MAKALAH
PSIKOLOGI SOSIAL
OLEH:
KELOMPOK VI
SONIA SWASTIKA (153.133.039)
REZA ARZIAN (153.133.038)
LINA APRILIANA (153.133.037)
AHMAD FATONI (153.133.040)
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt,. atas nikmat dan rahmat yang
diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan
salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai panutan atau pembimbing
kita menuju kebahagian yang hakiki. Makalah yang berjudul “Psikologi
Sosial” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah“Psikologi” . Kami
ucapkan banyak terima kasih kepada semua teman yang telah membantu terutama
kepada Bapak Zulkarnain,M.Si,. Selaku Dosen pembimbing mata kuliah “Psikologi”
Mengingat
keterbatasan kami oleh karena itu kami selaku penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari segenap pembaca sekalian. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.
Mataram,10
Mei 2015
(Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar belakang
Dalam upaya
untuk lebih memahami psikologi sosial secara komprehensif, maka perlu
dikemukakan beberapa pengertian psikologi sosial. Baron dan Byrne (2004)
mengemukakan bahwa psikologi sosial adalah cabang psikologi yang berupaya untuk
memahami dan menjelaskan cara berfikir, berperasaan, dan berperilaku individu
yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain itu dapat
dirasakan secara langsung, di imajinasikan, ataupun diimplikasikan.[1]
Sebagaimana
ilmu-ilmu lain, psikologi sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi
sosial. Perbedaannya, psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang masih
muda dibandingkan ilmu-ilmu sosial lainnya. Psikologi sosial baru tumbuh
sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri pada sekitar tahun 1900. Oleh
karena itu, David Krech dan Richard S. Crutchfield (1948) menyebutkan dengan
istilah “infant science” yang didalam praktik mencakup kehidupan sebagai
individu ataupun anggota kelompok atau masyarakat.[2] Selanjutnya
untuk memahami pembahasan psikologi sosial lainnya, di dalam makalah ini kami
suguhkan pembahasan psikologi sosial mulai dari pengertian psikologi sosial,
sejarah singkat psikologi sosial, Tokoh-tokoh psikologi sosial, Perspektif
psikologi sosial secara umum, dan Psikologi Sosial menurut Perspektif Islam.
- B. Rumusan Masalah
Adapun
Rumusan Masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah:
- Apa Pengertian Psikologi Sosial?
- Bagaimana sejarah singkat Psikologi Sosial?
- Siapakah Tokoh-tokoh Psikologi Sosial?
- Bagaimana Perspektif Psikologi Sosial secara umum?
- Bagaimana Psikologi Sosial menurut Perspektif Islam?
- C. Tujuan Masalah
Adapun
Tujuan Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui pengertian psikologi sosial
- Untuk mengetahui sejarah singkat psikologi sosial
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh psikologi sosial
- Untuk mengetahui perspektif psikologi sosial secara umum
- Untuk mengetahui psikologi sosial menurut perspektif islam
BAB II
PEMBAHASAN
- A. PENGERTIAN PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi
sosial adalah ‘anak’ dari psikologi. Psikologi sendiri mempunyai arti sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip perilaku manusia. Sedangkan
manusia itu tidak bisa hidup sendirian, karena ia memang pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Manusia itu hidup dalam suatu sistem sosial. Ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang sistem sosial disebut sosiologi.
Sistem
sosial itu misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem sosial
itu akan terjadi suatu proses sosial yang kompleks seperti perubahan sosial dan
sosialisasi pada anak-anak. Jadi disini nampak bahwa sebagian area psikologi
ternyata tumpang tindih dengan sosiologi.
Area yang
‘berbau’ psikologi dan sosiologi itulah yang dimaksud dengan psikologi sosial.
Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bagaimana perilaku individu dapat dipengaruhi tetapi juga dapat mempengaruhi
orang dalam situasi-situasi sosial.[3]
Ilmu ini
sangat memperhatikan interaksi manusia dan Human relationship dalam dunia
sosial. Ilmu ini juga memperhatikan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku
individu yang mana hal itu erat hubungannya dengan kepercayaan, motif dan
perilaku individu lainnya. Hal itu diekspresikan dalam proses-proses sosial
yang kompleks.
Mempelajari
psikologi sosial ternyata tidak sulit. Ini karena ilmu tersebut sangat erat
hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya,
politik, ekonomi, sejarah, administrasi publik dan bahkan ilmu hukum.[4]
Pertumbuhan dan perkembangan psikologi sosial yang berkaitan erat dengan
sosiologi, antropologi dan psikologi, menyebabkan banyak definisi psikologi
sosial yang diberikan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sosiologi, antropologi dan
psikologi. Akan tetapi psikologi sosial yang merupakan ilmu pengetahuan sendiri
juga memiliki definisi yang diiberikan oleh ahli psikologi sosial sendiri.
v Definisi
Psikologi Sosial menurut Para Ahli.
- 1. Definisi dari Ahli Sosiologi
- a. Theodore M. Newcomb (1958)
Social
Psychology deal with the Association of Variations in the behavior of on more
individual with variations in the social environment. (Psikologi sosial berhubungan
dengan hubungan bermacam-macam tingkah laku seseorang atau lebih individu
dengan bermacam-macam lingkungan sosial).
- b. Watson (1966)
Social Psychology
is the scientific study of human interaction. (psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang
interaksi manusia)
- 2. Definisi dari Ahli Psikologi
- a. Hubert Bonner (1953)
Social
Psychology is scientific study of individual behavior. (Psikologi sosial adalah lapangan
pengetahuan tentang tingkah laku individu).
- b. David Kretch, et-al (1962)
Social
Psychology can defined as the science of interpersonal behavior event (Psikologi sosial dapat dibatasi
dengan ilmu pengetahuan tentang peristiwa tingkah laku antar individu).
- 3. Definisi dari Ahli Psikologi Sosial
- a. Mc. David dan Herani (1968)
Social
Psychology is the scientific study of the experience and behavior of individual
in relation to other individuals, group and culture. (Psikologi sosial adalah
lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya
dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan)
- b. Oldentorff (1955)
Social
Psychology is the science of individual behavior in relation to social
situation. (Psikologi sosial adalah pengetahuan tentang tingkah laku individu
dalam hubungannya dengan situasi sosial).
- B. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI SOSIAL
Sebenarnya
disiplin psikologi sosial yang belum tertata secara mapan sebagai ilmu empiris tersendiri
seperti sekarang ini sudah ada sejak zaman Yunani klasik sebagai bagian dari
kajian disiplin ilmu filsafat. Tokoh-tokoh filsafat Yunani klasik yang dapat
dikategorikan sebagai pemikir metafisika rasional psikologi sosial adalah Plato
dan Aristoteles.
Perkembangan
lanjutan psikologi sosial dapat ditemui pada pemikiran filsuf prancis dan bapak
ilmu sosiologi Auguste Comte yang hidup pada abad kesembilan belas masehi
(Cooper, 1996). Selain disebut sebagai pencetus awal lahirnya disiplin ilmu
sosiologi, Auguste Comte juga dapat dipandang sebagai salah satu peletak dasar
perkembangan psikologi sosial empiris yang lahir pada abad kedua puluh Masehi.
Sebagai ilmu
empiris yang berdiri sendiri, kelahiran psikologi sosial ditandai dengan
dipublikasikannya dua buku psikologi sosial yang bersifat monumental yang
diterbitkan pada sekitar awal abad kedua puluh Masehi. Dua buku tersebut adalah
Introduction to Social Psychology (Pengantar Psikologi Sosial) yang ditulis
oleh pakar Psikologi William McDougall pada tahun 1908 dan Social Psychology
(Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu sosiologi A.Ross pada tahun
yang sama (Stephan & Stephan, 1990).
Selain itu
pada tahun 1924. Floyed Allport (dalam Baron dan Byrne, 2004) menulis sebuah
buku yang berjudul social Psychology. Buku ini mengemukakan suatu diktum bahwa
perilaku sosial dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kehadiran orang lain
dan tindakan-tindakan orang lain. Dalam buku ini Floyed Allport memberikan
deskripsi tentang topik-topik penelitian yang berhubungan perilaku sosial,
yaitu topik konformitas sosial, topik kemampuan individu dalam memahami emosi
orang lain, dan topik pengaruh audience terhadap kinerja penyelesaian tugas.
Segera
setelah diterbitkannya buku yang ditulis oleh Floyed Allport ini, perkembangan
ilmu psikologi sosial menjadi lebih pesat. Banyak topik-topik psikologi sosial
baru mulai bermunculan dan selanjutnya dikembangkan pula metode-metode
penelitian yang relevan dengan topik-topik itu. Demikian, sampai pada periode
1930an psikologi sosial menjadi bidang ilmiah baru dalam ilmu psikologi yang
berkembang sangat pesat.
Pada saat
terjadinya Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di Amerika Serikat dan
Eropa, termasuk para ahli psikologi sosial, terlibat dalam pemanfaatan
pengetahuan dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan
perang. Pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan psikologi untuk
upaya-upaya memenangkan perang pada bidang keilmuan dan bidang aplikasi
psikologi sosial terutama terkait dengan perang psikologis dalam bentuk
propaganda perang.
Setelah
mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II,
perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada
periode pertengahan 1940an dan pada periode 1950an. Pada periode ini,
perkembangan psikologi sosial ditunjukkan dengan mulai dilakukan penelitian
terhadap pengaruh kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri
kepribadian dan perilaku sosial, dan pengembangan teori disonansi kognitif oleh
Leon Festinger pada tahun 1957.
Setalah masa
Perang Dunia II berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt
Lewin, memelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang
lebih bersifat terapan (Hanurawan & Diponegoro, 2005). Pengembangan ilmiah
psikologi sosial itu ke dalam bidang-bidang yang bersifat terapan pada saat ini
lazim disebut dengan bidang psikologi sosial terapan (applied social
psychology). Usaha-usaha pengembangan ke arah wilayah terapan itu tidak lepas
dari ide yang dikemukakan oleh Kurt Lewin bahwa pengetahuan ilmiah sebenarnya
tidak dapat dipisahkan dari fungsi pengetahuan itu untuk membuat kehidupan
masyarakat menjadi lebih sejahtera . berdasarkan pada ide Kurt Lewin untuk
mengembangkan ilmu psikologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara
langsung bagi kesejahteraan manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang
disebut dengan society for the Psychological Study of Social Issues (Masyarakat
untuk Studi Psikologis tentang Isu-isu Sosial) (Sadava, 1997).
Pada periode
1960an, para pakar psikologi sosial mulai mengarahkan perhatiannya pada topik
persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam
kelompok, dan perilaku membantu orang lain yang membutuhkan bantuan (pro-social
behavior). Pada periode 1970an, para pakar psikologi sosial mengembangkan
topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi jenis kelamin, proses
atribusi, dan perilaku lingkungan.
Pada periode
1990-an, para pakar psikologi sosial mulai mengembangkan secara lebih nyata
aspek terapan teori-teori psikologi sosial, seperti pada bidang kesehatan,
bidang media, proses hukum, dan perilaku organisasi. Pada era ini, banyak pakar
psikologi sosial mulai berekspansi ke wilayah-wilayah profesi yang lain, yaitu
dari departemen atau fakultas psikologi periode ini, seperti juga banyak
terjadi dalam perkembangan psikologi wacana kritis. Wacana kritis ini kemudian
memunculkan aliran psikologi sosial yang bersifat kritis (Critical social
Psychology). Psikologi sosial kritis berupaya untuk memahami, menjelaskan,
meramalkan dan merekayasa perilaku manusia dalam konteks sosial berdasarkan
tujuan pencapaian perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat. (Hepburn, 2003).
- C. TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI SOSIAL
v Bapak
Psikologi Sosial
Sering para
mahasiswa bertanya-tanya siapa bapak psikologi sosial itu? Suatu pertanyaan
yang wajar-wajar saja, namun ternyata sulit untuk menjawabnya. Ini dikemukakan
oleh Fisher (1982),[5] tentang
sulitnya menentukan siapa Bapak Psikologi Sosial sebenarnya. Ini karena para
ahli ilmu pengetahuan sejati zaman dulu sebenarnya sudah mempelajarinya,
meskipun tidak spesifik. Siapa sajakah para ilmuwan itu?
- 1. Ahli-ahli Perintis Psikologi Sosial/The Forerunners Social Psychology
Ahli-ahli
perintis psikologi sosial dipandang sebagai ahli-ahli yang membahas objek studi
psikologi sosial walaupun pembahasan mereka sering dikaitkan dengan ilmu-ilmu
sosial lain yang menjadi bidang keahlian mereka.
Ahli-ahli perintis ini antara lain:
- a. Plato, Aristhoteles, Montesquieu
Mereka
adalah filsuf-filsuf sosial yang ajaran-ajarannya adalah bidang filsafat.
Meraka membahas pula adanya kebiasaan, pembawaan, insting dan hubungan sosial
yang ada dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, mereka blum dapat menerangkan
hubungan antara individu dan masyarakatnya. Dengan kata lain, mereka gagal
mempelajari individu dengan lingkungan sosialnya
- b. Steinbal dan Mozits Lazarus
Mereka
adalah ahli-ahli antropologi bengsa jerman dan mereka memusatkan pada group
mind and folk souls (jiwa kelompok dan roh rakyat). Mereka percaya bahwa
tiap-tiap individu mempunyai jiwa dan tiap-tiap kelompok mempunyai jiwa
tersendiri. Ternyata masing-masing jiwa tersebut mempunyai pengaruh terhadap
tingkah laku individu. Misal:
1)
Jiwa kelompok dapat menimbulkan tingkah-tingkah laku seperti kerja sama,
berkorban, membela individu lain, dan sebagainya.
2)
Jiwa individu tercermib pada tingkah laku pendiam, mudah marah, mudah bergaul,
dan sebagainya.
Tingkah-tingkah
laku yang timbul dari kedua macam tersebut dapat saling mempengaruhi. Anehnya steinbal
dan mozits lazarus tidak menyadari hubungan kejiwaan dengan tingkah laku
ini di mana tingkah-tingkah laku tersebut bersifat sosial.
- c. Herbert Spencer
Herbert
spencer adalah ahli
teori evolusi dari inggris dan ia sangat dipengaruhi oleh teori evolusi dari Charles
Darwin.
Ajarannya
konsep kehidupan sosial dimana kehidupan sosial merupakan proses penyesuaian
secara terus-menerus terhadap faktor-faktor eksternal. Misal: alat rumah
tangga, bentuk rumah, tata cara pergaulan, dan sebagainya , adalah hasil
penyesuaian terhadap hal-hal yang ada sebelumnya .
Herbert
spencer belum dapat menerangkan mengapa proses penyesuaian diri terus
berlangsung dalam kehidupan.
- d. Auguste Comte dan Emile Durkheim
Auguste
Comte adalah ahli
sosiologi yang ajarannya adalah masyarakat dan lembaga sosial dalam kehidupan
manusia. Ia menyadari bahwa jiwa individu dapat dikembangkan melalui masyarakat
dan individu selalu berada dalam tatar sosialnya. Namun ia belum dapat
menerangkan hubungan individu dengan masyarakatnya.
Emile
Durkheim menerangkan
adanya wakil-wakil bersama (Theory of collective representation). Teori
ini menunjukkan adanya wakil bersama salam pikiran individu dan tercermin dalam
tingkah laku. Misalnya membantu teman, membela nama baik kelompok, dan kerja
sama.
- 2. Ahli-ahli Pendiri Psikologi Sosial ( The Founders of Social Psychology )
- a. Gabriel Tarde (4846-4904)
Gabriel
Tarde adalah seorang ahli hukum dan hakin di prancis, yang sudah barang tentu
kerjanya berhubungan dengan hal-hal kejahatan. Dari hasil kerjanya ia
menyimpulkan bahwa kejahatan timbul akibat peniruan (imitation).
Lebih jauh
ia menyatakan peniruan adalah pangkal dari proses sosial dan merupakan kunci
terhadap misteri kehidupan sosial, bahkan masyarakat adalah peniruan.
Sumbangan utama penemuan Gabriel Tarde adalah bahwa dasar proses sosial
terletak pada kegiatan/aktivitas individu. Hal ini disebabkan karena elemen
pokok peniruan (imitation) adalah penemuan individu (invention) selama proses
peniruan berlangsung. Oleh karena itu, dalam peniruan selalu diperoleh kemajuan
dibandingkan keadaan sebelumnya. Ajaran Gabriel Tarde dengan peniruan
(imitation), ternyata memperoleh dukungan dari ahli-ahli seperti: Water
Bogehat yang berpendapat bahwa manusia-manusia yang kuat menjadi objek
peniruan dan mereka adalah Nation Buildera (pembentuk bangsa).
Lebih lanjut Bogehat berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai kesamaan,
yakni kecakapan untuk meniru.
- b. Gustave Le Bon (1841-1931)
Dalam bukunya,
The Crowd, ia menyatakan bahwa ciri pokok dari proses histori pada massa
(crowd) adalah sugesti, sehingga pada situasi massa kecakapan berpikir
individu tenggelam dan individu dikuasai oleh ketidaksadarannya karena adanya
proses sugesti. Secara jelas Gustave Le Bon menggambarkan
keadaan/situasi massa sebagai berikut: dalam situasi massa muncul proses
sugesti yang dikembangkan oleh seseorang (kelompok). Kunci proses ini adalah
kata-kata/kalimat yang dikembangkan oleh individu/kelompok tersebut. Proses sugesti
kemudian menyentuh individu (individu-individu) lain yang ada di sekitarnya.
Individu (individu-individu) itu kemudian merasakan sentuhan
kata-kata/kalimatbtadi yang kemudian menguasai perasaannya. Dari sinilah
individu (individu-individu) tersebut mempercayai apa yang didengarnya dan
sebagai akibatnya individu/individu-individu tersebut melakukan tindakan yang
kasar dan tidak masuk akal ( irrational). Misal: sekelompok demonstran yang
berteriak histeris sambil melempar ke sana kemari. Jadi dalam situasi massa,
kata Gustave Le Bon, berlangsung peristiwa suggestion, cortagion,
implusineress, emotionality and credulity. Dari ajaran Gustave Le Bon
dapat disimpulkan bahwa tindakan individu merupakan akibat peristiwa sugesti.
- c. Edward A. Roos
Edward A.
Roos dipandang sebagai bapak psikologi sosial karena ia yang pertama
menerbitkan buku Social Psychology. Ajarannya adalah bahwa tingkah laku
individu berhubungan dengan lingkungan dan kemasyarakatnya. Hal ini tampak pada
adanya kesamaan tingkah laku individu-individu seperti cara-cara berpakaian,
kesamaan pemikiran, ketidaksenangan yang bersifat umum, sugesti, pengrusakan
yang bersifat massal, dan tingkah laku panik yang dialami secara bersama.
Lebih lanjut
ajaran Edward A. Roos mendasarkan diri pada ajaran sugesti dan ajaran peniruan
(imitasi) yang diberikan oleh Gabriel Tarde dan Gustave Le Bon. Dalam praktik
tingkah laku massal akibat adanya sugesti dan imitasi dapat dicontoh pada
tingkah laku seperti: kebiasaan masyarakat, kesukaan akan mode, konflik, dan
pendapat umum. Dengan kata lain, ini ajaran Edward A. Roos adalah penerapan
sugesti dan imitasi pada macam-macam gejala sosial.
- d. William Mac Dongall
William Mac
Dongall berpendapat bahwa ada sejumlah insting pada individu sebagai dasar
kehidupan sosial dan interaksi sosial. Juga semua aktivitas sosial dan kekuatan
dorongan individu berasal dari dalam individu dan berupa pembawaan.
Contoh-contoh
insting tersebut adalah terbang-takut, penolakan, menganggur, ingin
tahu-keajaiban, kebapakan, kecenderungan perasaan, tidak senang-marah, dan
sebagainya. Insting tersebut berpasangan satu sama lain. Namun ada sejumlah
insting yang tampak berdiri sendiri seperti: reproduksi, membangun, kebanggaan,
dan sebagainya.
Lebih lanjut
Mac Dongall berpendapat bahwa insting sebagai motor utama dari semua kegiatan
individu. Ajaran William Mac Dongall ini ternyata memperoleh dukungan John
Dewey. Ajaran John Dewey adalah hadist sebagai penggerak tingkah laku
individu. Yang dimaksud hadist adalah hasil hubungan antara kecakapan individu
ditambah dengan pengaruh blingkungan sosial. Selanjutnya ia berpendapat bahwa
dasar psikologi sosial adalah hadist tersebut. George Herbert Mead dan C.
H. Cooly berpendapat bahwa tingkah laku individu berasal dari kedirian
sosial (social self). Yang dimaksud dengan kedirian sosial (social self) adalah
kematangan kepribadian individu akibat dari interaksi sosial yang
terus-menerus.
- D. PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL SECARA UMUM
Dalam psikologi
dikupas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan masalah psikologi sosial.
Secara umum, terdapat empat point primer yang menjadi kajian perspektif
psikologi sosial. Keempat perspektif tersebut ialah:
1)
Pespektif perilaku
Perspektif
ini pada mulanya dikemukakan oleh John B. Watson. Diawal penelitiannya, watson
menyarankan supaya perspektif ini bukan hanya sebuah alternatif untuk
pendekatan instinktif. Namun menjadi sebuah alternatif primer yang terfokus
pada masalah pemikiran, penceraha atau juga imajinasi. Secara umum, dalam
perspektif ini kemudian dikembangkan kedalam dua teori turunan. Yang pertama
ialah teori pembelajaran langsung atau social learning theory, serta teori
petukaran sosial atau social exchange theory.
Teori
pembelajaran sosial dikemukakan oleh Neil Miller serta John Dollard. Menurut
kedua orang tersebut, terjadinya aktivitas peniruan oleh orang lain terjadi
bukan sebab faktor biologis. Namun, dalam proses peniruan tersebut terdapat
unsur pembelajaran. Dengan demikian, apabila seseorang hendak berprilaku
sebagaimana orang lain maka harus melalui tahapan belajar dan tak terjadi
begitu saja.
Hal ini
dapat dilihat seperti mode pakaian. Suatu tren mode berbusana yang ada ditengah
masyarakat, biasanya muncul sebab adanya faktor orang lain yang sudah
menggunakan jenis busana tersebut. Sehingga hal ini kemudian akan ditiru oleh
orang lain jika merasa gaya busana tersebut mampu meningkatkan penampilan si
pemakainya.
Sementara
dalam teori pertukaran sosial, lebih melihat bahwa proses interaksi dengan
orang lain lebih dimotivasi adanya imbalan. Teori ini dikemukakan oleh empat
ahli yaitu John Thibaut serta Harlod Kelley nan merupakan pakar psikologi. Dan
tifa orang oagi yaitu George Homans, Richard Emerson dan Petter Blau yang merupakan
pakar di bidang sosiologi.
Menurut
mereka, seseorang akan beprilaku sebagaiman orang lain apabila dalam proses
tersebut terdapat unsur yang menguntungkan. Dengan demikian, konduite terjadi
bukan semata-mata sebab sekedar meniru namun lebih didasarkan pada terdapatnya
perhitungan. Yaitu apabila peniruan tersebut menguntungkan, mereka akan
melakukannya dan apabila tak menguntungkan maka mereka tak akan meneruskan
konduite tersebut.
2)
Perspektif Kognitif
Terdapat
tiga teori yang menjadi landasan perspektif ini. Ketiga teori ini ialah Teori
Medan, Teori Atribusi dan konsistensi sikap serta teori Kognisi Kontemporer.
Teori Medan dikemukakan Kurt Lewin, yang melakukan kajian masalah konduite
sosial dengan menggunakan pendekatan konsep medan atau ruang kehidupan. Menurut
pandangan Lewin, buat apa memahami prilaku seseorang, kita harus mengkaitkannya
dengan konteks lingkungan dimana konduite ekslusif dimunculkan.
Dengan
demikian. Teori medan ini menguraikan mengenai situasi yang terdapat disekitar
individu akan mempengaruhi perilakunya. Teori ini hampir menyerupai konsep
gestalt, yang melihat bahwa keberadaan bagian atau unsur akan saling memiliki
keterkaitan.
Sementara,
teori Atribusi dan Konsistensi sikap dikemukakan oleh Fritz Heider seorang
psikolog asal Jerman. Menurutnya, dengan pengorganisasian sikap. Merupakan
sebuah cara buat menghindarkan terjadinya konflik. Prose pengorganisasian ini
dilakukan dalam rangka “ sebab dan akibat ”. sehingga, kita dapat melakukan
penyesuain dengan pemikiran orang-orang yang ada disekitar kita.
Lain lagi
dengan teori Kognitif Kontemporer. Teori ini melihat manusia sebagai sebuah
objek yang secara aktif menerima, menggunakan, merekayasa serta memindahkan
informasi. Teori ini berupsat tentang bagaimana cara kita memproses informasi
yang berasal dari lingkungan dalam susunan kepribadian kita. Teori ini meyakini
bahwa konduite sosial tak dapat dipahami tanpa adanya informasi mengenai proses
mental yang terpecaya.
3)
Pespektif Struktual
Perspektif
sosial tersusun dari jalinan interaksi manusia melalui proses yang bersifat
stabil. Struktur yang diterima seseorang, berasal dari struktur yang dibentuk
oleh generasi terdahulu melewati proses sosialisasi. Ada tiga teori yang
melandasi perspektif struktual, yaitu Teori Peran, Teori Pernyataan asa serta
teori posmodernisme.
Teori peran
dikemukakan Robert Linton. Dalam teorinya, Linton mendeskripsikan mengenai
interaksi soaial melalui pengumpamaan seorang aktor yang bermain dalam film.
Sehingga, seseorang akan menjalini kehidupan berdasar sesuatu yang sudah
ditetapkan kepadanya. Contohnya, seorang dokter akan mengobati orang sakit dan
polisi akan menagkap penjahat.
Sementara
dalam teori pernyataan asa yang disampaikan oleh Joseph Berger dari Universias
Stanford, melihat konduite dari sudut pandang mikro. Dimana dalam teorinya,
Berger menyakini bhahwa seorang manusia akan memiliki asa yang baik pada
dirinya sendiri maupun pada orang lain yang didasarkan pada tugas dan peran
yang mereka miliki. Dan asa inilah yang akan mempengaruhi proses hubungan
seseorang dalam sebuah kelompok.
Konsep
berbeda dikemukakan dalam teori ketiga yaitu posmodernisme. Teori ini muncul
sebagai tanggapan atas global modern. Dalam teori ini dikemukakan bahwa dalam
kehidupan modern, seseorang akan kehilangan sikap individualitasnya . sikap
individualitas seseorang akan terganti adanya kumpulan gambaran dari yang
digunakan oleh manusia secara sementara dan buat selanjutnya ditingggalkan.
Menurut
penganut posmodernisme, kondisi ini disebabkan adanya konsep kapitalisme dan
rasionalitas. Keduanya menyebabkan manusia tak memandang krusial lagi makna
interaksi pribadi serta lebih menonjolkan aspek nonpersonal. Lebih jauh
dijelaskan dalam posmodernisme, manusia hanya dianggap sebagai objek yang dapat
dinilai secara materi, dimana nilai tersebut ditentukan oleh seberapa besar
taraf laba yang dapat dihasilkan oleh seorang individu.
4)
Perspektif Interaksionis
Perspektif
keempat ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiologi yang juga menjadi
pengajar di departemen filsafat universitas Chicago yaitu George Herbert Mead.
Dilokasi tersebut, Herbert Mead mengajar mengenai konsep psikologi sosial.
Menurut Mead, ikut sertanya seseorang dalam sebuah kelompok sosial akan
mewujudkan konduite bersama yang dikenal sebagai budaya.
Dalam
perspektif interaksionis ini, ada dua teori yang relevan dengan pandangan
Herbert Mead tersebut. Kedua teori ini ialah teori hubungan simbolis dan teori
identitas. Dalam teori hubungan simbolis disebutkan bahwa konduite manusia akan
dipengaruhi adanya simbol yang diberikan orang lain dan demikian pula
sebaliknya. Simbol yang diberikan ini memiliki makna mengenai perasaan, pikiran
ataupun tujuan yang ingin disampaikan seseorang.
Sedangkan
dalam teori bukti diri yang digagas oleh Sheldon Styker, menyebutkan bahwa
terdapat banyak interaksi yang saling mempengaruhi pada setiap infividu dengan
susunan sosial yang lebih besar.
Teori Styker
ini didapat dari hasil kombinasi antara konsep peran serta konsep diri. Dengan
demikian, manusia akan memiliki pemahaman mengenai diri mereka sendiri yang
mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain. Semakin banyak peran yang dimiliki
seseorang dalam hubungan mereka dimasyarakat, maka bukti diri yang dimiliki
seseorang semakin banyak pula.
- E. PSIKOLOGI SOSIAL MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Pembahasan
tentang psikologi sosial sudah terpapar rapi pada bab sebelumnya, sekarang akan
diuraikan lebih mendetail perspektif islam yaitu menurut pandangan islam,
menurut pandangan islam psikologi lebih dicerna dengan baik dengan pedoman
kitab Allah Al-Qur’an dengan Al-Hadits, kita tahu bahwa “Psikologi” memiliki
arti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungannya sedangkan
“Sosial” dapat diartikan umum, universal atau sebagainya, jadi banyaknya firman
Allah tentang Hablu minannas atau yang lainnya, misalnya Allah berfirman dalam
surat An-Nisa ayat 36 yaitu kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia.
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur
ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur Ï 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur
É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur
ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷r& 3 ¨bÎ) ©!$# w
=Ïtä `tB tb%2 Zw$tFøèC
#·qãsù ÇÌÏÈ
36. sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh[6], dan teman
sejawat, Ibnu sabil[7] dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,
.
Di dalam
ayat tersebut Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada orang tua,
karib kerabat, anak yatim, orang-orang miskin tetangga terdekat dan tetangga
yang jauh, jadi bisa di ambil kesimpulan dalam firman Allah di atas bahwa
tingkat interaksi psikologi sosial sangat teraplikasi dalam surat tersebut yang
adanya saling sikap interaksi baik umum maupun pribadi bahkan sikap saling
toleran terhadap sesama membuktikan bahwa islam dalam kalamnya Al-Qur’an
menyuruh manusia melakukan apa yang ada pada asas-asas psikologi sosial. Selain
itu sabda Rasulullah Saw mengenai tentang psikologi sosial seperti diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
“Dari Abu
Hurairah r.a, berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Setiap anggota tubuh
manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau
berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong
seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau
mengangkatkan barangnya adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan
menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah
sedekah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pelajaran
yang terdapat dalam hadits:
- Bersyukur kepada Allah Ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
- Allah telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah Ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.
- Termasuk sedekah adalah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
- Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagai harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintu nya banyak.
- Anjuran untuk mendamaikan kedua belah pihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju sholat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.
- Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
- Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilan lah ditegakkan langit dan bumi.
Dari uraian
hadist diatas dapat digambarkan tingkat sosial manusia yang tinggi dan dapat
menyempurnakan rasa sosial menjadikan seseorang dipandang baik karena perbuatan
yang ia lakukan terhadap individu yang lainnya yang digambarkan dengan
bersedekah. Untuk menjaga kemuliaan dan kedudukan seseorang manusia sebagai
satu kesatuan maka islam meletakkan kaedah-kaedah yang akan menjaga hakekat
kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar individu maupun kelompok, ada
beberapa asas:
a)
Saling menghormati dan memuliakan sebagaimana Allah memuliakan manusia menjadi
keharusan setiap manusia untuk saling menghormati dan memuliakan, tanpa
memandang jenis suku, warna kulit, bahasa dan keturunan. Bahkan islam
mengajarkan untuk menghormati manusia walaupun menjadi mayat. Diriwayatkan
bahwa nabi Muhammad SAW berdiri Khusyu’ menghormati jenazah seorang Yahudi.
Kemudian seorang berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia jenazah Yahudi”.
Nabi Saw bersabda “bukankah dia juga seorang yang berjiwa?”
b)
Berlapang dada dan toleransi (tasamuh) sebetulnya makna tasamuh adalah sabar
menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan
amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan bathil menurut
pandangan kita. Seperti firman Allah di dalam Surah Al-Mujadillah ayat 11:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9
( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$#
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?
×Î7yz ÇÊÊÈ
11. Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
c)
Saling tolong menolong
Tabiat
manusia adalah makhluk sosial, karena tidak ada seorangpun yang mampu hidup
sendiri, tanpa bergaul dengan saudaranya. Dengan bermuamalah antar manusialah
akan sempurna pemanfaatan dan kegunaan. Disana banyak sekali kebutuhan seorang
individu yang tak mampu dipenuhi sendiri. Bahkan islam tidak sekedar
mengesahkan asas ini sebagai asas dalam hubungan antar manusia, tapi lebih jauh
lagi islam menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada pertolongan allah
SWT,. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Dan Allah selalu menolong seseorang selama
orang tersebut selalu menolong saudaranya.” (HR. Muslim) dan Allah berfirman
dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 2:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä w (#q=ÏtéB uȵ¯»yèx©
«!$# wur tök¤¶9$# tP#tptø:$# wur yôolù;$# wur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur
tûüÏiB!#uä |Møt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6t WxôÒsù `ÏiB
öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rß$sÜô¹$$sù 4 wur öNä3¨ZtBÌøgs ãb$t«oYx©
BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhÉ9ø9$# 3uqø)G9$#ur ( wur
(#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ
2. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah[8], dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id[9], dan jangan
(pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[10] dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Dalam ketiga
asas tersebut islam memberikan trainning motivation buat kita bahwa islam
sangat kental dengan yang berbau dengan interaksi sosial baik secara individu
maupun dalam suatu kelompok sosial, jadi pandangan islam terhadap psikologi
sosial sangat nyata buktinya banyaknya firman Allah dan Sabda Rasulullah yang
berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berdunia. Jadi
kita harus bangga menjadi orang muslim karena Allah sudah menjanjikan kepada
umatnya yaitu kenikmatan surga maupun akhirat, semoga termasuk orang-orang yang
mendapatkan rahmat-Nya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Psikologi
sosial adalah cabang psikologi yang berupaya memahami dan menjelaskan cara
berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran
orang lain. Kehadiran orang lain dapat bersifat aktual, diimajinasikan, dan
diimplikasikan. Teori-teori kontemporer dalam psikologi sosial itu adalah teori
behavioristik, teori belajar sosial, teori gestalt dan kognitif, teori
lapangan, teori pertukaran sosial, teori interaksionisme simbolik, teori
etnometodologi dan teori peran. Sumbangan suatu teori psikologi sosial untuk
menjelaskan suatu gejala perilaku sosial sangat bergantung pada kesesuaiannya
dengan karakteristik gejala yang dicoba dijelaskan. Ahli psikologi sosial dapat
berperan sebagai ilmuwan murni, ilmuwan terapan, dan praktisi profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian
Agama Republik Indonesia.2013.Al-Qur’an Al-Karim (Tajwid dan
Terjemahannya).Surabaya: UD Halim Publishing & Distributting.
Hadist
Bukhari dan Muslim.
Hanurrahman
Fattah.2012.Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
Santoso
Selamet.2014.Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung:PT Refika
Aditama
Gerungan,W.A.
2010. Psikologi Sosial.Bandung: PT Refika Aditama
Sejati
Sugeng.2012. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: TERAS
Netty
Hartati,dkk. 2003. Islam dan Psikologi.Jakarta: PT Raja Garafindo
Persada
[1] Dr.Fattah
Hanurrahman.2012.Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.Hlm.1
[2] Dr.Slamet
Santoso,M.Pd.2014.Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung:PT Refika
Aditama.Hlm.1
[3] Fisher,Ronald
J, Social Psychology: An Applied Approach (New York; St. Martin Press,
1982), hlm. 3-6.
[4] Kuppuswamy, B,
Elements of Social Psychology (New Delhi: Vikas Publishing House PVT
LTD, 1979), hlm. 11-12
[5] Fisher, Ronald
J,Social Psychology, hlm. 6-7.
[6] Dekat dan jauh
di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula
antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[7] Ibnus sabil
ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal.
Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
[8] Syi'ar Allah
Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat
mengerjakannya.
[9] Ialah:
binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu
telah diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah.
[10] Dimaksud
dengan karunia Ialah: Keuntungan yang diberikan Allah dalam perniagaan.
keredhaan dari Allah Ialah: pahala amalan haji.
Terimakasih atas artikelnya sangat bermanfaat Kampus terkemuka
BalasHapus