Rabu, 08 Juli 2015

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA




MANAJEMEN SUMBER DAYA MASYARAKAT
“PERENCANAAN PROGRAM MASYARAKAT”

DI SUSUN OLEH :
SONIA SWASTIKA (153.133.039)





PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam PENGEMBANGAN MASYARAKAT khususnya dalam konteks PERENCANAAN PROGRAM MASYARAKAT.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.




                                                                                                                      Mataram,24 April 2014

                                                                                                                                   Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seringkali melibatkan perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan social (social well-being) masyarakat. Sebagai kegiatan kolektif,pemberdayaan masyarakat, melibatkan beberapa actor, seperti pekerja social, masyarakat setempat, lembaga donor, serta instansi terkait yang saling bekerjasama mulai dari perancangan,pelaksanaan,sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut. Membangun masyarakat dan memberdayakan rakyat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan yang perumusannya dilakukan melalui perencanaan program.Hakekat perencanaan social,model perencanaan,dan proses perencanaan program adalah tiga tema yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apakah hakekat dari perencanaan social dalam perencanaan program masyarakat?
2.      Bagaimana model perencanaan program masyarakat?
3.      Bagaimana proses perencanaan program masyarakat?

C.     TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui hakekat dari perencanaan social dalam perencanaan program masyarakat
2.      Untuk mengetahui model perencanaan program masyarakat
3.      Untuk mengetahui proses perencanaan program masyarakat






BAB II
PEMBAHASAN
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Perencanaan sumber daya manusia akan dapat dilakukan dengan baik dan benar jika perencananya mengetahui apa dan bagaimana sumber daya manusia yang dimiliki setiap manusia atau man power disingkat SDM merupakan kemampuan yang dimiliki setiap manusia. SDM terdiri dari daya pikir dan daya fisik setiap manusia.Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. Sumber daya manusia menjadi unsure pertama dan utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang andal/canggih tanpa peran aktif SDM, tidak berarti apa-apa.
HAKEKAT PERENCANAAN SOSIAL
Ketika menjadi Analis kebijakan Internasional di Central Europan University, Hongaria dari tahun 2003 sampai dengan 2004,penulis bertemu dengan Nicholas White,directur Crisis Group International,sebuah NGO yang berpusat di Belgia.Dalam sebuah pertemuan ilmiah di jantung Budapest,dia menyatakan : if we fail to plan,we plan to fail.Nicholas benar.Jika kita gagal merencanakan,kita merencanakan gagal.Perencanaan adalah sebuah proses yang penting dan menentukan keberhasilan suatu tindakan.Perencanaan pada hakikatnya merupakan usaha secara sadar terorganisir dan terus menerus dilakukan guna memilih alternative yang terbaik dari dari sejumlah alternative yang ada untuk mencapai tujuan tertentu.Perencanaan juga dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang melibatkan pengolahan fakta dan situasi sebagaimana adanya yang ditujukan untuk mencari jalan keluar dan memecahkan masalah.Perencanaan social mula pertama digunakan di Negara-negara maju seperti di Eropa barat dan Amerika Utara.Menurut pengertian yang diberikan oleh PBB,pengertian perencanaan social meliputi (Suharto,1997);
1.      Perencanaan social sebagai perencanaan pada sector-sektor social,seperti sector kesejahteraan social,pendidikan,kesehatan,perumahan,kependudukan dan keluarga berencana.
2.      Perencanaan social sebagai perencanaan lintas sektoral, pengertian sifatnya lebih menyeluruh dalam arti perencanaan yang lebih dari sekedar perencanaan ekonomi saja.
3.      Perencanaan social sebagai perencanaan pada aspek-aspek social dari perencanaan ekonomi.Dalam pengertian ini,perencanaan social dipandang sebagai perencanaan input social bagi perencanaan ekonomi.Kedua,perencanaan social dipandang sebagai perencanaan yang ditujukan untuk menghindari atau mencegah berbagai akibat social yang tidak diharapkan dari adanya pembangunan ekonomi,seperti keretakan keluarga, kenakalan remaja,polusi,pelacuran dan sebagainya.
Perencanaan social memiliki kaitan erat dengan perencanaan pelayanan kesejahteraan social. Dengan demikian,meskipun perencanaan social masih sering diartikan secara luas (menyangkut pendidikan,kesehatan,perumahan),perencanaan social pada hakikatnya menunjuk pada perencanaan mengenai program pelayanan kesejahteraan social (Conyers,1992).Mengacu pada pengertian yang dirumuskan PBB pada tahun 1970,maka bidang kesejahteraan social dalam konteks ini merujuk pada suatu rangkaian kegiatan yang terorganisasi yang ditujukan untuk memungkinkan individu,kelompok serta masyarakat dapat mempebaiki keadaan mereka sendiri, menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada,serta dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas pembangunan.
Dengan demikian, perencanaan program pelayanan social pada dasarnya menunjuk pada kegiatan-kegiatan pelayanan kesejahteraan social yang umumnya mencakup: bimbingan keluarga,pendidikan orang tua,perawatan sehari-hari,kesejahteraan anak,perawatan manusia lanjut usia,rehabilitasi penyandang cacat dan narapidana,pelayanan bagi pengungsi,kegiatan kelompok remaja,pelayanan kesehatan,kegiatan persekolahan,dan perumahan (Marjuki dan Suharto,1996)
MODEL PERENCANAAN
Prinsip-prinsip dalam perencanaan program sangat tergantung pada asumsi dan tujuan dari perencanaan social itu sendiri.Asumsi dan tujuan perencanaan social tidak ada yang seragam, melainkan tergantung pada model perencanaan yang dipilih.Oleh karena itu untuk memahami prinsip-prinsip dalam perencanaan social dapat dilakukan melalui penelaahan terhadap model-model perencanaan social.Sedikitnya ada empat model perencanaan social yang memuat prinsip-prinsip perencanaan secara tersendiri.
1.      Model perencanaan Komprehensif
Model perencanaan ini merupakan model yang paling terkenal dan luas diterima oleh para pembuat keputusan.Prinsip utama dalam model ini adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang teratur dan logis sejak dari diagnosis masalah sampai pada pelaksanaan kegiatan atau penerapan program.Model ini sangat menekankan pada aspek teknis metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta,teori-teori dan nilai-nilai tertentu yang relevan.Dalam model ini,masalah yang ditemukan harus didiagnosis,ditentukan pemecahannya melalui perancangan program yang komprehensif,kemudian di uji efektivitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan pencapaian tujuan yang paling baik.
Namun demikian beberapa ahli menunjukkan beberapa kelemahan yang melekat pada model ini:
Ø  Karena masalah dan alternative yang diusulkan oleh model ini bersifat kompehensif,luas dan mencakup berbagai sector pembangunan,program yang diusulkan oleh para pembuat keputusan seringkali tidak mampu merespon masalah yang spesifik dan kongkrit.
Ø  Teori rasional komprehensif seringkali tidak realistis karena informasi mengenai masalah-masalah yang dikaji dan alternative-alternatif yang diajukan seringkali menghadapi hambatan,misalnya dalam hal waktu dan biaya.
Ø  Para pembuat keputusan biasanya berhadapan dengan situasi konflik antar berbagai kelompok kepentingan.

2.      Model Inkremental
Kekurangan yang ada pada model rasional komprehensif melahirkan model incremental atau model penambahan (incremental).Prinsip utama model ini mensyaratkan bahwa perubahan-perubahan yang diharapkan dari perencanaan tidak bersifat radikal,melainkan hanya perubahan-perubahan kecil saja atau penambahan-penambahan pada aspek-aspek program yang sudah ada.Prinsip ini berbeda dengan model pertama yang menekankan perubahan-perubahan fundamental.Model ini menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan tujuan-tujuan dan kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mencapainya.Yang diperlukan adalah menentukan pilihan terhadap kebijakan-kebijakan untuk mencapainya.Yang diperlukan adalah menentukan pilihan terhadap kebijakan yang berbeda secara marginal saja.Misalnya ada dua kebijakan A dan B yang sama-sama akan menghasilkan a,b,dan c dalam ukuran yang sama.Namun demikian,A dapat menghasilkan d yang lebih besar atau lebih banyak daripada B.Sedangkan B menghasilkan e yang lebih besar daripada A.Maka untuk memilih kebijakan A atau B caranya adalah dengan membandingkan perbedaan antara d dan e saja,serta menentukan yang mana yang harus dikorbankan.

3.      Model Pengamatan Terpadu
Model pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixedcanning model) dikembangkan oleh Amitai Etzioni melalui karya nya Mixed Scanning: A Thord Approach to Decision Making yang dimuat dalam jurnal adminstrasion Review XXVII pada Desember 1967. Model ini merupakan jalan tengah dalam model pertama dan kedua yang memadukan unsure-unsur yang terdapat pada kedua pendekatan di atas yakni, mengenai keputusan fundamental dan incremental.Keputusan yang fundamental dilakukan dengan menjajaki alternative-alternatif utama dihubungkan dengan tujuan.Tetapi tidak seperti pendekatan rasional,hal-hal yang detail dan spesifikasi diabaikan sehingga pandangan yang menyeluruh dapat diperoleh.Sementara itu, keputusan-keputusan yang bersifat tambahan atau incremental dibuat di dalam konteks yang ditentukan oleh keputusan-keputusan fundamental.Dengan demikian,masing-masing unsure dapat mengurangi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada unsure lainnya.



4.      Model Transaksi
Prinsip utama model ini, menekankan bahwa perencanaan melibatkan proses interkasi dan komunikasi antara perencana dan para penerima pelayanan.Oleh karena itu,model ini menyarankan bahwa perencanaan harus dapat menutup jurang komunikasi antara perencana dan penerima pelayanan yang membutuhkan rencana program.Caranya dapat dilakukan dengan mengadakan transaksi yang bersifat pribadi,baik lisan maupun tulisan secara terus menerus diantara mereka yang terlibat.
PROSES PERENCANAAN PROGRAM
Setiap perencanaan social dibuat dengan mengikuti tahapan atau siklus tertentu.Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan,tujuan perencanaan dan konteks perencanaan.Namun demikian,dalam garis besar perencanaan social dapat dirumuskan menjadi lima tahap sebagai berikut: a)Identifikasi masalah; b)Penentuan tujuan; c)Penyusunan dan pengembangan rencana program; d)Pelaksanaan program; dan e)Evaluasi program.
a.       Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah-masalah social yang akan direspon oleh suatu program. Identifikasi masalah perlu dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan tekhnik-tekhnik dan indicator yang tepat.Misalnya,jika masalah kemiskinan dirumuskan sebagai orang-orang yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan,maka alternative-alternatif yang dapat dirancang menjadi sempit.Pemecahan masalah kemiskinan menjadi hanya sekedar meningkatkan pendapatan orang-orang miskin.Namun demikian,mungkin saja masalah kemiskinan yang sebenarnya berhubungan dengan keterpencilan suatu wilayah atau tidak tersedianya sarana ekonomi masyarakat.karenanya pemecahannya dapat melalui kegiatan lain,seperti peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas perkreditan dan pemasaran,selain meningkatkan pendapatan orang-orang miskin saja.
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan assessment kebutuhan (need assessment).Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya.Assesment kebutuhan dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi yang ingin direalisasikan.
Dalam kaitan ini,ada lima jenis kebutuhan,yaitu kebutuhan absolute,kebutuhan normative,kebutuhan yang disarankan,kebutuhan yang dinyatakan dan kebutuhan komparatif.
o   Kebutuhan absolute (absolute need) adalah kebutuhan minimal atau kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya.Misalnya,manusia Indonesia membutuhkan makanan sekita tiga kali sehari yang biasanya ditentukan oleh nilai kecukupan kalori.Nilai kalori ini oleh para ahli kemudian disetarakan dengan nilai uang agar mudah dijadikan standar pengukurannya.Garis kemiskinan (poverty line) yang dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah contoh garis kemiskinan yang berpijak pada konsep kebutuhan absolute.
o   Kebutuhan Normatif (normative need) adalah kebutuhan yang didefinisikan oleh ahli atau tenaga professional.Kebutuhan ini biasanya didasarkan standar tertentu. Misalnya: Penentuan kebutuhan gizi masyakarat tidak bisa dilakukan sembarangan oleh masyarakat awamUntuk menentukan kebutuhan masyarakat akan gizi,maka para ahli menetukan jumlah dan asupan makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh manusia sesuai dengan golongan usia.
o   Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dianggap atau dirasakan orang sebagai kebutuhannya.Kebutuhan ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (real need).Akan tetapi,kebutuhan ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya,karena sangat tergantung pada persepsi orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang diinginkannya pada suatu waktu tertentu.
o   Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan berdasarkan banyaknya permintaan.Besarnya kebutuhan ini tergantung pada seberapa orang yang memerlukan pelayanan social.
o   Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan (gap) antara tingkat pelayanan yang ada di wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok orang yang memiliki karakteristik sama.

b.      Penentuan Tujuan
Tujuan dapat didefinisikan sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan dapat menjadi target menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program.Ada dua jenis atau tingkat tujuan,yaitu tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objective). Tujuan umum dirumuskan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur. Sedangkan tujuan khusus merupakan pertanyaan yang spesifik dan terukur mengenai jumlah yang menunjukkan kemajuan ke arah pencapaian tujuan umum.Rumusan tujuan khusus yang baik memiliki beberapa cirri-ciri:
1.      Berorientasi pada keluaran (output) bukan pada proses atau masukan (input)
2.      Dinyatakan dalam istilah yang terukur
3.      Tidak hanya menunjukkan arah perubahan (misalnya meningkatkan),tetapi juga tingkat perubahan yang diharapkan (misalnya 10 persen)
4.      Menunjukkan jumlah populasi secara terbatas.
5.      Menunjukkan pembatasan waktu
6.      Realistis dalam arti dapat dicapai dan menunjukkan usaha untuk mencapainya
7.      Relevan dengan kebutuhan dan tujuan umum

Cirri-ciri tersebut dapat dirumuskan dalam akronim SMART (dalam bahasa inggris ‘smart’ dapat diartikan cerdas) yang merupakan singkatan dari Specific (spesifik atau khusus),Measurable (dapat diukur),Archievable (dapat dicapai),Realistic (realistic atau masuk akal),dan Time-Bound (terikat waktu).
c.       Penyusunan dan Pengembangan Rencana Program
Dalam proses perencanaan social,para perencana dan pihak-pihak terkait atau para pemangku kepentingan (stakeholders) selayaknya bersama-sama menyusun pola rencana intervensi yang komprehensif.Pola tersebut menyangkut tujuan-tujuan khusus,strategi-strategi,tugas-tugas dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah.Suatu rencana biasanya dikembangkan dalam suatu pola yang sistematis dan pragmatis dimana bentuk-bentuk kegiatan dijadwalkan dengan jelas.Program dapat dirumuskan sebagai suatu perangkat kegiatan yang saling tergantung dan diarahkan pada pencapaian satu atau beberapa tujuan khusus (objectives).Penyusunan program dalam proses perencanaan social mencakup keputusan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses perumusan program:
1.      Identifikasi program alternative. Penyusunan program merupakan tahap yang membutuhkan kreatifitas.karenanya sebelum satu program dipilih ada baiknya jika di identifikasi beberapa program alternative.
2.      Penentuan hasil program.Bagian dari identifikasi program alternative adalah penentuan hasil apa yang akan diperoleh dari setiap program alternative .hasil tersebut menunjuk pada keluaran atau output yang terukur.Hasil ini dapat dinyatakan dalam tiga tingkatan,yaitu pelaksanaan tugas,unit pelayanan dan jumlah konsumen.
3.      Penetuan biaya.Informasi tentang biaya mencakup keseluruhan biaya program maupun biaya per hasil.Ada beberapa macam biaya,antara lain:biaya tetap (fixed cost),biaya variable,biaya marginal,biaya rata-rata dan sunk cost.Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan hanya satu kali saja dalam satu program,tetapi bisa berulang kali jika program berikutnya dilanjutkan atau dikembangkan.Misalnya,biaya untuk pembangunan jalan di desa tertinggal.Biaya Variabel adalah biaya yang dikeluarkan setiap kurun waktu tertentu (misalnya setiap bulan)sehingga jumlahnya dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhan atau produksi pada tahapan program.Biaya marginal adalah biaya yang dikeluarkan untuk tambahan pelayanan. Biaya rata-rata adalah biaya yang dikeluarkan untuk jumlah seluruh unit pelayanan. Sunk Cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya.
4.      Criteria pemilihan program.Setelah program-program alternative diidentifikasi,maka harus dilakukan pilihan diantara mereka.Pemilihan dapat dilakukan atas dasar rasional,yakni bersandar pada criteria tertentu, Kriteria yang tergolong rasional adalah menyangkut pentingnya efisiensi,efektivitas,fisibilitas (feasibility),keadilan dan hasil-hasil tertentu. Misalnya,mana yang lebih penting antara penurunan jumlah orang miskin atau jumlah pengangguran.


d.      Pelaksanaan Program
Tahap implementasi program intinya menunjuk pada perubahan proses perencanaan pada tingkat abstraksi yang lebih rendah.Penerapan kebijakan atau pemberian pelayanan merupakan tujuan,sedangkan operasi atau kegiatan-kegiatan untuk mencapainya adalah alat pencapaian tujuan.Ada dua prosedur dalam melaksanakan program,yaitu:
a.       Merinci prosedur operasional untuk melaksanakan program
b.      Merinci prosedur agar kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana

e.       Evaluasi Program
Dalam tahap evaluasi program analisis kembali kepada permulaan proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.Evaluasi menjadikan perencanaan sebagai suatu proses berkesinambungan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan kalau rencana sudah dilaksanakan. Namun demikian, perencanaan yang baik harus sudah dapat menggambarkan proses evaluasi yang akan dilaksanakan. Ada beberapa pertanyaan pokok yang biasanya diajukan pada tahap evaluasi
a.       Apakah rencana sudah dilaksanakan ?
b.      Apakah tujuan sudah dicapai ?
c.       Apakah kebijakan atau program sudah berjalan secara efektif ?
d.      Apakah kebijakan atau program sudah berjalan secara efisien ?











BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seringkali melibatkan perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan social (social well-being) masyarakat. Sebagai kegiatan kolektif,pemberdayaan masyarakat, melibatkan beberapa actor, seperti pekerja social, masyarakat setempat, lembaga donor, serta instansi terkait yang saling bekerjasama mulai dari perancangan,pelaksanaan,sampai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut. Membangun masyarakat dan memberdayakan rakyat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan yang perumusannya dilakukan melalui perencanaan program.Hakekat perencanaan social,model perencanaan,dan proses perencanaan program.













DAFTAR PUSTAKA

(EDI SUHARTO;MEMBANGUN MASYARAKAT MEMBERDAYAKAN RAKYAT;HAL 71-79)



 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar