MASALAH PENELITIAN
A. Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah kesenjangan (gap) apa yang seharusnya (das sollen) yang
terjadi dengan apa yang menjaadi kenyataan (das sein) di masyarakat.
Misalkan masalah kenakalan remaja yang ada di kota-kota besar cukup memprihatinkan.
Padahal dengan sarana dan prasana pendidikan, olahraga, seni dan budaya, atau
lainnya cukup tersedia, maka kenakalannya dapat ditekan. Dari contoh tersebut
dapat dinyatakan bahwa kesenjangan (gap) adalah antara yang seharusnya
(kenakalan dapat ditekan dengan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia)
dengan kenyataannya banyak yang nakal.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity),
adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau
antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada[1].
Perumusan masalah merupakan tema sentral masalah atau problem atau issue
sebagai gambaran ringkas secara kondisional dan situasional fenomena yang
dihadapi sehingga menggugah untuk dilakukan penelitian dalam waktu cepat atau
dekat.
Menurut Sevilla (1993), sebagi peneliti pemula, kita mungkin mengalami
kesulitan memilih masalah yang baik. Walaupun menemukan beberapa kemungkinan
judul, kita kemudian dihadapkan pada suatu pilihan mengenai judul mana yang
paling baik[2].
Masalah yang baik adalah yang realistis, benar-benar ada di Masyrakat
dan perlu untuk diselseikan. Jika tidak, akan menimbulkan berbagai kerugian
bagi kehidupan bersama baik kelompok kecil, masyarakat luas, organisasi formal
maupun informal, maupun lainnya. Baik pengaruh jangka pendek maupun panjang.
Peneliti harus dapat memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan
merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalh tersebut. Perumusan
masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan
pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
-
Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan
akademis seseorang;
-
Memuaskan perhatian serta keingintahuan
seseorang akan hal-hal yang baru;
-
Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa
penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya;
-
Memenuhi keinginan sosial;
-
Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
B. Sumber-sumber Masalah dalam Penelitian[3]
1. Teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti akan
menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan
yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu,
teori dalam penelitian tertentu berubah jadi hipotesis. Sumber teori ini
mencakup berbagai teori dan konsep hail penelaahan buku-buku. Masalah yang
bersumber dari telaah teoritis akan banyak memberikan sumbangan dalam memperkaya
dan memperluas khazanah ilmu pengetahuan serta mempertajam pemahaman aplikasi
teori. Dalam banyak hal penelitian yang masalahnya digali dari sumber teoritis,
pelaksanaanya akan berbentuk penelitian eksperimental dan dikategorikan sebagai
penelitian dasar (basic reseacrch).
2. Pengalaman di Lapangan atau keadaan Empirik. Dalm situasi seperti itu, peneliti
terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis. Sumber empirik memberikan
pengertian bahwa pengalaman penelitian dapat diformulasikan kedalam suatu
bentuk masalah yang menurut pengamatan dan/ atau penghayatan penelitian-hal itu
menimbulakan kekurangserasian dalam kehidupan. Termasuk dalam laporan-laporan
yang dapat dihimpun oleh pusat dokumentasi dan informasi. Pada umumnya
penelitian yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang bersumber dari
pengalaman, penelitian itu dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat
praktis atau penelitian terapan (applied research).
3. Pengamatan terhadap kegiatan manusia. Seorang ahli ilmu jiwa, dapat menemukan
masalah ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka
dalam pabrik. Seorang ahli ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia
melihat cara petani mengerjakan serta menyimpan hasil usaha taninya. Seorang
dokter dapat menemukan masalah ketika ia melihat plendudukan mengambil air
minum di suangi dan membuang air di kali ataupun melihat bayak penduduk
mempunyai kaki sebesar kaki gajah, misalnya.
4. Pengamatan terhadap alam sekeliling. Penelitian-penelitian ilmu natural sering
kali memperoleh dari alam sekelilingnya. Seorang ahli ilmu bintang bayak
memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala. Seorang peneliti ilmu tanah
akan menemuka masalah ketika ia secara sepintas mengamati tanah disekelilingnya
ataupun dalam suatu perjalanan jauh. Seorang ahli dalam ilmu manajemen
menemukan masalah pada saat ia melihat kejanggalan pada suatu perusahaan pada
beberapa sektor. Seorang peneliti yang bangun pagi untuk melakukan kegiatan
olah raga aerobik, tersandung kakinya pada sebuah batu, dan batu tersebut
menyentuh keingintahuannya, maka peneliti ahli batu-batuan tersebut telah
menemukan masalah yang ingin diteliti.
5. Bacaan. Terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, baik berupa jurnal,
artikel, atau lainnya yang mudah dijadikan sumber masalah penelitian, karena
laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan rekomendasi untuk
penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu. Hal yang demikian itu mudah untuk
dimengerti sebab tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu
penelitian menampilkan masalah lebih banyak dari pada yang di jawab. Penelitian
inilh yang baik karena akn mendorong ilmu pengetahuan untuk selalu berkembang.
Oleh karea itu, bagaimana pembaca mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang
diajukan atau tidak ?. Melalui bacaan seseorang mampu menangkap teoritis,
konsep, generalisasi, dan hal-hal yang dapat memungkinkan seseorang menjadi
luas pengetahuan dan wawasannya. Akibat lanjut yang bersangkutan akan menjadi
berfikir kritis dalam melihat persoalan-persoalan yang ada dan mampu menggali
masalah-masalah yang ada di sekitarnya.
6. Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian
yang cukup kaya, sebab umumnya peserta seminar melihat hal-hal yang dipersoalkan
secara ilmiah. Dengan kemampuannya itu para peserta melihat, menganalisa, dan
mempersoalkannya untuk dijadikan sebagai pokok pembicaraan. Dengan demikian
mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui
penelitian. Dalam diskusi (seminar, pertemuan ilmiah, dan sebagainya) calon
peneliti dapat menangkap banyak analisa-analisa ilmiah, serta
argumentasi-argumentasi ilmiah, yang dapat mengarah pada suatu permasalahan
baru.
7. Pernyataan pemegang otoritas atau para pakar. Tidak sedikit masalh penelitian didapatkan
dari para ahli (pakar). Perlu diketahui bahwa para ahli memiliki wawasn yang
cukup luas dan mendalam sesuai dengan bidang
yang ditekuninya, sehingga mereka mampu menyajikan banyak permasalahan
peneitian yang cukup berbobot untuk diteliti. Sumber lain yang sering
diharapkan adalah para pengelola dan/atau pengambil keputusan, yang karena
kebutuhannya tidak sedikit masalh yang perlu dipecahkan demi tercapainya suatu
usaha pengembangan (pembangunan). Penelitian yang masalahnya bersumber dari
para pengelola ini disebut penelitian kebijakan atau sering disebut sebagai
penelitian ‘pesanan’. Hasil pemecahan masalah yang diajukan pada dasarnya akan
digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang akan
ditetapkan.
8. Pengamatan sepintas. Sering terjadi seorang peneliti menemukan masaah
penelitian dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah
sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian, tetapi ketika
menyaksikan hal-hal tertentu dilapangan, timbul pertanyaan-pertanyaan dalam
hatinya yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitian.
9. Pengalaman pribadai. Pengalaman memang modal yang paling berharga dalam
menemukan masalah. Peneliti akan mudah sekali menemukan masalah dan
identifikasi masalah apabila pengalamannya memadai. Mungkin pengalaman pribadi
yang berkaitan dengan sejarah dan kehidupan pribadi, mungin juga berkaitan pula
dengan kehidupan profesional. Agar kaya pengalaman pribadi, seorang peneliti
hendakanya sering berlatih dan selalu mencoba-coba.
10. Perasaan intuitif (intuisi). Sering kali masalah penelitian itu muncul
dalam pikiran ilmuan pada pagi setelah banun tidur atau pada saat habis
istirahat. Rupanya selama tidur, mandi, buang air, dan sebagainya, atau
istirahat terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan apa yang akan
diteliti.
11. Cabang studi yang sedang dikembangkan. Kadangkala masalah ditemukan, bukan dari
bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang timbul demikian, yang
mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya. Misalnya, ketika Dokter
meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan mikroba
kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa
menggunakan ayam-ayam yang pernah kena kolera. Dilihatnya ayam-ayam tersebut
tidak mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan
ketahanan ayam-ayam tersebut, dan ia menemukan maslah yang mendorongnya menliti
tentang prinsip-prinsip kekebalan atau imunisasi. Ketika William Parkins
mencoba mengubah anniline menjadi quinine dalam percobaannya, ia
menemukan suatu masalah lain yang menghasilkan alat pencelup anniline
yang unggul. Begitu juag ketika W.R. Whitney meneliti penggunaan ion air raksa
sebagai sumber cahaya, ia menemukan fakta-fakta yang telah menggirinng ia
merumuskan masalah yang menghasilkan alternating current rectifier.
12. Praktek serta keinginan masyarakat. Praktek yang timbul serta
keinginan-keinginan yang menonjol dalam masyarakat dapat merupakan sumber dari
masalah. Praktek-praktek tersebut dapat merupakan tunjuk perasaan,
pernyataan-pernyataan pimpinan, otoritas ilmu pengetahuan baik bersifat lokal, daerah, maupun nasional.
Adanya ketimpangan antara input dan produktivitas sekolah dapat merupakan suatu
masalah penelitian.
13. Bidang spesialisasi. Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber
masalah. Seorang spesialisasi dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam,
pada bidangnya. Dari situ akan banyak masalah yang memerlukan masalah
berdasarkan bidang spesialisasi tersebut. Dalam membuat masalah berdasarkan
bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya masalah yang digali jangan
menjurus kepada over-spesialisasi. Hal tersebut akan dapat menghilangkan
utinitas yang fundamental.
14. Pelajaran ynag sedang diikuti. Diskusi kelas, hubungan dengan Dosen
(konsultasi) banyak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih masalah untuk
penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat merupakan juga salah
satu sumber untuk mencari masalah penelitian bagai mahasiswa untuk tugas
akhirnya.
C. Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
1. Topik atau judulnya menarik. Bila kita tertarik pada masalah tersebut, kita ingin
dan senang mengerjakannya, serta merasa mudah mengatasi hal-hal yang mungkin
menghambatnya. Jika tertarik meneliti suatu topik, berarti kita memiliki dasar
pengetahuan terhadap topik dan masih dalam lingkup bidang studi kita. Jika kita
telah memilih topik, tetapi topiknya masih asing, berarti kita telah memutuskan
untuk mengerjakannya.
2. Pemecahan Masalahnya bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan dalam bidang
tertentu. Kadangkala ada pertanyaan dalam ujian lisan, seperti “Apakah
sumbangan penting dari studi kita terhadap bidang pendidikan ?” untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus melihatnya dari masalah yang diselidiki. Tentu,
masalah yang akaan diselidiki mempunyai nilai praktis atau merupakan sumbangan
yang berarti pada bidang pendidikan atau bidang lain.
3. Masalahnya merupakan hal baru. Beberapa topik kadangkala terlalu banyak
diteliti, sementara topik-topik lainnya belum diteliti secara menyeluruh. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian secara ekstensif.
4. Masalahnya mengundang rancangan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, jika ingin menentukan
tingkat gizi murid-murid sekolah dasar pada suatu kabupaten, kita akan mengukur
berat badan mereka, kemudian dengan menggunakan tabel, kini kita mengetaui
status gizi murid-murid tersebut. Rancangan itu sederhana karena apa yang telah
kita kerjakan menggambarkan status gizi penelitian. Masalah ini akan lebih
komplek bila kita menambahkan beberapa variabel. Misalnya kita menghubungkan
tingkat gizi mereka dengan variabel-variabel yang lain, seperti lokasi tempat
tinggal mereka, atau karakteristik orang tua murid. Pengenalan
variabel-variabel lain menyakinkan kita pada penemuan yang lebih spesifik,
lebih mendalam, dan lebih luas masalahnya. Jadi, masalah yang baik mengundang
lebih banyak variabel.
5. Masalahnya dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diingikan. Beberapa mahasiswa dapat menyelesaikan
penelitiannya dalam waktu satu tahun. Ini merupakan suatu jangka waktu yang
ideal. Namun, menjadi hal yang biasa apabila mahasiswa-mahasiswa lain
menyelesaikannya dalam waktu dua tahun setelah ujian komprehensif. Pada
umumnya, pengumpulan data cobaan (eksperimental) umumnya dilakukan satu
semester atau tiga bulan. Oleh karena itu, penelitian yang membutuhkan waktu
bertahun-tahun pada umumnya tidak akan menarik bagi mahasiswa.
6. Masalahnya tidak bertentangan dengan moral. Sebagai contoh, seadainya suatu studi
akan memalukan kepala sekolah atau pemilik pendidikan sekolah menengah, studi
dengan hal-hal yang tidak membuka peluang bagi seorang akan memandangnya dari
aspek keburukannnya saja. Suatu studi yang menyangkut kemelaratan orang-orang
miskin misalnya, akan menghasilkan penyesalan y ang mendalam bagi mereka yang
terpilih sebagai responden. Studi semacam ini kurang menyenangkan (Sevilla,
1993: 3-13).
DAFTAR PUSTAKA
Masyhuri dan Zainuddin., 2008. Metodologi Penelitian:
Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Jakarta: PT Refika Aditama.
Ardianto, Elvinaro., 2010. Metodologi Penelitian untuk Public
Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: SIMBIOSA REKATAMA
MEDIA.
Moh. Nazir., 2011. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar