ISLAM
DAN PSIKOLOGI
Dra.
Netty Hartati, M.Si.
(Penerbit
PT Raja Grafindo Persada)
Sonia Swastika
NIM. 153133039
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Mataram
2015
“ISLAM
DAN PSIKOLOGI”
PENDAHULUAN
A.
Dasar
Pemikiran
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kejiwaan
manusia. Penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan itu sendiri mula-mula
dilakukan oleh para filsuf Yunani Kuno. Pada waktu itu belum ada
pembuktian-pembuktian nyata atau empiris, melainkan segala teori dikemukakan
berlandaskan argumentasi-argumentasi logis (akal) belaka. Berabad-abad setelah
itu, psikologi juga masih merupakan bagian dari filsafat, antara lain di
Prancis muncul Rene Descartes (1596-1650), di Inggris muncul Tokoh John Locke
(1623-1704), mereka dikenal sebagai tokoh asosiasionisme, yaitu doktrin
psikologis yang menyatakan bahwa jiwa itu tersusun atas elemen-elemen sederhana
dalam bentuk ide-ide yang muncul dari pengalam inderawi. Ide-ide ini bersatu
dan berkaitan satu sama lain lewat asosiasi-asosiasi.
Psikologi baru diakui menjadi cabang ilmu independen setelah
didirikan laboratorium psikologi oleh Wilhem Wundt pada tahun 1879. Yang
kemudian sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologi selanjutnya, para
sarjana psikologi mulai menyelediki gejala-gejala kejiwaan secara lebih
sistematis dan objektif. Metode-metode baru ditemukan untuk mengadakan
pembuktian-pembuktian nyata dalam psikologi sehingga lambat laun dapat di susun
teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu induknya. Sejak masa itu pulalah
psikologi mulai bercabang-cabang ke dalam aliran-aliran, karena bertambahnya
jumlah sarjana psikologi yang tentu saja menambah keragaman berpikir dan banyak
pikiran-pikiran itu yang tidak dapat di satukan satu sama lain. Karena itulah,
mereka yang merasa sepikiran, sependapat menggabungkan diri dan menyusun suatu
aliran tersendiri.
Sumadi Suryabrata mengklasifikasikan aliran-aliran tesebut atas
dasar jalan yang ditempuh atau metode yang dipergunakan dalam menyusun suatu
teori psikologi. Menurutnya, psikolog dapat dikategorikan ke dalam dua macam
yaitu:
(1)
Psikolog
spekulatif, yaitu psikolog yang menyusun teori-teorinya atas dasar pemikiran spekulatif,
seperti plato, Kant, ahli-ahli dari aliran Neo Kantianisme, Bahnsen, Queyrat,
Malapert, dan lain-lain. Mereka terutama adalah para ahli filsafat.
(2)
Psikolog
empiris atau psikolog eksperimental, yaitu psikolog yang menyusun teori-teori
nya atas dasar data-data dari hasil penyelidikan atau eksperimen, seperti
Watson, Jung, Adler, Esyenk, Rogers, dan lain-lain.
B.
Ruang
Lingkup Pembahasan
Psikologi merupakan disiplin ilmu yang memusatkan perhatian dalam
pembahasan mengenai manusia dan tingkah lakunya sebagai individu dan
perilakunya dalam berhubungan dengan masyarakat. Menurut cakupannya psikologi
dapat dibagi dalam enam bidang, yaitu Psikologi Umum dan Eksperimen, Psikologi
Klinis, Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, dan Psikologi
Organisasi dan Industri. Selain itu, terdapat cabang-cabang terapan psikologi
yang mencakup bidang-bidang kehidupan manusia. Dengan kata lain, dimana manusia
hidup dan bertingkah laku, maka sesungguhnya lapangan psikologi terdapat di
area tersebut.
PERKEMBANGAN
MANUSIA
A.
Pengertian
dan Ciri-Ciri Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari
tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai
rasa konsepsi sampai mati. Kajian utamanya adalah menguji dan meneliti, apakah
yang dimaksud dengan perkembangan, dan mengapa perkembangan itu terjadi, dengan
tujuan memberikan gambaran tentang tingkah laku anak, serta mengidentifikasi
faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan tingkah laku dari suatu
perkembangan ke perkembangan berikutnya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai The Progressive and
Continuous change in the organism from birth to death (suatu perubahan
yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati).
Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis (saling kebergantungan atau
saling mempengaruhi antara bagian-bagian organsime dan merupakan suatu kesatuan
yang utuh), progresif (bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara
kuantitatif maupun kualitatif) dan berkesinambungan (secara beraturan,
berurutan, bukan secara kebetulan) menyangkut fisik maupun psikis.
Untuk lebih memahami berbagai hal mengenai perkembangan, dewasa ini
ada 3 teori atau pendekatan:
1.
Pendekatan
perkembangan kognitif, yang mempunyai asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan
suatu yang sangat fundamental yang membimbing tingkah laku individu. Dalam
pendekatan ini ada 3 (tiga) buah model yaitu:
·
Model
kognitif piaget
·
Model
pemrosesan informasi
·
Model
kognisi sosial
2.
Pendekatan
belajar atau lingkungan, yang mempunya asumsi bahwa tingkah laku individu
diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip belajar.
3.
Pendekatan
etologi, yang merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang
didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang di ajukan oleh Carles Darwin,
dengan merujuk kepada asal-usul biologis tentang tingkah laku sosial.
4.
Pendekatan
Imam Al-Ghazali, dengan pendapatnya bahwa individu dilahirkan dengan membawa
fitrah yang sehat dan seimbang, yang selanjutnya, kedua orang tua dan
lingkungan yang memberikan pendidikan.
Secara umum, ciri-ciri perkembangan adalah:
1.
Terjadinya
perubahan dalam aspek fisik dan psikis
2.
Terjadinya
perubahan proporsi menyangkut aspek fisik dan aspek psikis
3.
Menghilangnya
tanda-tanda fisik dan psikis yang lama
4.
Munculnya
tanda-tanda fisik dan psikis yang baru
B.
Prinsip-prinsip
Perkembangan
1.
Perkembangan
itu merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
Hal ini dikarenakan manusia secara terus menerus berkembang dengan
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hayat.
2.
Setiap
aspek perkembangan, baik fisik, emosi, dan intelegensi maupun sosial merupakan
satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan berkorelasi positif.
3.
Perkembangan
terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil dari tahap sebelumnya
dan merupakan syarat bagi perkembangan berikutnya.
4.
Perkembangan
terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya pada waktu dan
tempo yang berbeda, ada yang lambat, ada yang cepat.
5.
Setiap
fase perkembangan mempunyai ciri khas
Sampai usia 2 tahun anak memusatkan perhatian untuk mengenal
lingkungan, dan menguasai gerakan dan belajar berbicara. Pada usia 3-6 tahun
perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial.
6.
Setiap
individu yang normal akan mengalami fase perkembangan.
C.
Fase-fase
Perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan
tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau
pola-pola tingkah laku tertentu. Masalah pembabakan atau periodesasi
perkembangan ini, para ahli berbeda pendapat. Pendapat-pendapat itu secara
garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan analisis
biologis, didaktis, dan psikologis.
Ciri-ciri khusus dan pola-pola tingkah laku yang dimiliki oleh
setiap individu dalam setiap tahapan perkembangan merupakan hasil dari proses
fase perkembangan sebelumnya, ada keterkaitan antara satu fase dengan fase
lainnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan individu di setiap fasenya, ada
proses yang sistematik, progresif dan berkesinambungan. Allah Swt, menjelaskan
proses bagaimana individu tumbuh dan berkembang menjalani fase demi fase dalam
kehidupannya.
Allah Swt berfirman:
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# bÎ) óOçFZä. Îû 5=÷u z`ÏiB Ï]÷èt7ø9$# $¯RÎ*sù /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ ¢OèO `ÏB 7ptóôÒB 7ps)¯=sC Îöxîur 7ps)¯=sèC tûÎiüt7ãYÏj9 öNä3s9 4 É)çRur Îû ÏQ%tnöF{$# $tB âä!$t±nS #n<Î) 9@y_r& wK|¡B §NèO öNä3ã_ÌøéU WxøÿÏÛ ¢OèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ( Nà6ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã Nà6ZÏBur `¨B tã #n<Î) ÉAsör& ÌßJãèø9$# xøx6Ï9 zNn=÷èt .`ÏB Ï÷èt/ 8Nù=Ïæ $\«øx© 4 ts?ur ßöF{$# ZoyÏB$yd !#sÎ*sù $uZø9tRr& $ygøn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kÎgt/ ÇÎÈ
“Hai manusia,
jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah)
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
(Q.s:Al-Hajj [22]: 5)
Dalam ayat lain Allah Swt juga berfirman:
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_Ìøä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã `ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur cqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
“ Dia-lah yang menciptakan
kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah,
kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup)
supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi)
sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya)” (Q.s: Al-Mu’min [40] : 67)
Pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan di
luar keluarga berpotensi untuk mempengaruhi perkembangan individu dalam setiap
fase nya khususnya dalam membentuk kepribadiannya. Yang menjadi masalah
sekarang adalah bagaimana cara nya agar perubahan individu dalam setiap fase
perkembangannya bersifat progresif-sistematik dengan membawa nilai-nilai yang
positif sehingga dapat memudahkan individu dalam penyesuaian dirinya dengan
lingkungan sekitarnya.
1.
Fase
Pra-Natal
Fase pra-natal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses
kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari. Ibnu Mas’ud berkata bahwa
Rasulullah Saw pernah bersabda, “sesungguhnya seseorang dari kalian
dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari (asal sperma),
kemudian menjadi segumpal darah beku itupun selama 40 hari, selanjutnya menjadi
segenggam daging juga 40 hari. Selanjutnya allah mengutus seorang malaikat,
maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya. Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan)
empat hal yaitu mengenai rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya.” (H.R
bukhari dan Muslim)
Penjelasan Rasulullah Saw. tentang proses kejadian anak di dalam
perut dikuatkan pula oleh Al-qur’an:
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ
§NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ
¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.
(Q.s: Al-Mu’minuun [23] : 12-14)
2.
Fase
Lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai
individu dan bukan sebagai parasit di dalam tubuh. Masa ini dimulai dari
kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu. Periode ini adalah
pada saat dimana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu,
dimana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan.
Walaupun singkat, masa bayi ini pada umumnya dibagi menjadi dua
periode: periode pertunate dan periode
neonate. Periode partunate (mulai saat kelahiran sampai antara lima belas dan
tiga puluh menit sesudah kelahiran). Periode ini bermula dari keluarnya janin
dari rahim ibu dan terakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal
itu selesai di lakukan, bayi masih merupakan pascamastur, yaitu lingkungan di
luar tubuh ibu. Periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamastur). Setelah itu bayi
adalah individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Selama
periode ini bayi harus mengadakan penyesuaian pada lingkungan baru di luar
tubuh ibu.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan terhadap bayi neonatal
adalah menyegarakan mengazaninya melalui telinga sebelah kanannya dan
mengiqomati telinga sebelah kirinya. Anjuran ini sebagai bukti kasih sayang
terhadap bayi neonatal, sekaligus menjaga kesucian dan kefitrahan bayi agar
tetap terpelihara; dikhawatirkan dewasanya nanti jika tidak di azani dan di
iqomati, pertumbuhan mental dan jiwa nya akan terganggu dan cenderung mengikuti
kemauan hawa nafsu dan keduniaan. Seperti dijelaskan dalam suatu hadis yang
berbunyi: Abu Rafi’ berkata, “Saya melihat Rasulullah Saw. berazan di
telinga Hasan bin Ali di waktu dia dilahirkan oleh Fatimah r.a” (HR. Abu
Dawud, At-Tirmizi, Hadis Shahih)
Setelah di azani dan di iqamati, baik tersebut di anjurkan untuk
diberi manisan dan mendoakannya. Memberinya manisan gunanya untuk sebagai
stimulir sebelum bayi menyusu pada ibunya. Hal lain yang perlu dilakukan
terhadap bayi neonatal adalah memberinya nama. Memberikan nama yang baik
bertujuan untuk agar si anak kelak jika sudah dewasa akan memahami kasih sayang
orang tua nya dengan memberi nama yang baik akan menumbuhkan sikap percaya diri
dalam dirinya. Namun, jika nama si anak buruk atau jelek, itu akan mempengaruhi
jiwanya, si anak menjadi minnder, pemalu, dan pendiam, atau bahkan ia akan
menjadi seorang yang pendendam bagi orang tua yang memberinya nama yang buruk.
Selanjutnya, pada hari ke tujuh, di wajibkan bagi yang mampu untuk
mengadakan akikah untuk si anak agar diharapkan tertanam pada diri anak sikap
kedermawanan kelak jika ia sudah menjadi dewasa. Selain berakikah bagi anak
pada hari ke tujuh di sunnahkan juga untuk mengkhitankan anak tersebut pada
hari yang sama.
3.
Fase
2 Tahun Pertama
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang
baru lahir dua minggu. Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang
sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi
emosi terbentuk. Masa bayi adalah dimana masa pertumbuhan dan perubahan
berjalan pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya
pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan, tetapi juga
kemampuan. Masa bayi juga merupakan masa berkurangnya ketergantungan pada orang
lain, dan ini efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang
memungkinkan bayi duduk, berdiri, dan berjalan, dan menggerakkan benda-benda.
Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah anak memusatkan untuk mengenal
lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara.
Penanaman tauhid sejak bayi mulai belajar berbicara sangat penting
untuk pembinaan akhlaknya kelak jika ia menjadi dewasa nanti. Jika akhlak anak
sudah baik, mudah baginya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Pada fase ini, bayi di usahakan tetap disusui oleh ibunya sebagai
bentuk kasih sayang yang diperlukan olehnya. Selain itu, air susu ibu adalah
makanan yang paling utama baginya disamping menjaga dari bermacam penyakit dan
dengar air susu ibu bayi akan berkembang dengan sehat dan kuat. Kasih sayang
ibu melalui penyusuan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pribadi
anak, dimana ia merasa aman dan tenteram tidak gelisah dan goncang jiwanya.
Jika ibu tidak mampu menyusukan anaknya selama dua tahun, diperbolehkan untuk
meminta bantuan kepada ibu lain yang mampu untuk menyusukannya, biasanya jasa
atas penyusuan itu diganti dengan sejumlah bayaran. Hal ini membuktikan bahwa
begitu pentingnya penyempurnaan dalam penyusuan bayi selama dua tahun.
Dikhawatirkan, jika susu bayi diganti dengan susu kaleng botol (instant),
tujuan utama penyusuan kedekatan ibu terhadap anak tidak tercapai, dan juga
jika terlalu sering menggunakan susu
kaleng atau botol sebelum bayi genap berusia dua tahun. Kasih sayang sangat
ditekankan dalam pembinaan anak. Bentuk curahan kasih sayang orang tua kepada
anak-anaknya banyak sekali dan beragam. Diantaranya adalah pelukan, ciuman,
mengelus kepala dan wajah, menyambut dan mengajak anak-anak berbicara,
mendahulukan anak, memperlakukan anak-anak secara adil dan sama, dan bermain
bersama dengan mereka. Dalam hal bermain, kecendrungan anak-anak untuk bermain
adalah kecendrungan alami. Para ahli pendidikan telah membuktikan telah
membuktikan bahwa dengan bermain seorang anak dapat menumbuhkan kepekaan panca
indera, kecerdasan, motivasi dan insting kejiwaan dan sosialnya.
4.
Fase
Kanak-kanak Awal dan Akhir
a.
Fase
kanak-kanak awal
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh
para pendidik dinamakan sebagai usia pra-sekolah. Perkembangan fisik pada masa
ini berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada
masa bayi menjadi cukup baik. Pada awal masa anak-anak dianggap sebagai saat
belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal
mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba
hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak
mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.
Awal masa anak-anak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu
masa dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui hukuman dan
pujian. Periode ini juga masa penegakan disiplin dengan cara yang berbeda, ada
yang dikenakan disiplin yang otoriter, lemah dan demokratis. Awal masa
kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks
karena pada saat ini sejumlah aspek penting dalam penggolongan peran seks dikuasai
terutama belajar arti steorotip peran seks dan menerima serta memainkan peran
seks yang disetujui oleh kelompoknya.
Ciri khas yang dimiliki fase ini adalah perkembangan dipusatkan
untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain). Berbagai
hubungan keluarga, orang tua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak
keluarga, berperan dalam bersosialisasi anak dan perkembangan konsep diri,
dalam tingkat kepentingan yang berbeda.
b.
Fase
kanak-kanak akhir
Akhir masa
kanak-kanak yang berlangsung dari enam tahun sampai anak mencapai kematangan
seksual, yaitu sekitar sebelas tahun bagi anak perempuan dan dua belas tahun
bagi anak laki-laki, oleh para pendidik disebut sebagai usia “sekolah dasar”.
Pertumbuhan fisik yang lambat pada akhir masa kanak-kanak dipengaruhi oleh
kesehatan, gizi, imunisasi, seks, dan intelegensi.
5.
Fase
Puber (Remaja Awal)
Periode ini
merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun masa puber
merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak
dan permulaan masa remaja. Masa ini terjadi pada usia berbeda bagi anak
laki-laki dan anak perempuan bagi individu-individu di dalam tiap kelompok
seks. Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan permulaan masa
puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan mimpi basah pada
anak laki-laki.
6.
Fase
Remaja
Masa remaja yang
berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia
delapan belas tahun-usia kematangan yang resmi-dibagi ke dalam awal masa remaja
yang berlangsung sampai usia tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja yang
berlangsung sampai usia kematangan yang resmi.
7.
Fase
Dewasa Dini (Awal)
Masa dewasa ini
adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif , yaitu suatu masa yang
penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan
belas hingga kurang lebih empat puluh tahun.
8.
Fase
Dewasa Madya
Pada umumnya usia
dewasa akhir (madya) atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara
40 sampai dengan 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi
penurunan kekuatan fisik, sering pula di ikuti oleh penurunan daya ingat.
Ada sepuluh
karakteristik yang biasa terjadi pada usia madya : (1) usia madya merupakan
periode yang sangat menakutkan, (2) usia madya merupakan usia transisi (3) masa
stress, (4) “usia yang berbahaya”, (5) “usia canggung” (6) masa berprestasi (7)
masa evaluasi (8) dievaluasi dengan standar ganda (9) masa sepi (10) masa
jenuh.
9.
Fase
Dewasa Akhir (Lansia)
Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara
usia madya dan usia lanjut. Ciri-ciri usia lanjut: (1) merupakan periode
kemunduran, (2) perbedaan individual pada efek menua, (3) usia tua dinilai
dengan kriteria yang berbeda. Tahapan umur ini oleh Rasulullah Saw. dinamakan
masa “pergulatan maut”, yaitu masa-masa umur enam puluhan hingga tujuh puluhan.
Dalam hal ini beliau bersabda “masa penuaian umur umatku dari enam puluh hingga
tujuh puluh tahun.” (HR. Muslim dan Nasa’i)
Dalam usia 63 tahun inilah Rasulullah Saw. telah diwafatkan oleh
Allah Swt. Demikian pula para sahabat; Abu Bakar, Umar, dan Ali r.a. Adapun
Usman r.a dipanjangkan usianya hingga mencapai delapan puluh tahun. Hal ini
berarti bahwa tak ada alasan baginya untuk mengadukan bahwa umurnya pendek,
sesudah Tuhan membiarkannya hidup hingga mencapai usia enam puluh tahun.
Sering meningat mati dan menyadari bahwa maut sudah hampir tiba,
mengandung bermacam-macam faedah dan manfaat yang berkesan. Di antara nya
berzuhud di dunia, qanaah (merasa cukup) dengan yang ada dan selalu membiasakan
diri mengerjakan amalan-amalan shaleh yang menjadi bekal manusia di akhirat,
menjauhi segala perbuatan jahat dan meninggalkan larangan Allah Swt.
Hidup di dunia sebaiknya seperti layaknya musafir (pengelana), yang
menganggap dunia hanya sebagai tempat singgah untuk menuju rumah yang abadi
yakni akhirat. Rasulullah Saw bersabda, “Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai
seorang asing atau musafir lalu anggaplah dirimu sebagai seorang di antara
penghuni kubur” (HR. Bukhari)
PROSES
BELAJAR
A.
PENGERTIAN
BELAJAR
Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Belajar tidak hanya melibatkan penguasaan suatu kemampuan atau masalah
akademik baru, tetapi juga perkembangan emosi, interaksi sosial, dan
perkembangan kepribadian.
Belajar ialah perubahan perilaku yang relatif permanen yang
merupakan hasil dari pengalaman (Kimble,1961). Definisi ini tampaknya terlalu
sederhana karena bagaimanapun di dalamnya terdapat hal-hal yang menyertai prosesnya.
Istilah belajar dalam definisi Kimble digunakan terbatas pada
perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagaimana hasil perubahan-perubahan
yang temporer dihasilkan oleh beberapa faktor. Seperti kelelahan, obat-obatan,
penyakit atau dikarenakan motivasi yang bervariasi yang dipandang berbeda dari
apa yang dipelajari..
Kata belajar dalam pengertian kata sifat “mempelajari” berarti
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mempersepsikan secara langsung
dengan indera. Adapun kata sifat pengetahuan yaitu “mengetahui” adalah untuk
memiliki pemahaman praktis melalui pengalaman dengan sesuatu hal.
B.
TEORI-TEORI
TENTANG BELAJAR
1.
Teori
Koneksionisme dari Thorndike
Edward Thorndike (1874-1949) adalah seorang psikolog berkebangsaan
Amerika. Ia merupakan orang pertama yang melakukan eksperimen belajar dengan
hewan. Disertai doktornya yang mulai ia tulis sejak di Universitas Harvard dan
disempurnakan di Columbia, diterbitkan pada tahun 1898, membahas tentang
eksperimen puzzle box yang sangat terkenal di bidang psikologi.
2.
Teori
Pengondisian Klasik dari Ivan Pavlov
Ivan Pavlov (1849-1936) seorang fisiologi berkebangsaan Rusia
lulusan fakultas kedokteran, karya nya mengenai pengondisian sangat kuat
mempengaruhi aliran psikologi behavioristik Amerika yang dipelopori oleh John B
Watson.
Latar belakang konseptual Ivan Pavlov tentang belajar tidak jauh
berbeda dengan Thorndike. Pavlov menegaskan bahwa belajar pada manusia secara
umum ditafsirkan sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika dan seterusnya,
yang ke semua nya sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Perilaku hewan
ditafsirkan sebagai perilaku yang bersifat refleks dan otomatis serta
ditentukan oleh basis fisiologis. Namun penemuan psikis atau refleks yang
terkondisikan melahirkan satu dilema. Perilaku baru bergantung pada belajar,
tetapi sebagai ilmuan fisiologis, Pavlov tidak dapat menafsirkannya dalam
istilah belajar yang sama pada manusia. Perilaku baru pasti merupakan refleks
baru yang di dasari oleh mekanisme otak yang bersifat fisiologis seperti refleks
yang lain. Dengan kata lain, Pavlov mengembangkan konsep refleks agar tidak
hanya mencakup respons yang tidak dipelajaridan ditentukan secara genetik,
tetapi juga reaksi yang dipelajari.
3.
Teori
Pengondisian Operan
Teori pengondisian operan ini digagas dan dikembangkan oleh B.F
Skinner (1904-...) seorang penganut aliran behaviorisme berkebangsaan Amerika
yang sangat terkenal dan memiliki banyak pengikut dari kalangan para psikolog
modern. Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang terbit tahun 1974,
ia mengemukakan bahwa tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
4.
Teori
Kognitif
Pendekatan teori kognitif lebih menekankan proses mental manusia.
Dalam pandangan ahli penganut aliran kognitif, tingkah laku yang tampak tidak
dapat di ukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.Pendukung awal pendekatan kognitif
belajar ini adalah Edward Tolman Chace (1866-1959) seorang psikolog Amerika.
Pada tahun 1932 ia melakukan penelitian dengan menggunakan tikus sebagai hewan
percobaan.
5.
Teori
Belajar Sosial
Teori belajar sosial sering disebut juga sebagai teori belajar
pengamatan. Tokoh utamanya adalah Albert Bandura, seorang psikolog di Universitas
Stanford Amerika Serikat dan dikenal orang sebagai ahli behaviorisme yang
moderat.
6.
Teori
Belajar Menurut Ikhwan Al-Shafa
Perbedaan Individual
Ikhwan Al-Shafa mengatakan bahwa perbedaan individual manusia dalam
belajar disebabkan oleh dua hal. Pertama, faktor fisiologis atau konstitusi
biologis, yaitu perbedaan tabiat yang disebabkan oleh perbedaan campuran dan
hormon fisik serta pengaruh bintang dan tata surya sesuai tanggal kelahirannya.
Kedua, faktor lingkungan atau usaha berbagai macam tindakan dan pengetahuan
yang dipelajari manusia dan model pendidikan yang ia peroleh. Menurut Ikhwan
Al-Shafa “Aspek psikologi manusia berbeda-beda sesuai dengan perbedaan daya
jiwa, dan perbedaan daya jiwa sesuai dengan perbedaan mereka dalam tindakan
pengetahuan dan akhlaknya.
7.
Teori
Perubahan Akhlak Menurut Al-Ghazali
Awal mula ketertarikan Al-Ghazali terhadap perbaikan adalah ketika
ia melihat dekadensi moral, penyimpangan perilaku, dan penyakit hati atau jiwa
melanda banyak orang di zamannya. Ia sangat terkejut sehingga ia merasa
bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan akhlak dan perilaku.
Al-Ghazali kemudian melakukan analisis mendalam (depth analysis)
tentang akhlak tercela (al-akhlak al-Radzilah) yang merebak dan berusaha
mencari sebab-sebab nya (diagnosa) serta menentukan metode yang manjur dan
efektif untuk menyembuhkannya (prognosis).
C.
Mekanisme
Internal Proses Belajar
Mekanisme proses belajar tidak hanya bisa di lihat dari proses
eksternal lingkungan semata, melainkan di dalam prosesnya membutuhkan proses internal
yang terjadi di dalam diri individu, diantaranya adalah proses pengingatan atau
memori, berikut akan di bahas mengenai proses memori tersebut.
1.
Tahapan
memori
Proses memori dapat dibedakan dalam tiga tahap memori, yaitu
pertama, tahap penyandian (encoding) atau pemasukan pesan ke dalam ingatan.
Sebagian besar riset tentang memori berupaya mengetahui operasi mental yang
terjadi pada masing-masing dari ketiga tahap memori itu dan menjelaskan
bagaimana operasi tersebut dapat menyimpang dan menyebabkan kegagalan memori.
2.
Tipe
Memori yang Berbeda
Tiga tahap memori yang tidak bekerja dalam cara yang sama pada
semua situasi. Memori tampaknya berbeda dalam situasi yang mengharuskan kita
menyimpan material selama beberapa detik dan yang mengharuskan kita menyimpan
material untuk interpal yang lebih panjang dari beberapa menit untuk tahunan.
Situasi pertama dikatakan memori jangka pendek (short term memory), sedangkan
yang kedua mencerminkan memori jangka panjang (long trem memory).
a.
Memori
jangka pendek (STM)
Walaupun dalam
situasi dimana kita harus mengingat informasi hanya untuk beberapa detik,
memori melibatkan ketiga tahapan penyandian, penyimpanan, dan pengambilan.
b.
Memori
jangka panjang (LTM)
Melibatkan informasi
yang dipertahankan untuk interval tersingkat untuk beberapa menit (seperti
point-point yang dibuat dalam suatu percakapan) atau sampai seumur hidup
(sebagai kenangan masa kanak-kanak). Dalam eksperimen tentang memori jangka
panjang, ahli psikologi biasanya mempelajari proses pelupaan selama interval
beberapa menit, jam, dan minggu, tetapi sedikit penelitian yang dilakukan dalam
tahunan atau bahkan dasawarsa.
Tidak seperti situasi
di dalam memori jangka pendek, interaksi
penting antara penyandian dan pengambilan terjadi pada memori jangka panjang.
EMOSI
MANUSIA
A.
Perasaan
dan Emosi
Pada umumnya kegiatan kita sehari-hari disertai oleh
perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang.
Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang selalu menyertai perasaan kita
sehari-hari disebut warna afektif.
Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau
samar-samar saja. Dalam hal warna afektif yang kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan
lebih terarah. Perasaaan-perasaan ini disebut emosi, beberapa macam emosi
antara lain, gembira, bahagia, terkejut, benci, senang, sedih, was-was dan
sebagainya.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan
(state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang
merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar
sesuatu mencium bau dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan disifatkan
sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada
umumnya datang dari luar, dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya datang
dari luar , dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan
kegoncangan-kegoncangan pada individu yang bersangkutan.
B.
Tiga
Dimensi Perasaan Menurut WUNDT
Menurut Wundit perasaan dapat dilihat dari salah satu sisi perasaan
yang di alami sebagai perasaan yang menyenangkan. Hal ini dinyatakan Windt
sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu, masih terdapat dimensi lain, yaitu
perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang excited atau sebagai inner
feeling; hal ini digunakan Wundt sebagai dimensi kedua. Suatu perasaan yang
dialami oleh individu dapat disertai tingkah laku perbuatan yang tampak.
Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana pendapat dari Wundt
tentang perasaan dalam 3 golongan, yaitu:
1.
Perasaan-perasaan
presense; yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang
dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
2.
Perasaan-perasaan
yang menjangkau maju merupakan jangkauan ke depan dalam kejadian-kejadian yang
akan datang. Jadi masih dalam pengharapan.
3.
Perasaan-perasaan
yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu. Lalu melihat ke belakang
yang telah terjadi. Misalnya, orang merasa sedih, karena teringat waktu zaman
keemasannya beberapa waktu lalu (Besot,dkk.,1950)
C.
Macam-macam
perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari yang sering di dengar adanya perasaan
yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya klasifikasi dari perasaan.
Max Scherer mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan
perasaan, yaitu:
1.
Perasaan
tingkat sensatis
Perasaan
ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan
stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingin.
2.
Perasaan
kehidupan vital
Perasaan
ini bergantung pada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan
sebagainya.
3.
Perasaan
kejiwaan
Perasaan
ini merupakan perasaan seperti gembira, susah, takut.
4.
Perasaan
kepribadian
Perasaan ini
merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya
perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas (Besot,dkk.,1950)
Senada dengan hal itu, Kohntaamm memberikan klasifikasi perasaan
sebagai berikut:
1.
Perasaan
keindahan
2.
Perasaan
kejiwaan
3.
Perasaan
kesusilaan
4.
Perasaan
kemasyarakatan (sosial)
5.
Perasaan
harga diri
6.
Perasaan
keagamaan
D.
Ciri
Perasaan
a.
Perasaan
tidak dapat berdiri sendiri
Perasaan selalu bersangkutan dengan gejala-gejala jiwa yang lain,
misalnya mengamati sesuatu, memikirkan sesuatu, teringat sesuatu, berfantasi
dengan sesuatu.
b.
Perasaan
selamanya bersifat perseorangan
Perasaan
dapat diselidiki dengan menggunakan metode extios peksi, yaitu mengamati
tingkah laku lahir seseorang namun metode ini tidak dapat dipakai kepada orang
dewasa, karena orang dewasa selalu dapat menguasai dirinya.
JB.
Watson menyatakan bahwa manusia mempunya tiga emosi dasar, yaitu:
1.
Fear
(takut) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi anxiety (cemas)
2.
Rage
(kemarahan) yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah)
3.
Love
(cinta) yang akan menjadi simpati
Selanjutnya Descartes juga mengemukakan emosi-emosi dasar sebanyak
enam macam:
1.
Desire
(keinginan)
2.
Hate
(benci)
3.
Wonder
(kagum)
4.
Sorrow
(kesedihan)
5.
Love
(cinta)
6.
Joy
(kegembiraan)
E.
Emosi
dan Gejala Kejasmanian
Pada setiap individu yang normal umumnya memiliki gejala-gejala
kejiwaan atau pernyataan pernyataan jiwa yang secara garis besarnya dalam
psikologi umum dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
a.
Gejala
pengenalan (kognisi) yang termasuk kegiatan psikis pengenalan/kognisi ini
adalah gejala-gejala jiwa seperti pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi,
fantasi, berfikir, dan intelegensi.
b.
Gejala
jiwa perasaan (emosi): Begot,dkk membagi gejala jiwa perasaan ini menjadi 2
bagian, yaitu perasaan-perasaan rendah (jasmaniah) dan perasaan-perasaan luhur
(ruhaniah) perasaan-perasaan jasmaniah, seperti perasaan penginderaan, dan
perasaan vita. Sedangkan perasaan ruhaniah, seperti perasaan keindahan,
perasaan sosial, perasaan ketuhanan, perasaan kesusilaan, perasaan diri, dan
perasaan intelektual.
c.
Gejala
jiwa kehendak (konasi) gejala kehendak ini ada dua macam, yaitu gejala kehendak
inderawiah, seperti trofisme, refleks, insting, nafsu, kebiasaan, keinginan dan
kecendrungan. Semua gejala kehendak di atas tidak dipengaruhi oleh pikiran, dan
gejala kehendak yang ruhaniah, yaitu kemauan.
d.
Gejala
campuran yang termasuk gejala pikir ini adalah minat, dan perhatian, kelelahan
dan sugesti.
F.
Teori-Teori
Emosi
Bagaimana hubungan emosi antara emosi dengan gejala-gejala
kejasmanian yaitu apakah emosi yang menimbulkan gejala-gejala kejasmanian atau sebaliknya
gejala-gejala kejasmanian yang menimbulkan emosi. Mengenai hal ini adanya
pendapat yang satu berbeda dengan yang lain, justru pendapat yang ada
bertentangan dengan pendapat yang lain. Pendapat-pendapat ini sering dikenal
dengan teori-teori emosi.
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang
nativistik, mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.
Sedangkan pendapat yang empirisrik mengatakan bahwa emosi di bentuk oleh
pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut faham navistik adalah Rene
Descartes (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai
enam emosi dasar yaitu:
1.
Cinta
2.
Kegembiraan
3.
Keinginan
4.
Kebencian
5.
Sedih,
dan
6.
Kagum
Tokoh empiris yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhem Wundt
(1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa timbul
emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi.
Menurut F. Wundt ada 3 (tiga) pasang kutub emosi, yaitu:
1.
Lust-Unlust
(senang-tak senang)
2.
Spannung-Losung
(tegang-tak tegang)
3.
Erregung-Berubigung
(semangat-tenang)
Fisiologi Emosi
Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga
perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain:
a.
Reaksi
elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
b.
Peredaran
darah: bertambah cepat bila marah
c.
Denyut
jantung: bertambah cepat bila terkejut
d.
Pernapasan:
bernapas panjang bila kencang
e.
Pupil
mata: membesar bila sakit atau marah
f.
Liur:
mengering bila takut atau tegang
g.
Bulu
roma: berdiri bila takut
h.
Pencernaan
: mencret-mencret bila tegang
i.
Otot:
ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar
j.
Komposisi
darah: komposisi darah akan cepat berubah dalam keadaan emosional karena
kelenjar-kelenjar lebih aktif.
G.
Penggolongan
Emosi
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan
emosi-emosi yang sejenis ke dalam suatu golongan atau satu tipe sangat sukar
dilakukan karena hal-hal berikut ini.
1.
Emosi
yang sangat mendalam
Misalnya
sangat marah atau sangat takut menyebabkan badan sangat tinggi, sehingga seluruh
tubuh aktif. Dan dalam keadaan seperti ini sukar menentukan apakah seseorang
itu sedang takut atau sedang marah.
2.
Penghayatan
Satu
orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau
marah seorang akan gemetar di tempat, tetapi lain kali ia memaki-maki atau
mungkin lari.
3.
Nama
Emosi
Yang
umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat
rangsangnya, bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi “takut” adalah emosi
yang timbul terhadap suatu bahaya, “marah” adalah emosi yang timbul terhadap
sesuatu yang menjengkelkan.
4.
Pengenalan
emosi
Pengenalan
emosi secara subjektif dan introspektif sukar dilakukan, karena selalu saja ada
pengaruh dari lingkungan.
H.
Pertumbuhan
Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku
lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar seorang bayi yang
baru lahir dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu
untuk dapat tertawa. Setelah anak itu sudah dapat lebih besar, maka ia akan
belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu
untuk situasi-situasi tertentu.
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah objek-objek
dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah
di takut-takuti di tempat gelap tidak akan takut kepada tempat yang gelap. Pria
Amerika jarang menangis pada peristiwa-peristiwa seperti perkawinan, gagal
ujian dan sebagainya. Namun Pria Prancis lebih mudah untuk mencucurkan air mata
dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut
kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri
sendiri yang disertai perasaan malu , takut dan tidak berdaya, segan bertemu
orang lain, dan sebagainya.
I.
Emosi
dalam Perspektif Ilmuwan Islam
Banyak tokoh ilmuwan islam yang memperbincangkan masalah emosi. Umumnya
mereka membahas dalam bentuk derivatifnya sebagai cinta, marah, sedih, berani
dan semacamnya. Al-Ghazali adalah salah satu tokoh yang memperbincangkan
masalah ini. Seperti teorinya tentang nafs, yang dia pecahkan menjadi nafs
muthmainnah, lawammah, dan nafs amarah.
Proses penciptaan manusia menurut Al-Ghazali memiliki tiga proses,
yakni:
1.
Taswiyah,
yaitu aktivitas di tempat penerimaan ruh, yaitu tanah (al-Thin) bagi Adam dan
air mani (al-nhutfah) bagi anak cucunya. Kondisi taswiyah ini bersih dan suci
dari segala kotoran.
2.
Nafkh,
yaitu menyulutnya cahaya ruh pada syaraf air mani. Nafkh merupakan citra dan
hasil. Citranya adalah seperti mengeluarkan angin dari lambung zat yang
meniupkan pada lambung orang yang diberi, sehingga syaraf-syaraf nya menyalakan
cahaya.
3.
Ruh,
yaitu substansi yang bukan baru datang (‘aradh) sebab ia mampu mengenal dirinya
sendiri dan penciptanya, serta mampu memahami hal-hal yang masuk akal.
PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN DALAM ISLAM
A.
Defini
Psikologi Kepribadian dalam Islam
1.
Kepribadian
dalam Wacana Psikologi Barat
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality berasal
dari bahasa latin persona yang berarti “topeng”. Yaitu topeng yang dipakai oleh
aktor drama atau sandiwara. Atau juga dari kata lain personare yang berarti to
sound through (suara tembus). Seorang aktor Yunani Kuno telah terbiasa memakai
topeng (persona) ketika memerankan seorang tokoh dalam suatu drama. Tujuan
pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk
keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain. Tekhnik drama ini kemudian
di ambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah Personality. Bagi bangsa Roma,
persona semula di artikan dengan
“bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi yang
sesungguhnya” Aktor menciptakan dalam pikiran penonton suatu kesan (impression)
dari tokoh yang diperankan di atas panggung, bukan kesan dari pribadi aktor
sendiri. Berdasarkan pemahaman ini, maksud personality bukanlah suatu atribut
yang pasti dan spesifik, melainkan suatu kualitas perilaku total seseorang. Istilah
personality kemudian di pakai untuk menamakan para aktor sendiri, bukan pribadi
orang lain yang diperankan. Setelah masa keemasan Roma, makna istilah ini
berubah menjadi “sesuatu yang di anggap sebagai konstitusi manusia yang
dijadikan”.
Istilah “Kepribadian” sering dijumpai dalam beberapa literatur
dengan berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang
menyebutnya dengan (1) personality (kepribadian) sendiri sedang ilmu yang
membahasnya disebut dengan The Psychology of Personality, atau Theory of
Personality; (2) character (watak atau perangai), sedang ilmu yang
membicarakannya disebut dengan The
Psychology of Character, Characterology; (3) type (tipe), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan
Typologi. Ketiga istilah tersebut yang dipakai adalah istilah kepribadian juga
mencerminkan konsep keunikan diri seseorang.
2.
Kepribadian
dalam Wacana Islam
Dalam islam istilah Kepribadian (personality) dalam studi keislaman
lebih di kenal sebagai dengan term
al-syakhsiyah. Syakhsiyah berasal dari kata syakhsh yang berarti “pribadi”.
Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar
shina’iy) syakhshiyah yang berarti “Kepribadian”.
Dalam literatur keislaman, terutama khazanah klasik abad
pertengahan, kata syakhshiyah (sebagai padanan dari kepribadian) kurang begitu
di kenal. Terdapat beberapa alasan mengapa term itu tidak dikenal: (1) dalam
Al-Qur’an maupun al-Sunnah tidak ditemukan term syakhshiyah, kecuali dalam beberapa
hadis disebutkan term syakhs yang berarti pribadi (person) bukan kepribadian
(personality); (2) dalam khazanah islam klasik, para filsuf maupun sufi lebih
akrab menggunakan istilah akhlak. Penggunaan istilah ini karena ditopan oleh
ayat Al-Qur’an dan Hadis Rasul; (3) term syakhshiyah hakikatnya tidak dapat
mewakili nilai-nilai fundamental islam untuk mengungkap suatu fenomena atau
perilaku batiniah manusia. Artinya term syakhshiyah yang lazim dipakai dalam
Psikologi Kepribadian Barat aksentuasinya lebih pada deskripsi karakter, sifat,
atau perilaku unik individu, sementara term akhlaq lebih menekankan pada aspe
penilaiannya terhadap baik buruk suatu tingkah laku. Syakhshiyah merupakan
akhlak yang didevaluasi (tidak dinilai baik buruknya), sementara akhlak
merupakan syakhshiyah yang dievaluasi.
3.
Pengertian
Psikologi Kepribadian dalam Islam
Melalui pendekatan psikologis, Psikologi-Kepribadian—sebagaimana
yang diungkap oleh Adler—adalah salah satu cabang dari psikologi yang
menguraikan struktur-struktur kepribadian manusia sebagai suatu totalitas serta
mengenai pemahaman-pemahaman tingkah laku yang menjadi ciri-ciri individu yang
normal. Definisi diatas memiliki dua prinsip pokok yaitu pertama, psikologi
kepribadian membahas tentang struktur-struktur kepribadian manusia sebagai
totalitas. Kedua, psikologi kepribadian menguraikan tingkah laku individu yang
normal. Pembahasan ini merupakan relevansi dengan objek material kepribadian.
Kepribadian secara harfiah dapat diartikan dengan “tingkah laku” yaitu tingkah
laku individu yang menjadi ciri uniknya. Tingkah laku disini di asumsikan dari
konsep manusia yang normal dan bukan yang sakit. Artinya, studi tentang
kepribadian adalah studi yang beranjak dari tingkah laku yang sehat dan bukan
yang sakit. Konsep ini di asumsikan dari pemahaman bahwa pada prinsipnya
manusia adalah makhluk yang baik.
Sedang yang dimaksud dengan Psikologi Kepribadian dalam Islam
adalah “studi islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia berdasarkan
pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang
khalik-nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup dunia dan akhirat “Rumusan
tersebut memiliki lima komponen dasar yaitu:
1.
Studi
islam. Psikologi kepribadian islam merupakan salah satu kajian dalam studi
keislaman. Sebagai disiplin ilmu, ia memiliki kedudukan yang sama dengan
disiplin keislaman yang lain.
2.
Yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia.
3.
Berdasarkan
pendekatan psikologis.
4.
Dalam
relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang khalik.
5.
Untuk
meningkatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B.
Kedudukan
Kepribadian dalam Disiplin Ilmu
Persoalan kepribadian telah dibicarakan di dalam berbagai diskursus
keilmuan, sehingga dewasa ini ditemukan berbagai ragam teori keribadian ada
yang diperoleh melalui pendekatan metafisik dan ada juga ynag diperoleh melalui
pendekatan psikologis. Pendekatan metafisik melahirkan disiplin “Filsafat
Kepribadian” sedang pendekatan psikologis melahirkan disiplin “Psikologi
Kepribadian” masing-masing disiplin ini membicarakan objek material yang sama,
yaitu tingkah laku individu, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Filsafat
kepribadian menitikberatkan pandangannya pada hakikat dan keberadaan tingkah
laku individu, sedangkan Psikologi Kepribadian menitikberatkan pada struktur,
proses dan motivasi yang menimbulkan tingkah laku, pertumbuhan dan
perkembangan, serta psikopatologi dan psikoterapinya.
C.
Ruang
Lingkup Pembahasan Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian sebagai bagian dari teori kepribadian
memiliki dimensi-dimensi khusus yang merupakan ruang lingkup pembahasannya.
Sebelum membahas dimensi-dimensi Psikologi Kepribadian, terlebih dahulu
dikemukakan dimensi-dimensi teori kepribadian guna mengetahui perbandingan-perbandingan
yang diinginkan. Pevin (1980) menyatakan bahwa suatu teori kepribadian dianggap
sempurna apabila memiliki lima dimensi pokok, yaitu (1) struktur kepribadian;
(2) proses dan motivasi kepribadian; (3) pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian; (4) psikopatologi dan (5) psikoterapi. Kelima dimensi inilah yang
menjadi ruang lingkup teori kepribadian.
D.
Fungsi
Psikologi Kepribadian
Psikologi memandang kepribadian sebagai suatu bidang empirik.
Selain memiliki fungsi praktis, ia juga memiliki fungsi teoritis. Fungsi
praktis Psikologi Kepribadian adalah berusaha untuk memahami tingkah laku
seseorang melalui prinsip-prinsip yang telah ditetapkan secara ilmiah dan
fakta-fakta sekitar tingkah laku. Asumsi psikologis yang mendukung fungsi ini
adalah walaupun tingkah laku manusia seakan-akan mengikuti pola umum tertentu,
individu cenderung untuk memberi respons yang berbeda-beda terhadap unsur-unsur
di dalam situasi khusus.
Fungsi praktis lain yang tidak kalah urgensinya adalah fungsi
“bercermin” diri. Tingkah laku seseorang secara umum seperti sejumlah atau
seperti semua orang lain. Artinya, tidak ada salahnya jika seseorang melihat
kepribadiannya melalui kepribadian orang lain. Kepribadian orang lain merupakan
cerminan kepribadiannya sendiri, meskipun cerminan itu hanya menyangkut
pola-pola umum saja. Sedangkan fungsi teoritis Psikologi Kepribadian merupakan
fungsi normatifnya. Artinya, teori psikologi kepribadian beruasah
mendeskripsikan dan menjelaskan pola-pola umum kepribadian seseorang, agar
dapat dijadikan sebagai norma dalam menggambarkan, menentukan, dan
mengkategorikan tipe atau sifat khas individu. Fungsi teoritis ini dapat dicapai
apabila telah dijelaskan semua ruang lingkup Psikologi Kepribadian.
E.
Struktur
Kepribadian dalam Islam
Struktur adalah “komposisi pengaturan bagian-bagian komponen, dan
susunan suatu kompleks keseluruhan. James P. Chaplin mendifinisikan struktur
dengan organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur yang bersifat
relatif stabil, menetap dan abadi. Para psikolog menggunakan istilah ini untuk
menunjukkan pada proses-proses yang memiliki stabilitas. Struktur kepribadian
memiliki arti “integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun
kepribadian. Atau lebih tepatnya “aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif
stabil, menetap dan abadi, serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan
tingkah laku individu.
...Sekian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar