Selasa, 07 Juli 2015

Review Buku "Islam dan Psikologi"



ISLAM DAN PSIKOLOGI
Dra. Netty Hartati, M.Si.
(Penerbit PT Raja Grafindo Persada)


Sonia Swastika
NIM. 153133039




Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
2015
 “ISLAM DAN PSIKOLOGI”
PENDAHULUAN
A.    Dasar Pemikiran
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kejiwaan manusia. Penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan itu sendiri mula-mula dilakukan oleh para filsuf Yunani Kuno. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian nyata atau empiris, melainkan segala teori dikemukakan berlandaskan argumentasi-argumentasi logis (akal) belaka. Berabad-abad setelah itu, psikologi juga masih merupakan bagian dari filsafat, antara lain di Prancis muncul Rene Descartes (1596-1650), di Inggris muncul Tokoh John Locke (1623-1704), mereka dikenal sebagai tokoh asosiasionisme, yaitu doktrin psikologis yang menyatakan bahwa jiwa itu tersusun atas elemen-elemen sederhana dalam bentuk ide-ide yang muncul dari pengalam inderawi. Ide-ide ini bersatu dan berkaitan satu sama lain lewat asosiasi-asosiasi.
Psikologi baru diakui menjadi cabang ilmu independen setelah didirikan laboratorium psikologi oleh Wilhem Wundt pada tahun 1879. Yang kemudian sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologi selanjutnya, para sarjana psikologi mulai menyelediki gejala-gejala kejiwaan secara lebih sistematis dan objektif. Metode-metode baru ditemukan untuk mengadakan pembuktian-pembuktian nyata dalam psikologi sehingga lambat laun dapat di susun teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu induknya. Sejak masa itu pulalah psikologi mulai bercabang-cabang ke dalam aliran-aliran, karena bertambahnya jumlah sarjana psikologi yang tentu saja menambah keragaman berpikir dan banyak pikiran-pikiran itu yang tidak dapat di satukan satu sama lain. Karena itulah, mereka yang merasa sepikiran, sependapat menggabungkan diri dan menyusun suatu aliran tersendiri.
Sumadi Suryabrata mengklasifikasikan aliran-aliran tesebut atas dasar jalan yang ditempuh atau metode yang dipergunakan dalam menyusun suatu teori psikologi. Menurutnya, psikolog dapat dikategorikan ke dalam dua macam yaitu:
(1)   Psikolog spekulatif, yaitu psikolog yang menyusun teori-teorinya atas dasar pemikiran spekulatif, seperti plato, Kant, ahli-ahli dari aliran Neo Kantianisme, Bahnsen, Queyrat, Malapert, dan lain-lain. Mereka terutama adalah para ahli filsafat.
(2)   Psikolog empiris atau psikolog eksperimental, yaitu psikolog yang menyusun teori-teori nya atas dasar data-data dari hasil penyelidikan atau eksperimen, seperti Watson, Jung, Adler, Esyenk, Rogers, dan lain-lain.

B.     Ruang Lingkup Pembahasan
Psikologi merupakan disiplin ilmu yang memusatkan perhatian dalam pembahasan mengenai manusia dan tingkah lakunya sebagai individu dan perilakunya dalam berhubungan dengan masyarakat. Menurut cakupannya psikologi dapat dibagi dalam enam bidang, yaitu Psikologi Umum dan Eksperimen, Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Organisasi dan Industri. Selain itu, terdapat cabang-cabang terapan psikologi yang mencakup bidang-bidang kehidupan manusia. Dengan kata lain, dimana manusia hidup dan bertingkah laku, maka sesungguhnya lapangan psikologi terdapat di area tersebut.
PERKEMBANGAN MANUSIA
A.    Pengertian dan Ciri-Ciri Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai rasa konsepsi sampai mati. Kajian utamanya adalah menguji dan meneliti, apakah yang dimaksud dengan perkembangan, dan mengapa perkembangan itu terjadi, dengan tujuan memberikan gambaran tentang tingkah laku anak, serta mengidentifikasi faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan tingkah laku dari suatu perkembangan ke perkembangan berikutnya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai The Progressive and Continuous change in the organism from birth to death (suatu perubahan yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati). Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis (saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organsime dan merupakan suatu kesatuan yang utuh), progresif (bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kuantitatif maupun kualitatif) dan berkesinambungan (secara beraturan, berurutan, bukan secara kebetulan) menyangkut fisik maupun psikis.
Untuk lebih memahami berbagai hal mengenai perkembangan, dewasa ini ada 3 teori atau pendekatan:
1.      Pendekatan perkembangan kognitif, yang mempunyai asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang sangat fundamental yang membimbing tingkah laku individu. Dalam pendekatan ini ada 3 (tiga) buah model yaitu:
·         Model kognitif piaget
·         Model pemrosesan informasi
·         Model kognisi sosial
2.      Pendekatan belajar atau lingkungan, yang mempunya asumsi bahwa tingkah laku individu diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip belajar.
3.      Pendekatan etologi, yang merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang di ajukan oleh Carles Darwin, dengan merujuk kepada asal-usul biologis tentang tingkah laku sosial.
4.      Pendekatan Imam Al-Ghazali, dengan pendapatnya bahwa individu dilahirkan dengan membawa fitrah yang sehat dan seimbang, yang selanjutnya, kedua orang tua dan lingkungan yang memberikan pendidikan.
Secara umum, ciri-ciri perkembangan adalah:
1.      Terjadinya perubahan dalam aspek fisik dan psikis
2.      Terjadinya perubahan proporsi menyangkut aspek fisik dan aspek psikis
3.      Menghilangnya tanda-tanda fisik dan psikis yang lama
4.      Munculnya tanda-tanda fisik dan psikis yang baru

B.     Prinsip-prinsip Perkembangan
1.      Perkembangan itu merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
Hal ini dikarenakan manusia secara terus menerus berkembang dengan dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hayat.
2.      Setiap aspek perkembangan, baik fisik, emosi, dan intelegensi maupun sosial merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan berkorelasi positif.
3.      Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil dari tahap sebelumnya dan merupakan syarat bagi perkembangan berikutnya.
4.      Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya pada waktu dan tempo yang berbeda, ada yang lambat, ada yang cepat.
5.      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Sampai usia 2 tahun anak memusatkan perhatian untuk mengenal lingkungan, dan menguasai gerakan dan belajar berbicara. Pada usia 3-6 tahun perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial.
6.      Setiap individu yang normal akan mengalami fase perkembangan.

C.     Fase-fase Perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Masalah pembabakan atau periodesasi perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat-pendapat itu secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.
Ciri-ciri khusus dan pola-pola tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu dalam setiap tahapan perkembangan merupakan hasil dari proses fase perkembangan sebelumnya, ada keterkaitan antara satu fase dengan fase lainnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan individu di setiap fasenya, ada proses yang sistematik, progresif dan berkesinambungan. Allah Swt, menjelaskan proses bagaimana individu tumbuh dan berkembang menjalani fase demi fase dalam kehidupannya.
Allah Swt berfirman:
$ygƒr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# bÎ) óOçFZä. Îû 5=÷ƒu z`ÏiB Ï]÷èt7ø9$# $¯RÎ*sù /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ ¢OèO `ÏB 7ptóôÒB 7ps)¯=sƒC ÎŽöxîur 7ps)¯=sƒèC tûÎiüt7ãYÏj9 öNä3s9 4 É)çRur Îû ÏQ%tnöF{$# $tB âä!$t±nS #n<Î) 9@y_r& wK|¡B §NèO öNä3ã_̍øƒéU WxøÿÏÛ ¢OèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ( Nà6ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGムNà6ZÏBur `¨B Štãƒ #n<Î) ÉAsŒör& ̍ßJãèø9$# Ÿxøx6Ï9 zNn=÷ètƒ .`ÏB Ï÷èt/ 8Nù=Ïæ $\«øx© 4 ts?ur šßöF{$# ZoyÏB$yd !#sŒÎ*sù $uZø9tRr& $ygøŠn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÎÈ  

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Q.s:Al-Hajj [22]: 5)
Dalam ayat lain Allah Swt juga berfirman:
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_̍øƒä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãŠä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGム`ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur šcqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ  

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)” (Q.s: Al-Mu’min [40] : 67)
Pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan di luar keluarga berpotensi untuk mempengaruhi perkembangan individu dalam setiap fase nya khususnya dalam membentuk kepribadiannya. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana cara nya agar perubahan individu dalam setiap fase perkembangannya bersifat progresif-sistematik dengan membawa nilai-nilai yang positif sehingga dapat memudahkan individu dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
1.      Fase Pra-Natal
Fase pra-natal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari. Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari (asal sperma), kemudian menjadi segumpal darah beku itupun selama 40 hari, selanjutnya menjadi segenggam daging juga 40 hari. Selanjutnya allah mengutus seorang malaikat, maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya. Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan) empat hal yaitu mengenai rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya.” (H.R bukhari dan Muslim)
Penjelasan Rasulullah Saw. tentang proses kejadian anak di dalam perut dikuatkan pula oleh Al-qur’an:
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ  
§NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ  
¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.s: Al-Mu’minuun [23] : 12-14)
2.      Fase Lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai individu dan bukan sebagai parasit di dalam tubuh. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu. Periode ini adalah pada saat dimana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, dimana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan.
Walaupun singkat, masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi dua periode:  periode pertunate dan periode neonate. Periode partunate (mulai saat kelahiran sampai antara lima belas dan tiga puluh menit sesudah kelahiran). Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim ibu dan terakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal itu selesai di lakukan, bayi masih merupakan pascamastur, yaitu lingkungan di luar tubuh ibu. Periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamastur). Setelah itu bayi adalah individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Selama periode ini bayi harus mengadakan penyesuaian pada lingkungan baru di luar tubuh ibu.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan terhadap bayi neonatal adalah menyegarakan mengazaninya melalui telinga sebelah kanannya dan mengiqomati telinga sebelah kirinya. Anjuran ini sebagai bukti kasih sayang terhadap bayi neonatal, sekaligus menjaga kesucian dan kefitrahan bayi agar tetap terpelihara; dikhawatirkan dewasanya nanti jika tidak di azani dan di iqomati, pertumbuhan mental dan jiwa nya akan terganggu dan cenderung mengikuti kemauan hawa nafsu dan keduniaan. Seperti dijelaskan dalam suatu hadis yang berbunyi: Abu Rafi’ berkata, “Saya melihat Rasulullah Saw. berazan di telinga Hasan bin Ali di waktu dia dilahirkan oleh Fatimah r.a” (HR. Abu Dawud, At-Tirmizi, Hadis Shahih)
Setelah di azani dan di iqamati, baik tersebut di anjurkan untuk diberi manisan dan mendoakannya. Memberinya manisan gunanya untuk sebagai stimulir sebelum bayi menyusu pada ibunya. Hal lain yang perlu dilakukan terhadap bayi neonatal adalah memberinya nama. Memberikan nama yang baik bertujuan untuk agar si anak kelak jika sudah dewasa akan memahami kasih sayang orang tua nya dengan memberi nama yang baik akan menumbuhkan sikap percaya diri dalam dirinya. Namun, jika nama si anak buruk atau jelek, itu akan mempengaruhi jiwanya, si anak menjadi minnder, pemalu, dan pendiam, atau bahkan ia akan menjadi seorang yang pendendam bagi orang tua yang memberinya nama yang buruk.
Selanjutnya, pada hari ke tujuh, di wajibkan bagi yang mampu untuk mengadakan akikah untuk si anak agar diharapkan tertanam pada diri anak sikap kedermawanan kelak jika ia sudah menjadi dewasa. Selain berakikah bagi anak pada hari ke tujuh di sunnahkan juga untuk mengkhitankan anak tersebut pada hari yang sama.
3.      Fase 2 Tahun Pertama
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi adalah dimana masa pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan, tetapi juga kemampuan. Masa bayi juga merupakan masa berkurangnya ketergantungan pada orang lain, dan ini efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, dan berjalan, dan menggerakkan benda-benda. Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara.
Penanaman tauhid sejak bayi mulai belajar berbicara sangat penting untuk pembinaan akhlaknya kelak jika ia menjadi dewasa nanti. Jika akhlak anak sudah baik, mudah baginya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Pada fase ini, bayi di usahakan tetap disusui oleh ibunya sebagai bentuk kasih sayang yang diperlukan olehnya. Selain itu, air susu ibu adalah makanan yang paling utama baginya disamping menjaga dari bermacam penyakit dan dengar air susu ibu bayi akan berkembang dengan sehat dan kuat. Kasih sayang ibu melalui penyusuan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pribadi anak, dimana ia merasa aman dan tenteram tidak gelisah dan goncang jiwanya. Jika ibu tidak mampu menyusukan anaknya selama dua tahun, diperbolehkan untuk meminta bantuan kepada ibu lain yang mampu untuk menyusukannya, biasanya jasa atas penyusuan itu diganti dengan sejumlah bayaran. Hal ini membuktikan bahwa begitu pentingnya penyempurnaan dalam penyusuan bayi selama dua tahun. Dikhawatirkan, jika susu bayi diganti dengan susu kaleng botol (instant), tujuan utama penyusuan kedekatan ibu terhadap anak tidak tercapai, dan juga jika terlalu sering  menggunakan susu kaleng atau botol sebelum bayi genap berusia dua tahun. Kasih sayang sangat ditekankan dalam pembinaan anak. Bentuk curahan kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya banyak sekali dan beragam. Diantaranya adalah pelukan, ciuman, mengelus kepala dan wajah, menyambut dan mengajak anak-anak berbicara, mendahulukan anak, memperlakukan anak-anak secara adil dan sama, dan bermain bersama dengan mereka. Dalam hal bermain, kecendrungan anak-anak untuk bermain adalah kecendrungan alami. Para ahli pendidikan telah membuktikan telah membuktikan bahwa dengan bermain seorang anak dapat menumbuhkan kepekaan panca indera, kecerdasan, motivasi dan insting kejiwaan dan sosialnya.
4.      Fase Kanak-kanak Awal dan Akhir
a.       Fase kanak-kanak awal
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi menjadi cukup baik. Pada awal masa anak-anak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.
Awal masa anak-anak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui hukuman dan pujian. Periode ini juga masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda, ada yang dikenakan disiplin yang otoriter, lemah dan demokratis. Awal masa kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks karena pada saat ini sejumlah aspek penting dalam penggolongan peran seks dikuasai terutama belajar arti steorotip peran seks dan menerima serta memainkan peran seks yang disetujui oleh kelompoknya.
Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain). Berbagai hubungan keluarga, orang tua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga, berperan dalam bersosialisasi anak dan perkembangan konsep diri, dalam tingkat kepentingan yang berbeda.
b.      Fase kanak-kanak akhir
            Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar sebelas tahun bagi anak perempuan dan dua belas tahun bagi anak laki-laki, oleh para pendidik disebut sebagai usia “sekolah dasar”. Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh kesehatan, gizi, imunisasi, seks, dan intelegensi.
5.      Fase Puber (Remaja Awal)
            Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja. Masa ini terjadi pada usia berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan bagi individu-individu di dalam tiap kelompok seks. Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
6.      Fase Remaja
            Masa remaja yang berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia delapan belas tahun-usia kematangan yang resmi-dibagi ke dalam awal masa remaja yang berlangsung sampai usia tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja yang berlangsung sampai usia kematangan yang resmi.
7.      Fase Dewasa Dini (Awal)
            Masa dewasa ini adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif , yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan belas hingga kurang lebih empat puluh tahun.
8.      Fase Dewasa Madya
            Pada umumnya usia dewasa akhir (madya) atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai dengan 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula di ikuti oleh penurunan daya ingat.
            Ada sepuluh karakteristik yang biasa terjadi pada usia madya : (1) usia madya merupakan periode yang sangat menakutkan, (2) usia madya merupakan usia transisi (3) masa stress, (4) “usia yang berbahaya”, (5) “usia canggung” (6) masa berprestasi (7) masa evaluasi (8) dievaluasi dengan standar ganda (9) masa sepi (10) masa jenuh.
9.      Fase Dewasa Akhir (Lansia)
Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut: (1) merupakan periode kemunduran, (2) perbedaan individual pada efek menua, (3) usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Tahapan umur ini oleh Rasulullah Saw. dinamakan masa “pergulatan maut”, yaitu masa-masa umur enam puluhan hingga tujuh puluhan. Dalam hal ini beliau bersabda “masa penuaian umur umatku dari enam puluh hingga tujuh puluh tahun.” (HR. Muslim dan Nasa’i)
Dalam usia 63 tahun inilah Rasulullah Saw. telah diwafatkan oleh Allah Swt. Demikian pula para sahabat; Abu Bakar, Umar, dan Ali r.a. Adapun Usman r.a dipanjangkan usianya hingga mencapai delapan puluh tahun. Hal ini berarti bahwa tak ada alasan baginya untuk mengadukan bahwa umurnya pendek, sesudah Tuhan membiarkannya hidup hingga mencapai usia enam puluh tahun.
Sering meningat mati dan menyadari bahwa maut sudah hampir tiba, mengandung bermacam-macam faedah dan manfaat yang berkesan. Di antara nya berzuhud di dunia, qanaah (merasa cukup) dengan yang ada dan selalu membiasakan diri mengerjakan amalan-amalan shaleh yang menjadi bekal manusia di akhirat, menjauhi segala perbuatan jahat dan meninggalkan larangan Allah Swt.
Hidup di dunia sebaiknya seperti layaknya musafir (pengelana), yang menganggap dunia hanya sebagai tempat singgah untuk menuju rumah yang abadi yakni akhirat. Rasulullah Saw bersabda, “Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang asing atau musafir lalu anggaplah dirimu sebagai seorang di antara penghuni kubur” (HR. Bukhari)
PROSES BELAJAR
A.    PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar tidak hanya melibatkan penguasaan suatu kemampuan atau masalah akademik baru, tetapi juga perkembangan emosi, interaksi sosial, dan perkembangan kepribadian.
Belajar ialah perubahan perilaku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman (Kimble,1961). Definisi ini tampaknya terlalu sederhana karena bagaimanapun di dalamnya terdapat hal-hal yang menyertai prosesnya.
Istilah belajar dalam definisi Kimble digunakan terbatas pada perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagaimana hasil perubahan-perubahan yang temporer dihasilkan oleh beberapa faktor. Seperti kelelahan, obat-obatan, penyakit atau dikarenakan motivasi yang bervariasi yang dipandang berbeda dari apa yang dipelajari..
Kata belajar dalam pengertian kata sifat “mempelajari” berarti memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mempersepsikan secara langsung dengan indera. Adapun kata sifat pengetahuan yaitu “mengetahui” adalah untuk memiliki pemahaman praktis melalui pengalaman dengan sesuatu hal.
B.     TEORI-TEORI TENTANG BELAJAR
1.      Teori Koneksionisme dari Thorndike
Edward Thorndike (1874-1949) adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika. Ia merupakan orang pertama yang melakukan eksperimen belajar dengan hewan. Disertai doktornya yang mulai ia tulis sejak di Universitas Harvard dan disempurnakan di Columbia, diterbitkan pada tahun 1898, membahas tentang eksperimen puzzle box yang sangat terkenal di bidang psikologi.
2.      Teori Pengondisian Klasik dari Ivan Pavlov
Ivan Pavlov (1849-1936) seorang fisiologi berkebangsaan Rusia lulusan fakultas kedokteran, karya nya mengenai pengondisian sangat kuat mempengaruhi aliran psikologi behavioristik Amerika yang dipelopori oleh John B Watson.
Latar belakang konseptual Ivan Pavlov tentang belajar tidak jauh berbeda dengan Thorndike. Pavlov menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika dan seterusnya, yang ke semua nya sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Perilaku hewan ditafsirkan sebagai perilaku yang bersifat refleks dan otomatis serta ditentukan oleh basis fisiologis. Namun penemuan psikis atau refleks yang terkondisikan melahirkan satu dilema. Perilaku baru bergantung pada belajar, tetapi sebagai ilmuan fisiologis, Pavlov tidak dapat menafsirkannya dalam istilah belajar yang sama pada manusia. Perilaku baru pasti merupakan refleks baru yang di dasari oleh mekanisme otak yang bersifat fisiologis seperti refleks yang lain. Dengan kata lain, Pavlov mengembangkan konsep refleks agar tidak hanya mencakup respons yang tidak dipelajaridan ditentukan secara genetik, tetapi juga reaksi yang dipelajari.
3.      Teori Pengondisian Operan
Teori pengondisian operan ini digagas dan dikembangkan oleh B.F Skinner (1904-...) seorang penganut aliran behaviorisme berkebangsaan Amerika yang sangat terkenal dan memiliki banyak pengikut dari kalangan para psikolog modern. Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang terbit tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
4.    Teori Kognitif
Pendekatan teori kognitif lebih menekankan proses mental manusia. Dalam pandangan ahli penganut aliran kognitif, tingkah laku yang tampak tidak dapat di ukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.Pendukung awal pendekatan kognitif belajar ini adalah Edward Tolman Chace (1866-1959) seorang psikolog Amerika. Pada tahun 1932 ia melakukan penelitian dengan menggunakan tikus sebagai hewan percobaan.
5.      Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial sering disebut juga sebagai teori belajar pengamatan. Tokoh utamanya adalah Albert Bandura, seorang psikolog di Universitas Stanford Amerika Serikat dan dikenal orang sebagai ahli behaviorisme yang moderat.
6.      Teori Belajar Menurut Ikhwan Al-Shafa
Perbedaan Individual
Ikhwan Al-Shafa mengatakan bahwa perbedaan individual manusia dalam belajar disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor fisiologis atau konstitusi biologis, yaitu perbedaan tabiat yang disebabkan oleh perbedaan campuran dan hormon fisik serta pengaruh bintang dan tata surya sesuai tanggal kelahirannya. Kedua, faktor lingkungan atau usaha berbagai macam tindakan dan pengetahuan yang dipelajari manusia dan model pendidikan yang ia peroleh. Menurut Ikhwan Al-Shafa “Aspek psikologi manusia berbeda-beda sesuai dengan perbedaan daya jiwa, dan perbedaan daya jiwa sesuai dengan perbedaan mereka dalam tindakan pengetahuan dan akhlaknya.
7.      Teori Perubahan Akhlak Menurut Al-Ghazali
Awal mula ketertarikan Al-Ghazali terhadap perbaikan adalah ketika ia melihat dekadensi moral, penyimpangan perilaku, dan penyakit hati atau jiwa melanda banyak orang di zamannya. Ia sangat terkejut sehingga ia merasa bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan akhlak dan perilaku.
Al-Ghazali kemudian melakukan analisis mendalam (depth analysis) tentang akhlak tercela (al-akhlak al-Radzilah) yang merebak dan berusaha mencari sebab-sebab nya (diagnosa) serta menentukan metode yang manjur dan efektif untuk menyembuhkannya (prognosis).
C.     Mekanisme Internal Proses Belajar
Mekanisme proses belajar tidak hanya bisa di lihat dari proses eksternal lingkungan semata, melainkan di dalam prosesnya membutuhkan proses internal yang terjadi di dalam diri individu, diantaranya adalah proses pengingatan atau memori, berikut akan di bahas mengenai proses memori tersebut.
1.      Tahapan memori
Proses memori dapat dibedakan dalam tiga tahap memori, yaitu pertama, tahap penyandian (encoding) atau pemasukan pesan ke dalam ingatan. Sebagian besar riset tentang memori berupaya mengetahui operasi mental yang terjadi pada masing-masing dari ketiga tahap memori itu dan menjelaskan bagaimana operasi tersebut dapat menyimpang dan menyebabkan kegagalan memori.
2.      Tipe Memori yang Berbeda
Tiga tahap memori yang tidak bekerja dalam cara yang sama pada semua situasi. Memori tampaknya berbeda dalam situasi yang mengharuskan kita menyimpan material selama beberapa detik dan yang mengharuskan kita menyimpan material untuk interpal yang lebih panjang dari beberapa menit untuk tahunan. Situasi pertama dikatakan memori jangka pendek (short term memory), sedangkan yang kedua mencerminkan memori jangka panjang (long trem memory).
a.       Memori jangka pendek (STM)
            Walaupun dalam situasi dimana kita harus mengingat informasi hanya untuk beberapa detik, memori melibatkan ketiga tahapan penyandian, penyimpanan, dan pengambilan.
b.      Memori jangka panjang (LTM)
      Melibatkan informasi yang dipertahankan untuk interval tersingkat untuk beberapa menit (seperti point-point yang dibuat dalam suatu percakapan) atau sampai seumur hidup (sebagai kenangan masa kanak-kanak). Dalam eksperimen tentang memori jangka panjang, ahli psikologi biasanya mempelajari proses pelupaan selama interval beberapa menit, jam, dan minggu, tetapi sedikit penelitian yang dilakukan dalam tahunan atau bahkan dasawarsa.
      Tidak seperti situasi di dalam memori jangka pendek,  interaksi penting antara penyandian dan pengambilan terjadi pada memori jangka panjang.

EMOSI MANUSIA
A.    Perasaan dan Emosi
Pada umumnya kegiatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang selalu menyertai perasaan kita sehari-hari disebut warna afektif.
Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih  mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaaan-perasaan ini disebut emosi, beberapa macam emosi antara lain, gembira, bahagia, terkejut, benci, senang, sedih, was-was dan sebagainya.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu mencium bau dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar, dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya datang dari luar , dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada individu yang bersangkutan.
B.     Tiga Dimensi Perasaan Menurut WUNDT
Menurut Wundit perasaan dapat dilihat dari salah satu sisi perasaan yang di alami sebagai perasaan yang menyenangkan. Hal ini dinyatakan Windt sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu, masih terdapat dimensi lain, yaitu perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang excited atau sebagai inner feeling; hal ini digunakan Wundt sebagai dimensi kedua. Suatu perasaan yang dialami oleh individu dapat disertai tingkah laku perbuatan yang tampak.
Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana pendapat dari Wundt tentang perasaan dalam 3 golongan, yaitu:
1.      Perasaan-perasaan presense; yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
2.      Perasaan-perasaan yang menjangkau maju merupakan jangkauan ke depan dalam kejadian-kejadian yang akan datang. Jadi masih dalam pengharapan.
3.      Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu. Lalu melihat ke belakang yang telah terjadi. Misalnya, orang merasa sedih, karena teringat waktu zaman keemasannya beberapa waktu lalu (Besot,dkk.,1950)

C.     Macam-macam perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari yang sering di dengar adanya perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya klasifikasi dari perasaan.
Max Scherer mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan perasaan, yaitu:
1.      Perasaan tingkat sensatis
Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingin.
2.      Perasaan kehidupan vital
Perasaan ini bergantung pada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.
3.      Perasaan kejiwaan
Perasaan ini merupakan perasaan seperti gembira, susah, takut.
4.      Perasaan kepribadian
Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas (Besot,dkk.,1950)
Senada dengan hal itu, Kohntaamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
1.      Perasaan keindahan
2.      Perasaan kejiwaan
3.      Perasaan kesusilaan
4.      Perasaan kemasyarakatan (sosial)
5.      Perasaan harga diri
6.      Perasaan keagamaan

D.    Ciri Perasaan
a.       Perasaan tidak dapat berdiri sendiri
Perasaan selalu bersangkutan dengan gejala-gejala jiwa yang lain, misalnya mengamati sesuatu, memikirkan sesuatu, teringat sesuatu, berfantasi dengan sesuatu.
b.      Perasaan selamanya bersifat perseorangan
Perasaan dapat diselidiki dengan menggunakan metode extios peksi, yaitu mengamati tingkah laku lahir seseorang namun metode ini tidak dapat dipakai kepada orang dewasa, karena orang dewasa selalu dapat menguasai dirinya.

JB. Watson menyatakan bahwa manusia mempunya tiga emosi dasar, yaitu:
1.      Fear (takut) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi anxiety (cemas)
2.      Rage (kemarahan) yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah)
3.      Love (cinta) yang akan menjadi simpati

Selanjutnya Descartes juga mengemukakan emosi-emosi dasar sebanyak enam macam:
1.      Desire (keinginan)
2.      Hate (benci)
3.      Wonder (kagum)
4.      Sorrow (kesedihan)
5.      Love (cinta)
6.      Joy (kegembiraan)

E.     Emosi dan Gejala Kejasmanian
Pada setiap individu yang normal umumnya memiliki gejala-gejala kejiwaan atau pernyataan pernyataan jiwa yang secara garis besarnya dalam psikologi umum dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
a.       Gejala pengenalan (kognisi) yang termasuk kegiatan psikis pengenalan/kognisi ini adalah gejala-gejala jiwa seperti pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi, berfikir, dan intelegensi.
b.      Gejala jiwa perasaan (emosi): Begot,dkk membagi gejala jiwa perasaan ini menjadi 2 bagian, yaitu perasaan-perasaan rendah (jasmaniah) dan perasaan-perasaan luhur (ruhaniah) perasaan-perasaan jasmaniah, seperti perasaan penginderaan, dan perasaan vita. Sedangkan perasaan ruhaniah, seperti perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan ketuhanan, perasaan kesusilaan, perasaan diri, dan perasaan intelektual.
c.       Gejala jiwa kehendak (konasi) gejala kehendak ini ada dua macam, yaitu gejala kehendak inderawiah, seperti trofisme, refleks, insting, nafsu, kebiasaan, keinginan dan kecendrungan. Semua gejala kehendak di atas tidak dipengaruhi oleh pikiran, dan gejala kehendak yang ruhaniah, yaitu kemauan.
d.      Gejala campuran yang termasuk gejala pikir ini adalah minat, dan perhatian, kelelahan dan sugesti.

F.      Teori-Teori Emosi
Bagaimana hubungan emosi antara emosi dengan gejala-gejala kejasmanian yaitu apakah emosi yang menimbulkan gejala-gejala kejasmanian atau sebaliknya gejala-gejala kejasmanian yang menimbulkan emosi. Mengenai hal ini adanya pendapat yang satu berbeda dengan yang lain, justru pendapat yang ada bertentangan dengan pendapat yang lain. Pendapat-pendapat ini sering dikenal dengan teori-teori emosi.
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang nativistik, mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat yang empirisrik mengatakan bahwa emosi di bentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut faham navistik adalah Rene Descartes (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai enam emosi dasar yaitu:
1.      Cinta
2.      Kegembiraan
3.      Keinginan
4.      Kebencian
5.      Sedih, dan
6.      Kagum
Tokoh empiris yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhem Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi.
Menurut F. Wundt ada 3 (tiga) pasang kutub emosi, yaitu:
1.      Lust-Unlust (senang-tak senang)
2.      Spannung-Losung (tegang-tak tegang)
3.      Erregung-Berubigung (semangat-tenang)
Fisiologi Emosi
Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain:
a.       Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
b.      Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
c.       Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
d.      Pernapasan: bernapas panjang bila kencang
e.       Pupil mata: membesar bila sakit atau marah
f.       Liur: mengering bila takut atau tegang
g.      Bulu roma: berdiri bila takut
h.      Pencernaan : mencret-mencret bila tegang
i.        Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar
j.        Komposisi darah: komposisi darah akan cepat berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

G.    Penggolongan Emosi
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar dilakukan karena hal-hal berikut ini.
1.      Emosi yang sangat mendalam
Misalnya sangat marah atau sangat takut menyebabkan badan sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh aktif. Dan dalam keadaan seperti ini sukar menentukan apakah seseorang itu sedang takut atau sedang marah.
2.      Penghayatan
Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah seorang akan gemetar di tempat, tetapi lain kali ia memaki-maki atau mungkin lari.
3.      Nama Emosi
Yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya, bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi “takut” adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, “marah” adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.
4.      Pengenalan emosi
Pengenalan emosi secara subjektif dan introspektif sukar dilakukan, karena selalu saja ada pengaruh dari lingkungan.

H.    Pertumbuhan Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu untuk dapat tertawa. Setelah anak itu sudah dapat lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu untuk situasi-situasi tertentu.
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah objek-objek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah di takut-takuti di tempat gelap tidak akan takut kepada tempat yang gelap. Pria Amerika jarang menangis pada peristiwa-peristiwa seperti perkawinan, gagal ujian dan sebagainya. Namun Pria Prancis lebih mudah untuk mencucurkan air mata dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu , takut dan tidak berdaya, segan bertemu orang lain, dan sebagainya.
I.       Emosi dalam Perspektif Ilmuwan Islam
Banyak tokoh ilmuwan islam yang memperbincangkan masalah emosi. Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya sebagai cinta, marah, sedih, berani dan semacamnya. Al-Ghazali adalah salah satu tokoh yang memperbincangkan masalah ini. Seperti teorinya tentang nafs, yang dia pecahkan menjadi nafs muthmainnah, lawammah, dan nafs amarah.
Proses penciptaan manusia menurut Al-Ghazali memiliki tiga proses, yakni:
1.      Taswiyah, yaitu aktivitas di tempat penerimaan ruh, yaitu tanah (al-Thin) bagi Adam dan air mani (al-nhutfah) bagi anak cucunya. Kondisi taswiyah ini bersih dan suci dari segala kotoran.
2.      Nafkh, yaitu menyulutnya cahaya ruh pada syaraf air mani. Nafkh merupakan citra dan hasil. Citranya adalah seperti mengeluarkan angin dari lambung zat yang meniupkan pada lambung orang yang diberi, sehingga syaraf-syaraf nya menyalakan cahaya.
3.      Ruh, yaitu substansi yang bukan baru datang (‘aradh) sebab ia mampu mengenal dirinya sendiri dan penciptanya, serta mampu memahami hal-hal yang masuk akal.
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM ISLAM
A.    Defini Psikologi Kepribadian dalam Islam

1.      Kepribadian dalam Wacana Psikologi Barat
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti “topeng”. Yaitu topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara. Atau juga dari kata lain personare yang berarti to sound through (suara tembus). Seorang aktor Yunani Kuno telah terbiasa memakai topeng (persona) ketika memerankan seorang tokoh dalam suatu drama. Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain. Tekhnik drama ini kemudian di ambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah Personality. Bagi bangsa Roma, persona semula  di artikan dengan “bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya” Aktor menciptakan dalam pikiran penonton suatu kesan (impression) dari tokoh yang diperankan di atas panggung, bukan kesan dari pribadi aktor sendiri. Berdasarkan pemahaman ini, maksud personality bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan suatu kualitas perilaku total seseorang. Istilah personality kemudian di pakai untuk menamakan para aktor sendiri, bukan pribadi orang lain yang diperankan. Setelah masa keemasan Roma, makna istilah ini berubah menjadi “sesuatu yang di anggap sebagai konstitusi manusia yang dijadikan”.
Istilah “Kepribadian” sering dijumpai dalam beberapa literatur dengan berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang menyebutnya dengan (1) personality (kepribadian) sendiri sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan The Psychology of Personality, atau Theory of Personality; (2) character (watak atau perangai), sedang ilmu yang membicarakannya disebut dengan The  Psychology of Character, Characterology; (3) type (tipe),  sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan Typologi. Ketiga istilah tersebut yang dipakai adalah istilah kepribadian juga mencerminkan konsep keunikan diri seseorang.
2.      Kepribadian dalam Wacana Islam
Dalam islam istilah Kepribadian (personality) dalam studi keislaman lebih di kenal sebagai dengan  term al-syakhsiyah. Syakhsiyah berasal dari kata syakhsh yang berarti “pribadi”. Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar shina’iy) syakhshiyah yang berarti “Kepribadian”.
Dalam literatur keislaman, terutama khazanah klasik abad pertengahan, kata syakhshiyah (sebagai padanan dari kepribadian) kurang begitu di kenal. Terdapat beberapa alasan mengapa term itu tidak dikenal: (1) dalam Al-Qur’an maupun al-Sunnah tidak ditemukan term syakhshiyah, kecuali dalam beberapa hadis disebutkan term syakhs yang berarti pribadi (person) bukan kepribadian (personality); (2) dalam khazanah islam klasik, para filsuf maupun sufi lebih akrab menggunakan istilah akhlak. Penggunaan istilah ini karena ditopan oleh ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasul; (3) term syakhshiyah hakikatnya tidak dapat mewakili nilai-nilai fundamental islam untuk mengungkap suatu fenomena atau perilaku batiniah manusia. Artinya term syakhshiyah yang lazim dipakai dalam Psikologi Kepribadian Barat aksentuasinya lebih pada deskripsi karakter, sifat, atau perilaku unik individu, sementara term akhlaq lebih menekankan pada aspe penilaiannya terhadap baik buruk suatu tingkah laku. Syakhshiyah merupakan akhlak yang didevaluasi (tidak dinilai baik buruknya), sementara akhlak merupakan syakhshiyah yang dievaluasi.
3.      Pengertian Psikologi Kepribadian dalam Islam
Melalui pendekatan psikologis, Psikologi-Kepribadian—sebagaimana yang diungkap oleh Adler—adalah salah satu cabang dari psikologi yang menguraikan struktur-struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas serta mengenai pemahaman-pemahaman tingkah laku yang menjadi ciri-ciri individu yang normal. Definisi diatas memiliki dua prinsip pokok yaitu pertama, psikologi kepribadian membahas tentang struktur-struktur kepribadian manusia sebagai totalitas. Kedua, psikologi kepribadian menguraikan tingkah laku individu yang normal. Pembahasan ini merupakan relevansi dengan objek material kepribadian. Kepribadian secara harfiah dapat diartikan dengan “tingkah laku” yaitu tingkah laku individu yang menjadi ciri uniknya. Tingkah laku disini di asumsikan dari konsep manusia yang normal dan bukan yang sakit. Artinya, studi tentang kepribadian adalah studi yang beranjak dari tingkah laku yang sehat dan bukan yang sakit. Konsep ini di asumsikan dari pemahaman bahwa pada prinsipnya manusia adalah makhluk yang baik.
Sedang yang dimaksud dengan Psikologi Kepribadian dalam Islam adalah “studi islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang khalik-nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup dunia dan akhirat “Rumusan tersebut memiliki lima komponen dasar yaitu:
1.      Studi islam. Psikologi kepribadian islam merupakan salah satu kajian dalam studi keislaman. Sebagai disiplin ilmu, ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin keislaman yang lain.
2.      Yang berhubungan dengan tingkah laku manusia.
3.      Berdasarkan pendekatan psikologis.
4.      Dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang khalik.
5.      Untuk meningkatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.



B.     Kedudukan Kepribadian dalam Disiplin Ilmu
Persoalan kepribadian telah dibicarakan di dalam berbagai diskursus keilmuan, sehingga dewasa ini ditemukan berbagai ragam teori keribadian ada yang diperoleh melalui pendekatan metafisik dan ada juga ynag diperoleh melalui pendekatan psikologis. Pendekatan metafisik melahirkan disiplin “Filsafat Kepribadian” sedang pendekatan psikologis melahirkan disiplin “Psikologi Kepribadian” masing-masing disiplin ini membicarakan objek material yang sama, yaitu tingkah laku individu, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Filsafat kepribadian menitikberatkan pandangannya pada hakikat dan keberadaan tingkah laku individu, sedangkan Psikologi Kepribadian menitikberatkan pada struktur, proses dan motivasi yang menimbulkan tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan, serta psikopatologi dan psikoterapinya.
C.     Ruang Lingkup Pembahasan Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian sebagai bagian dari teori kepribadian memiliki dimensi-dimensi khusus yang merupakan ruang lingkup pembahasannya. Sebelum membahas dimensi-dimensi Psikologi Kepribadian, terlebih dahulu dikemukakan dimensi-dimensi teori kepribadian guna mengetahui perbandingan-perbandingan yang diinginkan. Pevin (1980) menyatakan bahwa suatu teori kepribadian dianggap sempurna apabila memiliki lima dimensi pokok, yaitu (1) struktur kepribadian; (2) proses dan motivasi kepribadian; (3) pertumbuhan dan perkembangan kepribadian; (4) psikopatologi dan (5) psikoterapi. Kelima dimensi inilah yang menjadi ruang lingkup teori kepribadian.
D.    Fungsi Psikologi Kepribadian
Psikologi memandang kepribadian sebagai suatu bidang empirik. Selain memiliki fungsi praktis, ia juga memiliki fungsi teoritis. Fungsi praktis Psikologi Kepribadian adalah berusaha untuk memahami tingkah laku seseorang melalui prinsip-prinsip yang telah ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku. Asumsi psikologis yang mendukung fungsi ini adalah walaupun tingkah laku manusia seakan-akan mengikuti pola umum tertentu, individu cenderung untuk memberi respons yang berbeda-beda terhadap unsur-unsur di dalam situasi khusus.
Fungsi praktis lain yang tidak kalah urgensinya adalah fungsi “bercermin” diri. Tingkah laku seseorang secara umum seperti sejumlah atau seperti semua orang lain. Artinya, tidak ada salahnya jika seseorang melihat kepribadiannya melalui kepribadian orang lain. Kepribadian orang lain merupakan cerminan kepribadiannya sendiri, meskipun cerminan itu hanya menyangkut pola-pola umum saja. Sedangkan fungsi teoritis Psikologi Kepribadian merupakan fungsi normatifnya. Artinya, teori psikologi kepribadian beruasah mendeskripsikan dan menjelaskan pola-pola umum kepribadian seseorang, agar dapat dijadikan sebagai norma dalam menggambarkan, menentukan, dan mengkategorikan tipe atau sifat khas individu. Fungsi teoritis ini dapat dicapai apabila telah dijelaskan semua ruang lingkup Psikologi Kepribadian.
E.     Struktur Kepribadian dalam Islam
Struktur adalah “komposisi pengaturan bagian-bagian komponen, dan susunan suatu kompleks keseluruhan. James P. Chaplin mendifinisikan struktur dengan organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Para psikolog menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pada proses-proses yang memiliki stabilitas. Struktur kepribadian memiliki arti “integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun kepribadian. Atau lebih tepatnya “aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi, serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan tingkah laku individu.

...Sekian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar