Minggu, 20 Maret 2016

MASALAH SOSIAL !


MASALAH SOSIAL
A.    Pengertian Masalah Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kata masalah adalah persoalan, sesuatu yang harus diselesaikan. Sedangkan kata sosial adalah berkenaan dengan khalayak, dengan masyarakat, dengan umum.
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992).[1] Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.[2]
Acap kali dibedakan antara dua macam persoalan yaitu antara masalah masyarakat (Scientific or Social Problems) dengan problema sosial (ameliorative or social problems).[3] Masalah masyarakat menyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat, sedangkan problema sosial meneliti gejala-gejala abnormal masyarakat dengan maksud untuk memperbaiki atau bahkan untuk menghilangkannya. Sosiologi menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Sementara itu, usaha-usaha perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan sosial (social work). Dengan kata lain, sosiologi berusaha untuk memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berada dibelakang tata kelakuan sosial. Pekerjaan sosial berusaha untuk menanggulangi gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, atau untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat.
Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada, dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.[4]
Menurut Kartini Kartono, Masalah-masalah sosial pada hakikatnya juga merupakan fungsi-fungsi struktural dan totalitas sistem sosial, yaitu berupa produk atau konsekuensi yang tidak diharapkan dari suatu sistem sosio kultural.[5]
Sedangkan menurut Abu Ahmadi, Masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia tidaklah sama antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya, dan keadaan lingkungan alam nya dimana masyarakat itu hidup. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud sebagai: masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, atau masalah-masalah lainnya.
Yang membedakan masalah-masalah sosial dari masalah-masalah lainnya adalah bahwa masalah-masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud (Nisbet, 1961)
Pengertian masalah sosial ada dua pengertian:[6]
1.      Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
2.      Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi mereka mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara kesuluruhan.
B.     Kemunculan Masalah Sosial
1.      Sebagai akibat dari Perubahan Sosial
Perubahan demografi (pertumbuhan atau pengurangan atau perubahan dalam susunan penduduk), perubahan ekologi (perubahan dalam relasi antara (penduduk dengan lingkungannya), perubahan kultural (perubahan dalam relasi untuk memproduksi hasil ciptaan manusia, termasuk perubahan teknologi, dan perubahan struktur (perubahan organisasi dan relasi-relasi sosial). Perubahan-perubahan yang alami umumnya tidak banyak mendapatkan sorotan atau tanggapan karena dianggap wajar. Sedangkan perubahan yang terencana sering menimbulkan kritik tajam bila tidak menemukan apa yang diharapkan atau timbulnya masalah sosial akibat tidak sesuainya harapan dan kenyataan.[7]
2.      Sebagai akibat dari Pembangunan Sosial
Pembangunan sosial adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana dan dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Namun, ketika proses perubahan ini tidak berjalan sesuai dengan rencana, maka tujuan dari pembangunan ini tidak akan terwujud, yang kemudian dapat menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat yang menjadi target pembangunan ini.[8]
C.     Karakteristik Masalah Sosial
Karakteristik masalah sosial menurut Edi Suharto, diantaranya adalah:[9]
1.      Kondisi yang dirasakan banyak orang.
Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila kondisinya dirasakan oleh banyak orang. Namun,tidak ada batasan mengenai berapa jumlah orang yang harus yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapat perhatian dan pembicaraan yang lebih dari satu orang, masalah tersebut adalah masalah sosial.
2.      Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan.
Menurut paham hedonisme, orang cenderung mengulang sesuatu yang menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak mengenakkan. Orang senantiasa menghindari masalah, karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat menentukan suatu masalah dapat dikatakan sebagai masalah sosial.
3.      Kondisi yang menuntut perpecahan.
Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahan. Umumnya, suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat menganggap masalah tersebut perlu dipecahkan. Pada waktu lalu, masalah kemiskinan tidak dikategorikan sebagai masalah sosial, karena waktu itu masyarakat menganggap kemiskinan sebagai sesuatu yang alamiah dan masyarakat belum mampu memecahkannya. Sekarang, setelah masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggulangi kemiskinan, kemiskinan ramai diperbicangkan dan diseminarkan, karena dianggap sebagai masalah sosial.
4.      Pemecahan masalah tersebut harus diselesaikan melalui aksi secara kolektif.
Masalah sosial berbeda dengan masalah individual. Masalah individual dapat diatasi secara individual, tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui rekayasa sosial seperti aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial, karena penyebab dan akibatnya bersifat multidimensional dan menyangkut banyak orang.

D.    Upaya Pengendalian Masalah Sosial
Menurut Paul B.Horton. Chester L. Hunt ada dua Upaya Pengendalian masalah sosial, yaitu:[10]
1.      Sosialisasi
Fromm (1994) menyatakan bahwa jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka anggotanya harus memiliki sifat yang membuat mereka ingin berbuat sesuai dengan apa yang harus mereka lakukan sebagai anggota masyarakat. Mereka harus menghentikan kegiatan mereka secara obyektif perlu mereka melakukan. Orang dapat dikendalikan dengan mensosialisasikannya kepada mereka, sehingga mereka menjalankan peran sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.      Tekanan Sosial

Ketika seseorang mengalami tekanan keinginan dari sebuah masalah maka ini adalah sebuah proses yang berkisinambungan dan sebagian besar berlangsung tanpa disadari, seseorang memilih menjadi seorang petani kecil, dan kemudian hanya berpandangan tentang partai Republik yang baik, namun berbeda ketika Dia mengalami tekanan dari partai ini, maka Ia akan memiliki haluan yang berbeda dengan pandangannya sebelumnya. Hal ini akan sama saat keadaan dilakukannya penekanan pada masalah sosial melalui perubahan paradigma terhadap masalah tersebut.

E.     Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebabnya-sebabnya
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan.[11] Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan sumber-sumbernya tersebut, masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam empat kategori diatas. Problem-problem yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Penyakit, misalnya, bersumber dari faktor biologis. Dari faktor psikologis timbul persoalan seperti penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa dan seterusnya. Sementara itu, persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan keagamaan bersumber pada faktor kebudayaan.
Sudah tentu, acapkali suatu masalah dapat digolongkan ke dalam lebih dari satu kategori. Misalnya, kemiskinan mungkin merupakan akibat berjangkitnya penyakit paru-paru yang merupakan faktor biologis atau sebagai akibat dari jiwa yang bersumber pada faktor psikologis. Atau dapat pula bersumber pada faktor kebudayaan, yaitu karena tidak adanya lapangan pekerjaan dan seterusnya.
Klasifikasi yang berbeda mengadakan pengolahan atas dasar kepincangan-kepincangan dalam warisan fisik (physical heritage), warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial. Di dalam kategori pertama dapat dimasukkan masalah sosial yang disebabkan adanya pengurangan atau pembatasan-pembatasan sumber alam. Kategori kedua mencakup persoalan-persoalan penduduk, misalnya, bertambah atau berkurangnya penduduk, pembatasan kelahiran, migrasi dan sebagainya. Persoalan-persoalan seperti misalnya depresi, pengangguran, hubungan minoritas dengan mayoritas, pendidikan, politik, pelaksanaan hukum, agama, pengisian waktu-waktu terluang, kesehatan masyarakat dan seterusnya termasuk golongan kategori warisan sosial. Di dalam kebijaksanaan sosial dapat dimasukkan hal-hal seperti misalnya, perencanaan ekonomi, perencanaan sosial dan lain sebagainya.
Klasifikasi yang terakhir tersebut diatas memiliki daya cakup yang lebih luas daripada klasifikasi yang pertama. Akan tetapi, suatu persoalan tertentu tidak selalu merupakan bagian dari satu kategori yang tertentu pula. Suatu perencanaan ekonomis misalnya, menyangkut soal penduduk, sumber alam, pendidikan dan seterusnya. Masalah perpindahan yang terlalu cepat, misalnya, dapat disebabkan karena adanya kebijaksanaan sosial yang baru sehubungan dengan adanya kemajuan-kemajuan di bidang teknologi. Hubungan antara aspek-aspek tersebut selalu ada karena aspek-aspek dalam masyarakat, di dalam keadaan yang wajar, merupakan suatu integrasi yang mempunyai hubungan yang saling memengaruhi.
F.      Beberapa Masalah Sosial
Kepincangan-kepincangan yang dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat tergantung dari sistem nilai sosial masyarakat tersebut. Akan tetapi, ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat yang pada umumnya sama, yaitu misalnya sebagai berikut:
1.      Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
2.      Kejahatan
Berdasarkan sosiologi, kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Analisis terhadap kondisi dan proses-proses tersebut menghasilkan dua kesimpulan, yaitu pertama, terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dengan variasi organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi. Maka angka-angka kejahatan masyarakat, golongan-golongan masyarakat dan kelompok-kelompok sosial mempunyai hubungan dengan kondisi-kondisi dan proses-proses. Misalnya gerak sosial, persaingan serta pertentangan kebudayaan, ideologi politik, agama, ekonomi, dan seterusnya.
Kedua, para sosiolog berusaha untuk menentukan proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat sosial psikologis. Beberapa ahli menekankan pada beberapa bentuk proses seperti imitasi, pelaksanaan peranan sosial, asosiasi diferensial, kompensasi, identifikasi, konsepsi diri pribadi (self-conception), dan kekecewaan yang agresif sebagai proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Sehubungan dengan pendekatan sosiologis tersebut di atas, dapat diketemukan teori-teori sosiologis tentang perilaku jahat.
3.      Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi Keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4.      Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian yang membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sementara itu, sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi untuk dapat dikatakan dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu belajar banyak mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya. Pada masyarakat bersahaja hal itu tidak menjadi masalah karena anak memperoleh pendidikan dalam lingkungan kelompok kekerabatan. Perbedaan kedewasaan sosial dengan kematangan biologis tidak terlalu mencolok; posisinya dalam masyarakat antara lain ditentukan oleh usia.
5.      Peperangan
Peperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit dipecahkan sepanjang sejarah kehidupan manusia. Masalah peperangan berbeda dengan masalah sosial lainnya karena menyangkut beberapa masyarakat sekaligus sehingga memerlukan kerja sama internasional yang hingga kini belum berkembang dengan baik. Perkembangan teknologi yang pesat semakin memodernisasikan cara-cara berperang dan menyebabkan pula kerusakan-kerusakan yang lebih hebat ketimbang masa-masa lampau.
6.      Pelanggaran terhadap Norma-norma masyarakat.
a.       Pelacuran
Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapat upah.
b.      Delinkuensi Anak-anak
Delinkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat-obat perangsang, dan mengendarai mobil (atau kendaraan bermotor lainnya) tanpa mengindahkan norma-norma lalu lintas.
c.       Alkoholisme
Masalah alkoholisme dan pemabuk pada kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak berkisar pada apakah alkohol boleh atau dilarang dipergunakan. Persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya, dimana, kapan, dan dalam kondisi yang bagaimana.
d.      Homoseksualitas
Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksualitas merupakan sikap-tindak atau pola perilaku para homoseksual. Pria yang melakukan sikap-tindak demikian disebut homoseksual, sedangkan lesbian merupakan sebutan bagi wanita yang berbuat demikian.
7.      Masalah Kependudukan
Penduduk suatu negara, pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan. Salah satu tanggung jawab utama negara adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk serta mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap gangguan kesejahteraan. Kesejahteraan penduduk ternyata mengalami gangguan oleh perubahan-perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan.
8.      Masalah Lingkungan Hidup
Apabila seseorang membicarakan lingkungan hidup, biasanya yang dipikirkan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik sebagai individu maupun dalam pergaulan hidup.




[1] Edi Suharto. Pembangunan, Kebijakan Sosial,& Pekerja Sosial. (Bandung: LSP STKS,1997) Hal 153
[2] Edi Suharto. Kebijakan sosial. (Bandung: Alfabeta 2011)Hal 10
[3] Samuel Koenig, Man and Society, the Basic Teaching of Sociology, (New York: Barners & Noble Inc. 1957), hlm 302.
[4] Soerjono Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal. 309.
[5] Kartini Kartono.Patologi Sosial.(Jakarta:PT Raja Grafindo,2005)hal 4.
[6] Abu Ahmadi,dkk.ILMU SOSIAL DASAR.(Jakarta:PT Rineka Cipta,2009) hal:12-13.
[7] T.Sumarnonugroho. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. (Yogyakarta: PT.Hanindita,1987) Hal 84,85
[8] Isbandi Rukminto A. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.( Jakarta: PT.Rajawali Pers,2008) Hal 51.

[9] Edi Suharto. Pembangunan, Kebijakan Sosial,& Pekerja Sosial. (Bandung: LSP STKS,1997)Hal 154,155
[10] Paul B.Horton. Chester L. Hunt. Sosiologi. (Jakarta: ERLANGGA,1987) Hal 177,178

[11] Soerjono Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: Rajawali Pers,2010) hal.314-315.

1 komentar: