurut Soekanto(2002:314) syarat terjadinya revolusi adalah sebagai berikut:
·      Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan–perubahan pada unsur struktur sosial yang tidak membawa pengarah langsung atau pengaruh yang bagi masyarakat: misalnya perubahan model pakaian , perubahan itu hanya akan mengubah industry pakaian. Sehingga tidak berpengaruh diseluruh sector kehidupan , termasuk perubahan lembaga masyarakat.
Perubahan besar adalah perubahan yang akan membawa pengaruh pada perubahan lembaga kemasyarakatan , misalnya perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industry akan membawa perubahan diseluruh sector kehidupan termasuk perubahaan lembaga kemasyarakatan.
c.    Perubahaan yang direncanaakan dan yang tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan yang didasarkan pada perencanaan yang matang oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan tersebut.
V.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
1.        Factor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
Dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat factor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi, factor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:



a.         Kontak dengan kebudayaan lain
Ralp Linton (1936) mengatakan, bahwa salah satu prosese yang menyangkut kontak dengan kebudayaan lain adalah difusi. Ia mengertikan difusi sebagai proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan individu ke individu yang lain dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain, sehingga dapat dihimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Difusi berperan dalam menyebarkan penemuan baru pada masyarakat luas, sehingga seluruh manusia menikmati manfaatnya( Soekanto,2002:362). [8]
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi masyarakat antara lain, yaitu:
1)   Adanya kontak masyarakat-masyarakat tersebut.
2)   Kemampuan untuk mendemonstrasikan kemanfaat penemuan baru tersebut
3)   Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.
4)   Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru tersebut
5)   Peran masyarakat yang menyebabkan penemuan-penemuan baru di dunia ini.
6)   Paksaan dapat juga dipergunakan untik menerima suatu penemuan baru.
b.    System pendidikan formal yang maju
Pendidikan mengajarkan aneka macam kemapuan kepada individu, pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.[9]
c.    Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya baru. Di Indonesia juga dikenal system penghargaan yang tertentu, walapun masih dalam arti yang sangat terbatas dan belum merata.
d.   Teloransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (devition), yang bukan merupakan delik
e.    System terbuka lapisan masyarakat (open stratification)
System ini memungkin adanya mobilitas sosial vertical yang luas atau berarti memberikan kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
f.     Penduduk yang hetrogen
Masyarakat yang hetrogen dan segala hal akan mempermudah terjadinya pertentangan yang akhirnya berujung sebagai pendorongan bagi terjadinya perubahan dalam masyarakat.
g.    Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Ketidakpuasaan yang berlangsung terlalu lama dalam masyarakat memungkinkan timbulnya revolusi.
h.    Orentasi kemasa depan
i.      Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

2.        Factor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahaan
Soekanto (2002:330) menyebutkan, setidaknya ada 10 faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu:
a.         Kuranganya hubungan dengan masyarakat lian
b.        Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Hal ini juga biasaanya terjadi pada masyarakat yang ter isolir
c.         Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
d.        Rasa takut akan terjadinya kegoyahaan pada integrasi kebudayaan
e.         Prasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup
f.         Hambatan –hambatan yang bersifat ideologis. Setiap usaha perubahan pada unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang melawan ideology masyarakat.
g.        Adat atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakatdi dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
h.        Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya baruk dan tidak mungkin diperbaiki













BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalammya, nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok masyarakat. Dimana dalam perubahan sosial ada paktor pendorang seperti, pendidikan formal yang maju, menghargai inovasi, kontak dengan kebudayaan dan lain-lain, selain factor pendorong juga  ada  faktor yang menghambat perubahan seperti: kurangnya hubungan dengan masyarakat, pengembangan pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional dan lain-lain


















DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,2007, Nahdlatul Wathan dan perubahan sosial, penerbit STIT Nurul Hakim Press dan Genta Press: Yogyakarta.
Selo Soemardjan,”Pengembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia dari 1945 sampai 1965”. Research di Indonesia 1945-1965, jilid IV. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (ed). Setangkai bunga sosiologi . Jakarta : Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974
Basrowi, Pengantar Sosiologi, Penerbit: Ghalia Indonesia.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Penerbit Universitas, 1965
Soerjona Soekanto, Teori Sosiologi Tentang  Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia





[1] Baharuddin, sosiologi suatu pengantar, hlm,119-121
[2] Baharuddin,sosiologi suatu pengantar,hlm,121-122
[3] Selo Soemardjan dan Seolaeman Soemardi, op.cit., him. 489. Mac lver dan page dalam bukunya society,an introductory analysis, menyebutkan lingkungan alam fisik, factor teknologi dan factor kebudayaan sebagai penyebab perubahan-perubahan. Lihat hlm, 509,531,542,574 dari buku tersebut
[4] Koentjaraningrat, pengantar Antropologi, (Jakarta: penerbit Universitas, 1965) hlm 135 dan sererusnya
[5] Ibid, hlm 137
[6] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu penghantar,hlm, 280
[7] Basrowi, pengantar sosiologi, hlm 162-165
[8][8] Baharuddin, sosiologi suatu pengantar, 132-133
[9] Soerjono Soekanto,sosiologi suatu pengantar, hlm,285