Kamis, 12 November 2015

APA ITU MASALAH PENELITIAN?



MASALAH PENELITIAN
A.      Pengertian Masalah Penelitian
Masalah adalah kesenjangan (gap) apa yang seharusnya (das sollen) yang terjadi dengan apa yang menjaadi kenyataan (das sein) di masyarakat. Misalkan masalah kenakalan remaja yang ada di kota-kota besar cukup memprihatinkan. Padahal dengan sarana dan prasana pendidikan, olahraga, seni dan budaya, atau lainnya cukup tersedia, maka kenakalannya dapat ditekan. Dari contoh tersebut dapat dinyatakan bahwa kesenjangan (gap) adalah antara yang seharusnya (kenakalan dapat ditekan dengan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia) dengan kenyataannya banyak yang nakal.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada[1].
Perumusan masalah merupakan tema sentral masalah atau problem atau issue sebagai gambaran ringkas secara kondisional dan situasional fenomena yang dihadapi sehingga menggugah untuk dilakukan penelitian dalam waktu cepat atau dekat.
Menurut Sevilla (1993), sebagi peneliti pemula, kita mungkin mengalami kesulitan memilih masalah yang baik. Walaupun menemukan beberapa kemungkinan judul, kita kemudian dihadapkan pada suatu pilihan mengenai judul mana yang paling baik[2].
Masalah yang baik adalah yang realistis, benar-benar ada di Masyrakat dan perlu untuk diselseikan. Jika tidak, akan menimbulkan berbagai kerugian bagi kehidupan bersama baik kelompok kecil, masyarakat luas, organisasi formal maupun informal, maupun lainnya. Baik pengaruh jangka pendek maupun panjang.
Peneliti harus dapat memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap masalh tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
-          Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang;
-          Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru;
-          Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya;
-          Memenuhi keinginan sosial;
-          Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
B.       Sumber-sumber Masalah dalam Penelitian[3]
1.      Teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori dalam penelitian tertentu berubah jadi hipotesis. Sumber teori ini mencakup berbagai teori dan konsep hail penelaahan buku-buku. Masalah yang bersumber dari telaah teoritis akan banyak memberikan sumbangan dalam memperkaya dan memperluas khazanah ilmu pengetahuan serta mempertajam pemahaman aplikasi teori. Dalam banyak hal penelitian yang masalahnya digali dari sumber teoritis, pelaksanaanya akan berbentuk penelitian eksperimental dan dikategorikan sebagai penelitian dasar (basic reseacrch).
2.      Pengalaman di Lapangan atau keadaan Empirik. Dalm situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis. Sumber empirik memberikan pengertian bahwa pengalaman penelitian dapat diformulasikan kedalam suatu bentuk masalah yang menurut pengamatan dan/ atau penghayatan penelitian-hal itu menimbulakan kekurangserasian dalam kehidupan. Termasuk dalam laporan-laporan yang dapat dihimpun oleh pusat dokumentasi dan informasi. Pada umumnya penelitian yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang bersumber dari pengalaman, penelitian itu dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat praktis atau penelitian terapan (applied research).
3.      Pengamatan terhadap kegiatan manusia. Seorang ahli ilmu jiwa, dapat menemukan masalah ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik. Seorang ahli ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani mengerjakan serta menyimpan hasil usaha taninya. Seorang dokter dapat menemukan masalah ketika ia melihat plendudukan mengambil air minum di suangi dan membuang air di kali ataupun melihat bayak penduduk mempunyai kaki sebesar kaki gajah, misalnya.
4.      Pengamatan terhadap alam sekeliling. Penelitian-penelitian ilmu natural sering kali memperoleh dari alam sekelilingnya. Seorang ahli ilmu bintang bayak memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala. Seorang peneliti ilmu tanah akan menemuka masalah ketika ia secara sepintas mengamati tanah disekelilingnya ataupun dalam suatu perjalanan jauh. Seorang ahli dalam ilmu manajemen menemukan masalah pada saat ia melihat kejanggalan pada suatu perusahaan pada beberapa sektor. Seorang peneliti yang bangun pagi untuk melakukan kegiatan olah raga aerobik, tersandung kakinya pada sebuah batu, dan batu tersebut menyentuh keingintahuannya, maka peneliti ahli batu-batuan tersebut telah menemukan masalah yang ingin diteliti.
5.      Bacaan. Terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, baik berupa jurnal, artikel, atau lainnya yang mudah dijadikan sumber masalah penelitian, karena laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu. Hal yang demikian itu mudah untuk dimengerti sebab tidak pernah ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu penelitian menampilkan masalah lebih banyak dari pada yang di jawab. Penelitian inilh yang baik karena akn mendorong ilmu pengetahuan untuk selalu berkembang. Oleh karea itu, bagaimana pembaca mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan atau tidak ?. Melalui bacaan seseorang mampu menangkap teoritis, konsep, generalisasi, dan hal-hal yang dapat memungkinkan seseorang menjadi luas pengetahuan dan wawasannya. Akibat lanjut yang bersangkutan akan menjadi berfikir kritis dalam melihat persoalan-persoalan yang ada dan mampu menggali masalah-masalah yang ada di sekitarnya.
6.      Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya, sebab umumnya peserta seminar melihat hal-hal yang dipersoalkan secara ilmiah. Dengan kemampuannya itu para peserta melihat, menganalisa, dan mempersoalkannya untuk dijadikan sebagai pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian. Dalam diskusi (seminar, pertemuan ilmiah, dan sebagainya) calon peneliti dapat menangkap banyak analisa-analisa ilmiah, serta argumentasi-argumentasi ilmiah, yang dapat mengarah pada suatu permasalahan baru.
7.      Pernyataan pemegang otoritas atau para pakar. Tidak sedikit masalh penelitian didapatkan dari para ahli (pakar). Perlu diketahui bahwa para ahli memiliki wawasn yang cukup luas dan mendalam sesuai dengan bidang  yang ditekuninya, sehingga mereka mampu menyajikan banyak permasalahan peneitian yang cukup berbobot untuk diteliti. Sumber lain yang sering diharapkan adalah para pengelola dan/atau pengambil keputusan, yang karena kebutuhannya tidak sedikit masalh yang perlu dipecahkan demi tercapainya suatu usaha pengembangan (pembangunan). Penelitian yang masalahnya bersumber dari para pengelola ini disebut penelitian kebijakan atau sering disebut sebagai penelitian ‘pesanan’. Hasil pemecahan masalah yang diajukan pada dasarnya akan digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang akan ditetapkan.
8.      Pengamatan sepintas. Sering terjadi seorang peneliti menemukan masaah penelitian dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian, tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu dilapangan, timbul pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitian.
9.      Pengalaman pribadai. Pengalaman memang modal yang paling berharga dalam menemukan masalah. Peneliti akan mudah sekali menemukan masalah dan identifikasi masalah apabila pengalamannya memadai. Mungkin pengalaman pribadi yang berkaitan dengan sejarah dan kehidupan pribadi, mungin juga berkaitan pula dengan kehidupan profesional. Agar kaya pengalaman pribadi, seorang peneliti hendakanya sering berlatih dan selalu mencoba-coba.
10.  Perasaan intuitif (intuisi). Sering kali masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuan pada pagi setelah banun tidur atau pada saat habis istirahat. Rupanya selama tidur, mandi, buang air, dan sebagainya, atau istirahat terjadi semacam konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti itu, yang lalu muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti.
11.  Cabang studi yang sedang dikembangkan. Kadangkala masalah ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang timbul demikian, yang mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya. Misalnya, ketika Dokter meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa menggunakan ayam-ayam yang pernah kena kolera. Dilihatnya ayam-ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam tersebut, dan ia menemukan maslah yang mendorongnya menliti tentang prinsip-prinsip kekebalan atau imunisasi. Ketika William Parkins mencoba mengubah anniline menjadi quinine dalam percobaannya, ia menemukan suatu masalah lain yang menghasilkan alat pencelup anniline yang unggul. Begitu juag ketika W.R. Whitney meneliti penggunaan ion air raksa sebagai sumber cahaya, ia menemukan fakta-fakta yang telah menggirinng ia merumuskan masalah yang menghasilkan alternating current rectifier.
12.  Praktek serta keinginan masyarakat. Praktek yang timbul serta keinginan-keinginan yang menonjol dalam masyarakat dapat merupakan sumber dari masalah. Praktek-praktek tersebut dapat merupakan tunjuk perasaan, pernyataan-pernyataan pimpinan, otoritas ilmu pengetahuan baik  bersifat lokal, daerah, maupun nasional. Adanya ketimpangan antara input dan produktivitas sekolah dapat merupakan suatu masalah penelitian.
13.  Bidang spesialisasi. Bidang spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber masalah. Seorang spesialisasi dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam, pada bidangnya. Dari situ akan banyak masalah yang memerlukan masalah berdasarkan bidang spesialisasi tersebut. Dalam membuat masalah berdasarkan bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya masalah yang digali jangan menjurus kepada over-spesialisasi. Hal tersebut akan dapat menghilangkan utinitas yang fundamental.
14.  Pelajaran ynag sedang diikuti. Diskusi kelas, hubungan dengan Dosen (konsultasi) banyak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih masalah untuk penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat merupakan juga salah satu sumber untuk mencari masalah penelitian bagai mahasiswa untuk tugas akhirnya.
C.      Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
1.      Topik atau judulnya menarik. Bila kita tertarik pada masalah tersebut, kita ingin dan senang mengerjakannya, serta merasa mudah mengatasi hal-hal yang mungkin menghambatnya. Jika tertarik meneliti suatu topik, berarti kita memiliki dasar pengetahuan terhadap topik dan masih dalam lingkup bidang studi kita. Jika kita telah memilih topik, tetapi topiknya masih asing, berarti kita telah memutuskan untuk mengerjakannya.
2.      Pemecahan Masalahnya bermanfaat bagi orang-orang yang berkepentingan dalam bidang tertentu. Kadangkala ada pertanyaan dalam ujian lisan, seperti “Apakah sumbangan penting dari studi kita terhadap bidang pendidikan ?” untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihatnya dari masalah yang diselidiki. Tentu, masalah yang akaan diselidiki mempunyai nilai praktis atau merupakan sumbangan yang berarti pada bidang pendidikan atau bidang lain.
3.      Masalahnya merupakan hal baru. Beberapa topik kadangkala terlalu banyak diteliti, sementara topik-topik lainnya belum diteliti secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian secara ekstensif.
4.      Masalahnya mengundang rancangan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, jika ingin menentukan tingkat gizi murid-murid sekolah dasar pada suatu kabupaten, kita akan mengukur berat badan mereka, kemudian dengan menggunakan tabel, kini kita mengetaui status gizi murid-murid tersebut. Rancangan itu sederhana karena apa yang telah kita kerjakan menggambarkan status gizi penelitian. Masalah ini akan lebih komplek bila kita menambahkan beberapa variabel. Misalnya kita menghubungkan tingkat gizi mereka dengan variabel-variabel yang lain, seperti lokasi tempat tinggal mereka, atau karakteristik orang tua murid. Pengenalan variabel-variabel lain menyakinkan kita pada penemuan yang lebih spesifik, lebih mendalam, dan lebih luas masalahnya. Jadi, masalah yang baik mengundang lebih banyak variabel.
5.      Masalahnya dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diingikan. Beberapa mahasiswa dapat menyelesaikan penelitiannya dalam waktu satu tahun. Ini merupakan suatu jangka waktu yang ideal. Namun, menjadi hal yang biasa apabila mahasiswa-mahasiswa lain menyelesaikannya dalam waktu dua tahun setelah ujian komprehensif. Pada umumnya, pengumpulan data cobaan (eksperimental) umumnya dilakukan satu semester atau tiga bulan. Oleh karena itu, penelitian yang membutuhkan waktu bertahun-tahun pada umumnya tidak akan menarik bagi mahasiswa.
6.      Masalahnya tidak bertentangan dengan moral. Sebagai contoh, seadainya suatu studi akan memalukan kepala sekolah atau pemilik pendidikan sekolah menengah, studi dengan hal-hal yang tidak membuka peluang bagi seorang akan memandangnya dari aspek keburukannnya saja. Suatu studi yang menyangkut kemelaratan orang-orang miskin misalnya, akan menghasilkan penyesalan y ang mendalam bagi mereka yang terpilih sebagai responden. Studi semacam ini kurang menyenangkan (Sevilla, 1993: 3-13).












DAFTAR PUSTAKA

Masyhuri dan Zainuddin., 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Jakarta: PT Refika Aditama.
Ardianto, Elvinaro., 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: SIMBIOSA REKATAMA MEDIA.
Moh. Nazir., 2011. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.


[1] Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),  hal. 111
[2] Elvinaro Ardianto, Metodelogi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), hal. 13
[3] Masyuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal. 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar