Minggu, 20 Maret 2016

KESEJAHTERAAN SOSIAL

KESEJAHTERAAN SOSIAL
A.    Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan suatu bidang atau lapangan usaha praktek pekerjaan sosial. Ini berarti menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial mengandung pengertian yang lebih luas, meliputi pekerjaan sosial, program-program dan kegiatan sosial lainnya dalam bidang kehidupan manusia. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu program berhubungan dengan berbagai upaya yang terorganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan berbagai keterampilan ilmiah.
 Oleh karena itu, lapangan kesejahteraan sosial melibatkan serta mencakup berbagai fungsi dari beberapa keahlian dan profesi dalam bidang pelayanan terhadap manusia, seperti ekonomi, sosiolog, psikolog, dokter, penasihat hukum, guru, perawat, psikiater, perencana, dan pekerja sosial.[1]
Menurut Edi Suharto Kesejahteraan sosial (social welfare) memiliki arti yang berwayuh wajah, dalam artian dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial. Dalam konteks ini, kesejahteraan sosial biasanya merujuk pada karena atau field of practice tempat berkiprah berbagai profesi kemanusiaan, termasuk pekerja sosial, dokter, perawat, guru, psikolog, dan psikiater.
Di negara-negara maju, kesejahteraan sosial sangat identik dengan jaminan sosial (social security), seperti public assistance, dan social insurance, yang diselenggarakan negara terutama untuk kaum yang kurang beruntung (disadvantaged groups). Di Indonesia, kesejahteraan sosial sering dipandang sebagai tujuan atau kondisi kehidupan yang sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan pokok manusia.
Sebagaimana yang dikatakan Fadhil bahwa kesejahteraan sosial sistem yang terorganisasi. pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan. Hal tersebut juga meliputi relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.[2]
Kesejahteraan dalam artian yang luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Isbandi Rukminto bahwasannya kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari semua orang untuk semua orang dan kesejahteraan sosial merupakan keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat,seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya dan sebagainya.
Sedangkan Abu Hurairah mengatakan bahwa, kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan manusia yang baik atau sejahtera yang wujudnya apabila masalah-masalah sosial terkendali, apabila kebutuhankebutuhan manusia terpenuhi, dan apabila kesempatan-kesempatan sosial dimaksimalkan. Dari definisi tersebut maka tersirat bahwa individu, keluarga, dan masyarakat yang mampu mengatasi masalah sosialnya akan lebih sejahtera. Demikian juga individu, keluarga atau masyarakat akan menjadi sejahtera jika memiliki kesempatan sosial untuk mengebangkan dan merealisasikan potensi-potensinya.
Disamping dari beberepa pengertian mengenai kesejahteraan sosial di atas, cara pandang terhadap pengertian kesejahteraan sosial dapat pula dianalogikan dengan cara pandang terhadap kesehatan maupun kesehatan jiwa. Isbandi Rukminto mengatakan bahwa pengertian kesehatan jiwa dapat dilihat dari empat sudut pandang diantaranya adalah kesehatan jiwa sebagai suatu keadaan, sebagai suatu bidang kegiatan, sebagai suatu ilmu dan sebagai suatu gerakan. Bila dianalogikan dengan pengertian kesehatan jiwa tersebut, maka kesejahteraan sosial bisa juga dilihat berdasarkan dari keempat cara pandang tersebut yakni kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi, kesejahteraan sebagai suatu ilmu, kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang atau kegiatan, dan kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan.
Sebagai suatu sistem kesejahteraan sosial terdiri dari beberapa komponen, yaitu pendidikan, kesehatan, pemeliharaan penghasilan, perumahan, pelayanan kerja, dan pelayanan sosial personal. Untuk memberikan pelayanan sosial personal, maka pelayanan yang diberikan harus berdasarkan hubungan antara pelayanan (peksos) dan penerima pelayanan (klien) serta memerlukan tingkan penyesuaian pertolongan yang tinggi maka diperlukan keahlian khusus.
B.     Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem memiliki tujuan sebagai berikut:

1.      Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok yakni kebutuhan sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang baik dengan lingkungannya.
2.      Untuk mencapai penyesuaian diri di masyarakat maupun di lingkungannya, misalnya menggali sumber sumber daya, meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
Fungsi kesejahteraan sosial pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan sosial ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekunsi sosial yang negatif terhadap pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Soetomo menambahkan bahwa sebetulnya dalam berbagai usaha kesejahteraan sosial yang baku telah dikenal adanya beberapa fungsi yaitu:[3]
1.      Fungsi Pemulihan (rehabilitative) yang dimaksudkan untuk meniadakan hambatan-hambatan yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tidak dapat berfungsi dan berperanan sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat.
2.      Fungsi Pencegahan (pretentive) yang dimaksudkan sebagai langkah untuk mencegah supaya tidak terjadi masalah kesejahteraan sosial.
3.      Fungsi Pengembangan (developmenta l) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas seseorang atau sekelompok orang agar dapat memenuhi kehidupan yang lebih baik.
4.      Fungsi Penunjang (Supportive) berfungsi untuk menunjang program dan fungsi lain agar dapat berjalan lebih baik.

Dalam kaitannya dengan bidang usaha kesejahteraan sosial, ada beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial masa kini, yaitu :
1.      Menanggapi kebutuhan manusia.
2.      Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.
3.      Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi lebih terspesialisasi.
4.      Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas
Sebagaimana dinyatakan Edi Suharto, hampir semua pekerja sosial bekerja di bidang kesejahteraan sosial, meskipun berbagai profesi lain juga terlibat di sana. Sebagai contoh, lembaga kesejahteraan sosial adalah primary setting bagi pekerja sosial dan secondary setting bagi profesi lain.

C.     Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Pengertian kesejahteraan sosial sebagai suatu aktivitas biasanya disebut sebagai usaha kesejahteraan sosial (UKS). Dalam skala dan perspektif mako, UKS ini pada intinya menunjuk pada apa yang di tanah Air dikenal dengan nama Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS). Perlu dijelaskan bahwa konsep mengenai pembangunan kesejahteraan sosial merupakan istilah khas indonesia.Di negara-negara lain,seperti di AS, Selandia Baru, Inggris atau Australia, konsep mengenai soscial walfare development kurang dikenal. Dalam benak publik di negara-negara tersebut, istilah walfare (kesejahteraan) sudah mencakup makna UKS atau PKS.
Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 1997). Tujuan PKS adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:[4]
1.      Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial
2.      Peningkatan keberdayaan melaui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung haraga diri dan martabat kemanusiaan.
3.      Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihan-pilihan kesempatan  sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.
Ciri utama PKS adalah komprehensif dalam arti setiap pelayanan sosial yang diberikan senatiasa menempatkan penerima pelayanan (beneficiaries) sebagai manusia, baik dalam individu maupun kolektivitas, yang tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturanya. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan dan kelas sosial. Namun, prioritas utama PKS adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya yang terkait dengan masalah kemiskinan. Sasaran PKS yang biasanya dikenal dengan nama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) antara lain meliputi orang miskin, peyandang cacat, anak jalanan, anak yang mengalami pelakuan salah (Child abuse), pasangan yang mengalami perlakuan salah (Spouse Abuse), anak yang diperdagangkan dan dilacurkan, komunitas Adat Terpencil (KAT), serta kelompok-kelompok lain yang mengalami masalah psikososial, disfungsi sosial atau ketunaan sosial.
D.    Komponen-komponen Kesejahteraan Sosial
Semua kegiatan atau usaha kesejahteraan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan kegiatan-kegiatan lain:[5]
1)      Organisasi formal
Usaha kesejahteraan sosial terorganisasi secara formal dan dilaksanakan oleh organisasi/badan sosial yang formal pula. Kegiatan yang dilaksanakan memperoleh pengakuan masyarakat karena memberikan pelayanan secara teratur, dan pelayanan yang diberikan merupakan fungsi utamanya.
2)      Pendanaan
Tanggung jawab dalam kesejahteraan sosial bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan juga tanggung jawab masyarakat, mobilisasi dana dan sumber (fundraising) merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan kesejahteraan sosial karenanya tidak mengejar keuntungan semata-mata.
3)      Tuntutan Kebutuhan Manusia
Kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan manusia secara keseluruhan, dan tidak hanya memandang manusia dari satu aspek saja. Hal inilah yang membedakan pelayanan kesejahteraan sosial diadakan karena tuntutan kebutuhan manusia.
4)      Profesionalisme
Pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara profesionalis berdasarkan kaidah ilmiah, terstruktur, sistematik, dan menggunakan metoda dan tekhnik-tekhnik pekerjaan sosial dalam praktiknya.
5)      Kebijakan/Perangkat Hukum/Perundang-undangan
Pelayanan kesejaheraan sosial harus ditunjang oleh seperangkat undang-undang yang mengatur syarat memperoleh, proses pelayanan, dan pengakhiran pelayanan.
6)      Peranserta Masyarakat
Usaha kesejahteraan sosial harus melibatkan peranserta masyarakat agar dapat memberi manfaat kepada masyarakat.
7)      Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial
Pelayanan kesejahteraan sosial harus ditunjang dengan data dan informasi yang tepat. Tanpa data dan informasi yang tepat maka pelayanan akan tidak efektif dan tidak tepat sasaran.
E.     Bidang-bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Secara substantif bidang kesejahteraan sosial atau bisa juga disebut bidang usaha kesejahteraan sosial atau pelayanan sosial atau juga disebut sebagai praktik pekerjaan sosial, terdiri dari berbagai cakupan yang saling terkait erat antara lain:
1.      Kesejahteraan anak dan keluarga
2.      Kesejahteraan remaja dan generasi muda
3.      Kesejahteraan orang lanjut usia
4.      Pelayanan kesejahteraan sosial umum (public social welfare services),
5.      Pelayanan rekreasional
6.      Pelayanan sosial koreksional
7.      Pelayanan kesehatan mental
8.      Pelayanan sosial medis
9.      Pelayanan sosial bagi penyandang cacat
10.  Pelayanan sosial bagi wanita
11.  Pelayanan sosial perumahan dan lingkungan.


[1] M. Fadhil Nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, ( Bandung: Angkasa, 1990 ) hal 9
[2] M. Fadhil Nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, ( Bandung: Angkasa, 1990 ) hal 10
[3] Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) hal 361-362
[4] Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, Kajian Strategis Pembangunan  Kesejahteraan Sosial, Refika Aditama, Bandung. Hal, 4-5.
[5] Adi fahrudin.Pengantar Kesejahteraan Sosial.(Bandung: PT Refika Aditama, 2012) hal 16-17.

PEKERJAAN SOSIAL


PEKERJAAN SOSIAL
A.    Pengertian Pekerjaan Sosial
Edi Suharto mengatakan bahwa pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar mampu untuk menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan peranannya.[1]
Abu Huraerah berpendapat bahwa pekerjaan sosial adalah aktifitas professional untuk menolong individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.[2]
Endang Moerdopo mengatakan bahwa pengertian pekerjaan sosial adalah salah satu bidang ilmu sosial terapan yang mempelajari aktivitasaktivitas pertolongan dengan menggunakan prinsip dan metodologi yang dapat diukur. Dalam hal ini kegiatan pekerjaan sosial berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya. Endang juga mengatakan bahwa pekerja sosial adalah suatu pelayanan profesional yang didasarkan pada Ilmu dan ketrampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidak tergantungan secara pribadi dan sosial.[3]
Selain dari ketiga pendapat di atas, Isbandi Rukminto berpendapat bahwa pekerjaan sosial merupakan profesi yang memperhatikan penyesuaian antara individu dengan lingkungannya, dan individu dengan kelompok dalam hubungannya dengan situasi sosial yang ada. Pandangan ini mengacu pada konsep keberfungsian sosial yang terkait dengan kinerja dari berbagai peranan seseorang yang ada di masyarakat. Misalnya sebagai pemimpin, pegawai, ayah, warga masyarakat dan sebagainya.[4]
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada intinya pekerjaan sosial adalah :
1.      Pekerjaan sosial merupakan suatu profesi
2.      Berdasarkan prinsip dan metode ilmu pengetahuan.
3.      Berinti pemberian bantuan.
4.      Menggunakan hubungan antar manusian sebagai alat.
5.      Ditujukan untuk pengembangan personal dan sosial sebagai satu kesatuan.
6.      Mencakup juga pengembangan kualitas lingkungan sosial dan fisik (lingkungan hidup).
7.      Demi terciptanya kesejahteraan sosial yang berlandaskan hak asasimanusia dan keadilan sosial.

Keberfungsian sosial secara sederhana didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupanya sesuai dengan status sosialnya.[5] Konsep keberfungsian sosial pada intinya didasarkan pada kapabilitas individu, keluarga dan masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa klien adalah subyek pembangunan, bahwa klien memiliki kapabilitas dan potensi yang dapat di kembangkan dalam proses pertolongan, bahwa klien memiliki atau menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi aset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.[6]
Isbandi Rukminto mengatakan bahwa secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya, diantaranya adalah :
1.      Ketidakmampuan individu untuk memahami tuntutan lingkungannya.
2.      Ketidakmampuan situasional (lingkungan) dan kondisi lainnya yang berada dibawah garis kemampuan individu untuk menyesuaikan dirinya.
3.      Ketidak mampuan atau ketidak lengkapan dari kedua faktor personal (individu) dan situasional (lingkungan).

B.     Tujuan Pekerjaan Sosial
1.      (Allence Pincus dan Anne Minahan Social Work Practice: Model and Methode 1973:9 Itasca, llinois: Peachok Publishers Council on Social Work Education Curriculum Study, singly and in groups, by activitiesfosuced upon their social relationship which constitutethe interaction between man and his environment. Pekerjaan sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka khususnya interaksi orang-orang dengan lingkungannya. (dalam Rex A. Skidmore, Milton Thackeray, dan O William Farley, introduction to Social Work, 1988:6, New Jersey: Simon dan Scuster Englewood Cliffs.
2.      Siporin, Max, menjelaskan pengertian Sosial sebagai:
Social work is defined as a social intitutional method of helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and anhance their social functioning.
Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode intitusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosial (Siporin, Max Introduction to Social Work Practire, 1975:3)
3.      Friedlander, Water A. Dan Apte, Robetr Z, melemparkan definisi pekerjaan sosial sebagai:
Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals, groups, or communities obtain social or personal satisfaction and interdependence.
Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu , kelompok maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan.
(friedlander, walter A. Dan apte, Robet Z,A concepts and methods of social work, 1980:4)
4.      Zastrow, charles, menjelaskan definisi pekerjaan sosial sbagai berikut: social work is the profesional octivity of helping individuals, groups, or comunities to enhance or restore ther capacity for social functioning and to create societal conditions favorabel to their goals.
Pekerjaan sosial adalah aktifitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya.
(cahrles zastrow, introduction to social welfare institutions : social problems, service, and current issues. 1982 : 12)
5.      Leonora scrafica-de guzman, memaparkan pekrjaan sosial sebagai: social work is the profesion which is primaly concerned whit organized social sevice activity aimed to facilitate and strengthen basic relationsip in the mutual adjusment between individual , and their social environment for the good of the individual and society, by the us of social word method.
Pekrjaan sosial adalah profesi yang bidang utamannya berkecimpung  dalam kegaitan pelayanan sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.
(leonora scrafica-de guzman, fundamentals of sosial work, 1983 ;3)

C.     Metode Pekerjaan Sosial
Ada 3 metode dalam praktik pekerjaan sosial, diantaranya adalah:[7]
a.      Sosial Case Work
Metode sosial case work atau dikenal juga dengan bimbingan sosial perseorangan merupakan suatu metode pemberian bantuan kepada orang yang didasarkan kepada orang yang didasarkan atas pengetahuan, pemahaman, serta penggunaan teknik-teknik secara terampil, yang diterapkan untuk membantu orang-orang guna memecahkan maslahnya, dan mengembangkan dirinya.
Metode social case work bersifat individual karenanya dikatakan pendekatan mikro, yaitu membantu individu-individu yang memiliki masalah, baik yang bersipat eksternal, artinya memeiliki masalah yang bersumber dari lingkungan sosialnya maupun individu-individu yang mengalami masalah yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Dalam peraktiknya, metode sosial case work mengkombinasikan elemen-elemen psikologi dan sosial : dan karenanya metode sosial case work mempunyai sifat psikososial.
Berbicara mengenai pendekatan mikro (metode sosial case work) dalam profesi pekerjaan sosial, maka kajiannya dapat di bagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah bidang-bidang yang bersifat penyembuhan (problem solving) dan konseling (thrafi) yaitu bagi orang-orang yang memiliki masalah dan yang kedua adalah kajian yang bersifat pengembangan diri (personal develofment) yaitu bagi orang-orang yang tidak memiliki masalah, namun menginginkan adanya upaya pengembangan diri, baik dalam meningkatkan aspek pengetahuan, sikap maupun dalam bidang keterampilan.

b.      Sosial Group Work

Manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, dan semakin jauh ia mengenal dirinya, maka akan semakin jauh pula ia akan mengenal masyarakat. Manusia tidak dapat hidup sendiri, ia bukanlah sebuah pulau di tengah lautan. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya dalam kenyataannya, sangat erat berkaitan dengan keberhasilan dan ketidakberhasilan manusia yang lain.
Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa bayi yang diisolasikan dari manusia lainnya walaupun diberi makanan yang baik tetap akan mati karena ia kurang perhatian. Anak-anak merasakan bahwa rasa kesedihan tersebut tidak tertahankan, dan para ahli psikologi telah mengobservasi bahwa proses belajar dapat ditingkatkan dengan pergaulan bersama orang lain. Kenyataan lain menyebutkan bahwa individu tidak dapat dipisahkan dari kelompok, bahwa individu-individu akan dapat mencapai pengembangan potensi mereka yang setinggi-tingginya serta perasaan harga diri yang kuat, melalui partisipasi mereka dalam kehidupan kelompok : juga bahwa mereka memperoleh rasa aman dan tentram dengan adanya prasaan keterlibatan dan rasa memiliki suatu kelompok yang memiliki suatu arti bagi mereka, serta bahwa mereka memikul tanggung jawab terhadap orang lain didalam dan melalui antar hubungan tersebut.
Dengan dasar kenyataan-kenyataan yang telah dikemukakan diatas, maka dalam perkembangannya, pekerjaan sosial mengembangkan metode bimbingan sosial group work.
Sosial group work adalah suatu metode untuk bekerja dengan, dan mengahadapi orang-orang didalam suatu kelompok, guna peninghkatan kemampuan untuk melaksanakan pungsi sosial : serta guna pencapaian tujuan yang secara sosial dianggap baik (Soetarso,pengantar kesejahteraan sosial, 1976,hlm 72).
Bimbingan sosial kelompok didasarkan atas pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia untuk berhubungan satu sama lain, dan adanya saling ketergantungan antara mereka. Bimbingan sosial kelompok merupakan suatu metode untuk memperkecil atau menghilangkan hambatan-hambatan dalam berinteraksi sosial, dan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diterima secara sosial (dianggap baik oleh masyarakat).
Kelompok dalam perspektif pekerjaan sosial dipandang sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang terpisah dan berbeda dari kesatuan-kesatuan lainnya. Group worker (pekerja sosial dengan pokus pada kelompok ) bekerja terutama dengan kelompok-kelompok, yang didalamnya terdapat interaksi dan memungkinkan adanya individualisasi (perbedaan suatu kelompok dengn kelompok yang lainnya).
c.       Community Organization/Community Development (CO/CD)

Berbicara mengenai Profesi Pekerjaan Sosial, dari awal pertumbuhannya telah melewati perjalanan yang panjang. Para almoner yang bekerja di rumah sakit-sakit di inggris, telah memberikan aspirasi pada seorang wanita pamikir pada zaman itu (Mary Richmond) untuk membidani lahirnya sebuah profesi baru yang dikenal dengan sebutan “Case Work”. Kelahiran profesi ini didesak oleh kesadaran akan perlunya peningkatan mutu pelayanan-pelayanan sosial untuk menangani masalah-masalah anak dan keluarga, kemiskinan, kecacatan, dan jompo, yang semula ditangani secara “trial and error” melalui kegiatan-kegiatan amal saja.
Pada perkembangan selanjutnya, kemudian disadari bahwa penggunaan metode perseorangan (case work) saja yang terlalu berat, jika harus diarahkan pada penanganan masalah-masalah sosial yang kuantitas maupun kualitasnya terus meningkat. Metode pekerjaan sosial dengan kelompok (Group Work), Pengorganisasian Masyarakat (Community Organization), Pengembangan Masayarakat (Community Development), disusul dengan pendekatan-pendekatan lainnya, termasuk Administrasi Pekerjaan Sosial dan Penelitian Pekerjaan Sosial, kemudian bermunculan dan memperkaya khasanah pendekatan profesi baru yang selanjutnya dikenal dengan Profesi Pekerjaan Sosial.

D.    Orientasi Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial lahir sebagai suatu profesi pada awal abad kedua puluh, dan dewasa ini profesi ini dituntut untuk memenuhi mandat kesejahteraan sosial dalam mempromosikan kesejahteraan dan kualitas kehidupan. Dengan demikian, pekerjaan sosial meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk memperbaiki kondisi-kondisi manusia dan sosial serta mengurangi kesulitan-kesulitan manusia dan masalah-masalah sosial.

Para pekerja sosial sebagai kaum profesional yang peduli, bekerja dengan orang-orang untuk meningkatkan kompetensi dan keberfungsian mereka. Pekerja sosial juga berusaha untuk mengakses dukungan dukungan, dan sumber-sumber sosial, untuk menciptakan pelayananpelayanan sosial yang manusiawi dan tanggap, serta untuk memperluas struktur masyarakat yang menyediakan kesempatan-kesempatan bagi semua anggota masyarakat.[8]
Pekerjaan sosial merupakan satu diantara kegiatan dalam pemberian pelayanan sosial. Pelayanan sosial mempunyai bermacam macam bentuk sesuai dengan fungsi-fungsinya diantaranya :
1.      Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, rujukan, advokasi dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar bisa mencapai atau menggunankan pelayanan-pelayanan yang tersedia.
2.      Pelayanan terapis, pertolongan, dan rehabilitasi, termasuk di dalamnya perlindungan dan perawatan pengganti, seperti pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan pekerjaan sosial medis dan sekolah. Serta program-program koreksional, perawatan bagi orang orang usia lanjut, dan sebagainya.
3.      Pelayanan sosialisasi dan pengembangan seperti tempat penitipan anak, Keluarga berencana, pendidikan keluaraga, pelayanan rekreasi bagi pemuda , pusat kegiatan masyarakat, dan sebagainya.

Isbandi Rukminto mengatakan bahwa orientasi pekerjaan sosial untuk mengatasi masalah-masalah dalam fungsi sosial maka intervensi pekerjaan sosial yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:[9]

1.      Intervensi yang utama dilakukan melalui individu dengan cara melibatkan ke giatan-kegiatan yang ditujukan pada peningkatan kemampuan seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi realitanya. Seperti melalui perubahan sikap, dan mengajarkan ketrampilan pada orang tersebut.
2.      Intervensi berikutnya yang dapat dilakukan melalui situasi lingkungannya. Hal ini meliputi kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan untuk memodifikasi sifat-sifat dasar dari realita itu sendiri agar dapat masuk ke dalam rentangan kemampuan berfungsi orang tersebut. Hal ini dilakukan melalui peminimalisiran atau pencegahan penyebab timbulnya ketidakmampuan seseorang melalui penye diaan fasilitas yang diperlukan.
3.      Intervensi harus dilakukan melalui individu dan juga melalui situasi lingkungannya.
Pekerja sosial yang profesional bekerja dengan menggunakan pendekatan pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Profesi pekerjaan sosial mempunyai komitmen terhadap kebijakan dan praktik yang mempromosikan keadilan sosial, hak asasi manusia, akses kepada sumber-sumber dan layanan bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang rentan. Dengan demikian, keprihatinan pekerjaan sosial pertama-tama adalah pelayanan kema nusiaan yang fokus pada manusia dalam lingkungan sebagai suatu paradigma dalam melakukan asesmen dan perubahan Kerangka biopsikososial-spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam perilaku manusia. Kerangka ini digunakan untuk mengases berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi dipahami sebagai gabungan faktor-faktor fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Jadi, kebutuhan manusia dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipandang sebagai kesatuan yang saling berkait. Oleh karena akses terhadap sumber-sumber untuk kelangsungan hidup dan pendidikan, kesehatan dan pekerjaan adalah faktor yang sangat penting dalam asesmen maka intervensi pekerjaan sosial untuk perubahan biasanya difokuskan pada individu, keluarga, komunitas dan lingkungan agar terjadi perubahan dalam alokasi dan ketersediaan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan manusia.[10]
E.     Fungsi Dasar Pekerjaan Sosial
Fungsi dasar dari pekerjaan sosial adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan, mempertahankan, dan memperkuat sistem kesejahteraan sosial sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
2.      Menjamin standar penghidupan, kesehatan, dan kesejahteraan yang memadai bagi semua. Ini melibatkan tugas -tugas instrumental sebagai berikut:
ü  Mengembangkan sumber-sumber manusia untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dasar dari individu dan keluarga
ü  Membangkitkan dan menyamakan alokasi sumber-sumber sosial dan ekonomi yang dibutuhkan.
ü  Mencegah kemelaratan dan mengurangi kemiskinan, kesukaran sosial dan kepapanan.
ü  Melindungi individu-individu dan keluarga dari bahaya kehidupan, dan memberi konpensasi atas kehilangan karena bencana, ketidakmampuan, kecacatan dan kematian.
3.      Memungkikan orang berfungsi secara optimal dalam peranan status kelembagaan sosial mereka.
ü  Mengaktualisasi potensi-potensi untuk produktivitas dan raelisasi diri, dipihak orang maupun maupun lingkungan sosialnya, untuk bentuk-bentuk kreatif dari keberfungsian sosial dari kehidupan bersama.
ü  Membantu orang mendapatkan kembali atau mencapai tingkat yang lebih tinggi dari keberfungsian yang memuaskan dan normatif sebagai anggota masyarakat melalui perbaikan kemampuan dan ketrampilan mereka yang tidak berkembang atau rusak, melalui penggunaan secara optimal sumber-sumber dan pelayanan dari kelompok dan lembaga sosial mereka, dan melalui penyelesaian kesukaran-kesukaran mereka dalam sosial dan kehidupan sosial mereka.
ü  Menyediakan pengganti bagi keluarga dan masyarakat dalam memberikan jenis-jenis bantuan pendukung, pengganti,perlindungan dan pencegahan kepada individu dan keluarga.
4.      Mendukung dan memperbaiki tata sosial dan struktur kelembagaan sosial.
ü  Membantu institusi-institusi sosial seperti keluarga, hukum, perawatan kesehatan dan ekonomi dalam mengembangkan dan mengoperasikan struktur dan program pelayanan efektif untuk memenuhi kebutuhan manusia dan untuk melindungi kepentingan anggotanya.
ü  Melaksanakan tindakan-tindakan penyesuaian dan perubahan sosial dan tindakan-tindakan stabilitas dan pengawasan sosial yang efektif, yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial.





[1] Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hal 149.
[2] Huraerah,Abu.Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. (Bandung: Humaniora, 2008) hal 38
[3] Http://Endangmoerdopo.blogspot.com/200905/siapakah -seorang-pekerja-sosial

[4] Isbandi Rukminto Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial Dan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindi Persada, 1994) hal 11
[5]Huraerah,Abu. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. (Bandung: Humaniora, 2008) hal 38
[6] Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), 150.
[7] Budhi Wibhawa, Dasar-dasar Pekerjaan Sosial, Pengantar Profesi Pekerjaan Sosial(Bandung:Widya Padjadjaran,2010)hal 92-108.
[8] Juda Damanik, Pekerjaan Sosial Jilid 1 untuk SMK. ( Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,Departemen Pendidikan Nasional, 2008) hal 1
[9] Isbandi Rukminto Adi, Psikologi Pekerjaan Sosial Dan Ilmu Kesejahteraan Sos ial (Jakarta: PT Raja Grafindi Persada, 1994) hal 12
[10] http://katabuku.wordpress.com/2008/03/18/buku-pintar-pekerja-sosial-jilid-1/ di upload tanggal 10 maret 2016.