Selasa, 07 Juli 2015

Makalah Psikologi Sosial



MAKALAH
PSIKOLOGI SOSIAL
 
OLEH:
KELOMPOK VI
SONIA SWASTIKA (153.133.039)
REZA ARZIAN (153.133.038)
LINA APRILIANA (153.133.037)
AHMAD FATONI (153.133.040)





PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt,. atas nikmat dan rahmat yang diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai panutan atau pembimbing kita menuju kebahagian yang hakiki. Makalah yang berjudul “Psikologi Sosial” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah“Psikologi” . Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua teman yang telah membantu terutama kepada Bapak Zulkarnain,M.Si,. Selaku Dosen pembimbing mata kuliah “Psikologi”

Mengingat keterbatasan kami oleh karena itu kami selaku penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari segenap pembaca sekalian. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amiin.



Mataram,10 Mei 2015




(Penyusun)











BAB I
PENDAHULUAN
  1. A.    Latar belakang
Dalam upaya untuk lebih memahami psikologi sosial secara komprehensif, maka perlu dikemukakan beberapa pengertian psikologi sosial. Baron dan Byrne (2004) mengemukakan bahwa psikologi sosial adalah cabang psikologi yang berupaya untuk memahami dan menjelaskan cara berfikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain itu dapat dirasakan secara langsung, di imajinasikan, ataupun diimplikasikan.[1]
Sebagaimana ilmu-ilmu lain, psikologi sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi sosial. Perbedaannya, psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda dibandingkan ilmu-ilmu sosial lainnya. Psikologi sosial baru tumbuh sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri pada sekitar tahun 1900. Oleh karena itu, David Krech dan Richard S. Crutchfield (1948) menyebutkan dengan istilah “infant science” yang didalam praktik mencakup kehidupan sebagai individu ataupun anggota kelompok atau masyarakat.[2] Selanjutnya untuk memahami pembahasan psikologi sosial lainnya, di dalam makalah ini kami suguhkan pembahasan psikologi sosial mulai dari pengertian psikologi sosial, sejarah singkat psikologi sosial, Tokoh-tokoh psikologi sosial, Perspektif psikologi sosial secara umum, dan Psikologi Sosial menurut Perspektif Islam.
  1. B.     Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah:
  1. Apa Pengertian Psikologi Sosial?
  2. Bagaimana sejarah singkat Psikologi Sosial?
  3. Siapakah Tokoh-tokoh Psikologi Sosial?
  4. Bagaimana Perspektif Psikologi Sosial secara umum?
  5. Bagaimana Psikologi Sosial menurut Perspektif Islam?



  1. C.    Tujuan Masalah
Adapun Tujuan Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
  1. Untuk mengetahui pengertian psikologi sosial
  2. Untuk mengetahui sejarah singkat psikologi sosial
  3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh psikologi sosial
  4. Untuk mengetahui perspektif psikologi sosial secara umum
  5. Untuk mengetahui psikologi sosial menurut perspektif islam


















BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.    PENGERTIAN PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi sosial adalah ‘anak’ dari psikologi. Psikologi sendiri mempunyai arti sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip perilaku manusia. Sedangkan manusia itu tidak bisa hidup sendirian, karena ia memang pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia itu hidup dalam suatu sistem sosial. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem sosial disebut sosiologi.
Sistem sosial itu misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem sosial itu akan terjadi suatu proses sosial yang kompleks seperti perubahan sosial dan sosialisasi pada anak-anak. Jadi disini nampak bahwa sebagian area psikologi ternyata tumpang tindih dengan sosiologi.
Area yang ‘berbau’ psikologi dan sosiologi itulah yang dimaksud dengan psikologi sosial. Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana perilaku individu dapat dipengaruhi tetapi juga dapat mempengaruhi orang dalam situasi-situasi sosial.[3]
Ilmu ini sangat memperhatikan interaksi manusia dan Human relationship dalam dunia sosial. Ilmu ini juga memperhatikan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang mana hal itu erat hubungannya dengan kepercayaan, motif dan perilaku individu lainnya. Hal itu diekspresikan dalam proses-proses sosial yang kompleks.
Mempelajari psikologi sosial ternyata tidak sulit. Ini karena ilmu tersebut sangat erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, antropologi budaya, politik, ekonomi, sejarah, administrasi publik dan bahkan ilmu hukum.[4]
            Pertumbuhan dan perkembangan psikologi sosial yang berkaitan erat dengan sosiologi, antropologi dan psikologi, menyebabkan banyak definisi psikologi sosial yang diberikan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sosiologi, antropologi dan psikologi. Akan tetapi psikologi sosial yang merupakan ilmu pengetahuan sendiri juga memiliki definisi yang diiberikan oleh ahli psikologi sosial sendiri.
Definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli.
  1. 1.      Definisi dari Ahli Sosiologi
    1. a.      Theodore M. Newcomb (1958)
Social Psychology deal with the Association of Variations in the behavior of on more individual with variations in the social environment. (Psikologi sosial berhubungan dengan hubungan bermacam-macam tingkah laku seseorang atau lebih individu dengan bermacam-macam lingkungan sosial).
  1. b.      Watson (1966)
Social Psychology is the scientific study of human interaction. (psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang interaksi manusia)
  1. 2.      Definisi dari Ahli Psikologi
    1. a.      Hubert Bonner (1953)
Social Psychology is scientific study of individual behavior. (Psikologi sosial adalah lapangan pengetahuan tentang tingkah laku individu).
  1. b.      David Kretch, et-al (1962)
Social Psychology can defined as the science of interpersonal behavior event (Psikologi sosial dapat dibatasi dengan ilmu pengetahuan tentang peristiwa tingkah laku antar individu).
  1. 3.      Definisi dari Ahli Psikologi Sosial
    1. a.      Mc. David dan Herani (1968)
Social Psychology is the scientific study of the experience and behavior of individual in relation to other individuals, group and culture. (Psikologi sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan)
  1. b.      Oldentorff (1955)
Social Psychology is the science of individual behavior in relation to social situation. (Psikologi sosial adalah pengetahuan tentang tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial).


  1. B.     SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI SOSIAL
Sebenarnya disiplin psikologi sosial yang belum tertata secara mapan sebagai ilmu empiris tersendiri seperti sekarang ini sudah ada sejak zaman Yunani klasik sebagai bagian dari kajian disiplin ilmu filsafat. Tokoh-tokoh filsafat Yunani klasik yang dapat dikategorikan sebagai pemikir metafisika rasional psikologi sosial adalah Plato dan Aristoteles.
Perkembangan lanjutan psikologi sosial dapat ditemui pada pemikiran filsuf prancis dan bapak ilmu sosiologi Auguste Comte yang hidup pada abad kesembilan belas masehi (Cooper, 1996). Selain disebut sebagai pencetus awal lahirnya disiplin ilmu sosiologi, Auguste Comte juga dapat dipandang sebagai salah satu peletak dasar perkembangan psikologi sosial empiris yang lahir pada abad kedua puluh Masehi.
Sebagai ilmu empiris yang berdiri sendiri, kelahiran psikologi sosial ditandai dengan dipublikasikannya dua buku psikologi sosial yang bersifat monumental yang diterbitkan pada sekitar awal abad kedua puluh Masehi. Dua buku tersebut adalah Introduction to Social Psychology (Pengantar Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar Psikologi William McDougall pada tahun 1908 dan Social Psychology (Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu sosiologi A.Ross pada tahun yang sama (Stephan & Stephan, 1990).
Selain itu pada tahun 1924. Floyed Allport (dalam Baron dan Byrne, 2004) menulis sebuah buku yang berjudul social Psychology. Buku ini mengemukakan suatu diktum bahwa perilaku sosial dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kehadiran orang lain dan tindakan-tindakan orang lain. Dalam buku ini Floyed Allport memberikan deskripsi tentang topik-topik penelitian yang berhubungan perilaku sosial, yaitu topik konformitas sosial, topik kemampuan individu dalam memahami emosi orang lain, dan topik pengaruh audience terhadap kinerja penyelesaian tugas.
Segera setelah diterbitkannya buku yang ditulis oleh Floyed Allport ini, perkembangan ilmu psikologi sosial menjadi lebih pesat. Banyak topik-topik psikologi sosial baru mulai bermunculan dan selanjutnya dikembangkan pula metode-metode penelitian yang relevan dengan topik-topik itu. Demikian, sampai pada periode 1930an psikologi sosial menjadi bidang ilmiah baru dalam ilmu psikologi yang berkembang sangat pesat.
Pada saat terjadinya Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di Amerika Serikat dan Eropa, termasuk para ahli psikologi sosial, terlibat dalam pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan perang. Pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan  psikologi untuk upaya-upaya memenangkan perang pada bidang keilmuan dan bidang aplikasi psikologi sosial terutama terkait dengan perang psikologis dalam bentuk propaganda perang.
Setelah mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II, perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada periode pertengahan 1940an dan pada periode 1950an. Pada periode ini, perkembangan psikologi sosial ditunjukkan dengan mulai dilakukan penelitian terhadap pengaruh kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri kepribadian dan perilaku sosial, dan pengembangan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger pada tahun 1957.
Setalah masa Perang Dunia II berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt Lewin, memelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang lebih bersifat terapan (Hanurawan & Diponegoro, 2005). Pengembangan ilmiah psikologi sosial itu ke dalam bidang-bidang yang bersifat terapan pada saat ini lazim disebut dengan bidang psikologi sosial terapan (applied social psychology). Usaha-usaha pengembangan ke arah wilayah terapan itu tidak lepas dari ide yang dikemukakan oleh Kurt Lewin bahwa pengetahuan ilmiah sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari fungsi pengetahuan itu untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera . berdasarkan pada ide Kurt Lewin untuk mengembangkan ilmu psikologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara langsung bagi kesejahteraan manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang disebut dengan society for the Psychological Study of Social Issues (Masyarakat untuk Studi Psikologis tentang Isu-isu Sosial) (Sadava, 1997).
Pada periode 1960an, para pakar psikologi sosial mulai mengarahkan perhatiannya pada topik persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam kelompok, dan perilaku membantu orang lain yang membutuhkan bantuan (pro-social behavior). Pada periode 1970an, para pakar psikologi sosial mengembangkan topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi jenis kelamin, proses atribusi, dan perilaku lingkungan.
Pada periode 1990-an, para pakar psikologi sosial mulai mengembangkan secara lebih nyata aspek terapan teori-teori psikologi sosial, seperti pada bidang kesehatan, bidang media, proses hukum, dan perilaku organisasi. Pada era ini, banyak pakar psikologi sosial mulai berekspansi ke wilayah-wilayah profesi yang lain, yaitu dari departemen atau fakultas psikologi periode ini, seperti juga banyak terjadi dalam perkembangan psikologi wacana kritis. Wacana kritis ini kemudian memunculkan aliran psikologi sosial yang bersifat kritis (Critical social Psychology). Psikologi sosial kritis berupaya untuk memahami, menjelaskan, meramalkan dan merekayasa perilaku manusia dalam konteks sosial berdasarkan tujuan pencapaian perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat. (Hepburn, 2003).
  1. C.    TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI SOSIAL
Bapak Psikologi Sosial
Sering para mahasiswa bertanya-tanya siapa bapak psikologi sosial itu? Suatu pertanyaan yang wajar-wajar saja, namun ternyata sulit untuk menjawabnya. Ini dikemukakan oleh Fisher (1982),[5] tentang sulitnya menentukan siapa Bapak Psikologi Sosial sebenarnya. Ini karena para ahli ilmu pengetahuan sejati zaman dulu sebenarnya sudah mempelajarinya, meskipun tidak spesifik. Siapa sajakah para ilmuwan itu?
  1. 1.      Ahli-ahli Perintis Psikologi Sosial/The Forerunners Social Psychology
Ahli-ahli perintis psikologi sosial dipandang sebagai ahli-ahli yang membahas objek studi psikologi sosial walaupun pembahasan mereka sering dikaitkan dengan ilmu-ilmu sosial lain yang menjadi bidang keahlian mereka.
      Ahli-ahli perintis ini antara lain:
  1. a.      Plato, Aristhoteles, Montesquieu
Mereka adalah filsuf-filsuf sosial yang ajaran-ajarannya adalah bidang filsafat. Meraka membahas pula adanya kebiasaan, pembawaan, insting dan hubungan sosial yang ada dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, mereka blum dapat menerangkan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Dengan kata lain, mereka gagal mempelajari individu dengan lingkungan sosialnya
  1. b.      Steinbal dan Mozits Lazarus
Mereka adalah ahli-ahli antropologi bengsa jerman dan mereka memusatkan pada group mind and folk souls (jiwa kelompok dan roh rakyat). Mereka percaya bahwa tiap-tiap individu mempunyai jiwa dan tiap-tiap kelompok mempunyai jiwa tersendiri. Ternyata masing-masing jiwa tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku individu. Misal:
1)      Jiwa kelompok dapat menimbulkan tingkah-tingkah laku seperti kerja sama, berkorban, membela individu lain, dan sebagainya.
2)      Jiwa individu tercermib pada tingkah laku pendiam, mudah marah, mudah bergaul, dan sebagainya.
Tingkah-tingkah laku yang timbul dari kedua macam tersebut dapat saling mempengaruhi. Anehnya steinbal dan mozits lazarus tidak menyadari hubungan kejiwaan dengan tingkah laku ini di mana tingkah-tingkah laku tersebut bersifat sosial.
  1. c.       Herbert Spencer
Herbert spencer adalah ahli teori evolusi dari inggris dan ia sangat dipengaruhi oleh teori evolusi dari Charles Darwin.
Ajarannya konsep kehidupan sosial dimana kehidupan sosial merupakan proses penyesuaian secara terus-menerus terhadap faktor-faktor eksternal. Misal: alat rumah tangga, bentuk rumah, tata cara pergaulan, dan sebagainya , adalah hasil penyesuaian terhadap hal-hal yang ada sebelumnya .
Herbert spencer belum dapat menerangkan mengapa proses penyesuaian diri terus berlangsung dalam kehidupan.
  1. d.      Auguste Comte dan Emile Durkheim
Auguste Comte adalah ahli sosiologi yang ajarannya adalah masyarakat dan lembaga sosial dalam kehidupan manusia. Ia menyadari bahwa jiwa individu dapat dikembangkan melalui masyarakat dan individu selalu berada dalam tatar sosialnya. Namun ia belum dapat menerangkan hubungan individu dengan masyarakatnya.
Emile Durkheim menerangkan adanya wakil-wakil bersama (Theory of collective representation). Teori ini menunjukkan adanya wakil bersama salam pikiran individu dan tercermin dalam tingkah laku. Misalnya membantu teman, membela nama baik kelompok, dan kerja sama.



  1. 2.      Ahli-ahli Pendiri Psikologi Sosial ( The Founders of Social Psychology )
    1. a.      Gabriel Tarde (4846-4904)
Gabriel Tarde adalah seorang ahli hukum dan hakin di prancis, yang sudah barang tentu kerjanya berhubungan dengan hal-hal kejahatan. Dari hasil kerjanya ia menyimpulkan bahwa kejahatan timbul akibat peniruan (imitation).
Lebih jauh ia menyatakan peniruan adalah pangkal dari proses sosial dan merupakan kunci terhadap misteri kehidupan sosial, bahkan  masyarakat adalah peniruan. Sumbangan utama penemuan Gabriel Tarde adalah bahwa dasar proses sosial terletak pada kegiatan/aktivitas individu. Hal ini disebabkan karena elemen pokok peniruan (imitation) adalah penemuan individu (invention) selama proses peniruan berlangsung. Oleh karena itu, dalam peniruan selalu diperoleh kemajuan dibandingkan keadaan sebelumnya. Ajaran Gabriel Tarde dengan peniruan (imitation), ternyata memperoleh dukungan dari ahli-ahli seperti: Water Bogehat yang berpendapat bahwa manusia-manusia yang kuat menjadi objek peniruan dan mereka adalah Nation  Buildera (pembentuk bangsa). Lebih lanjut Bogehat berpendapat bahwa setiap masyarakat mempunyai kesamaan, yakni kecakapan untuk meniru.
  1. b.      Gustave Le Bon (1841-1931)
Dalam bukunya, The Crowd, ia menyatakan bahwa ciri pokok dari proses histori pada massa (crowd) adalah sugesti, sehingga pada situasi massa kecakapan berpikir individu tenggelam dan individu dikuasai oleh ketidaksadarannya karena adanya proses sugesti. Secara jelas Gustave Le Bon menggambarkan keadaan/situasi massa sebagai berikut: dalam situasi massa muncul proses sugesti yang dikembangkan oleh seseorang (kelompok). Kunci proses ini adalah kata-kata/kalimat yang dikembangkan oleh individu/kelompok tersebut. Proses sugesti kemudian menyentuh individu (individu-individu) lain yang ada di sekitarnya. Individu (individu-individu) itu kemudian merasakan sentuhan kata-kata/kalimatbtadi yang kemudian menguasai perasaannya. Dari sinilah individu (individu-individu) tersebut mempercayai apa yang didengarnya dan sebagai akibatnya individu/individu-individu tersebut melakukan tindakan yang kasar dan tidak masuk akal ( irrational). Misal: sekelompok demonstran yang berteriak histeris sambil melempar ke sana kemari. Jadi dalam situasi massa, kata Gustave Le Bon, berlangsung peristiwa suggestion, cortagion, implusineress, emotionality and credulity. Dari ajaran Gustave  Le Bon dapat disimpulkan bahwa tindakan individu merupakan akibat peristiwa sugesti.
  1. c.       Edward A. Roos
Edward A. Roos dipandang sebagai bapak psikologi sosial karena ia yang pertama menerbitkan buku Social Psychology. Ajarannya adalah bahwa tingkah laku individu berhubungan dengan lingkungan dan kemasyarakatnya. Hal ini tampak pada adanya kesamaan tingkah laku individu-individu seperti cara-cara berpakaian, kesamaan pemikiran, ketidaksenangan yang bersifat umum, sugesti, pengrusakan yang bersifat massal, dan tingkah laku panik yang dialami secara bersama.
Lebih lanjut ajaran Edward A. Roos mendasarkan diri pada ajaran sugesti dan ajaran peniruan (imitasi) yang diberikan oleh Gabriel Tarde dan Gustave Le Bon. Dalam praktik tingkah laku massal akibat adanya sugesti dan imitasi dapat dicontoh pada tingkah laku seperti: kebiasaan masyarakat, kesukaan akan mode, konflik, dan pendapat umum. Dengan kata lain, ini ajaran Edward A. Roos adalah penerapan sugesti dan imitasi pada macam-macam gejala sosial.
  1. d.      William Mac Dongall
William Mac Dongall berpendapat bahwa ada sejumlah insting pada individu sebagai dasar kehidupan sosial dan interaksi sosial. Juga semua aktivitas sosial dan kekuatan dorongan individu berasal dari dalam individu dan berupa pembawaan.
Contoh-contoh insting tersebut adalah terbang-takut, penolakan, menganggur, ingin tahu-keajaiban, kebapakan, kecenderungan perasaan, tidak senang-marah, dan sebagainya. Insting tersebut berpasangan satu sama lain. Namun ada sejumlah insting yang tampak berdiri sendiri seperti: reproduksi, membangun, kebanggaan, dan sebagainya.
Lebih lanjut Mac Dongall berpendapat bahwa insting sebagai motor utama dari semua kegiatan individu. Ajaran William Mac Dongall ini ternyata memperoleh dukungan John Dewey. Ajaran John Dewey  adalah hadist sebagai penggerak tingkah laku individu. Yang dimaksud hadist adalah hasil hubungan antara kecakapan individu ditambah dengan pengaruh blingkungan sosial. Selanjutnya ia berpendapat bahwa dasar psikologi sosial adalah hadist tersebut. George Herbert Mead dan C. H. Cooly berpendapat bahwa tingkah laku individu berasal dari kedirian sosial (social self). Yang dimaksud dengan kedirian sosial (social self) adalah kematangan kepribadian individu akibat dari interaksi sosial yang terus-menerus.

  1. D.    PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL SECARA UMUM
Dalam psikologi dikupas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan masalah psikologi sosial. Secara umum, terdapat empat point primer yang menjadi kajian perspektif psikologi sosial. Keempat perspektif tersebut ialah:
1)      Pespektif perilaku
Perspektif ini pada mulanya dikemukakan oleh John B. Watson. Diawal penelitiannya, watson menyarankan supaya perspektif ini bukan hanya sebuah alternatif untuk pendekatan instinktif. Namun menjadi sebuah alternatif primer yang terfokus pada masalah pemikiran, penceraha atau juga imajinasi. Secara umum, dalam perspektif ini kemudian dikembangkan kedalam dua teori turunan. Yang pertama ialah teori pembelajaran langsung atau social learning theory, serta teori petukaran sosial atau social exchange theory. 
Teori pembelajaran sosial dikemukakan oleh Neil Miller serta John Dollard. Menurut kedua orang tersebut, terjadinya aktivitas peniruan oleh orang lain terjadi bukan sebab faktor biologis. Namun, dalam proses peniruan tersebut terdapat unsur pembelajaran. Dengan demikian, apabila seseorang hendak berprilaku sebagaimana orang lain maka harus melalui tahapan belajar dan tak terjadi begitu saja.
Hal ini dapat dilihat seperti mode pakaian. Suatu tren mode berbusana yang ada ditengah masyarakat, biasanya muncul sebab adanya faktor orang lain yang sudah menggunakan jenis busana tersebut. Sehingga hal ini kemudian akan ditiru oleh orang lain jika merasa gaya busana tersebut mampu meningkatkan penampilan si pemakainya.
Sementara dalam teori pertukaran sosial, lebih melihat bahwa proses interaksi dengan orang lain lebih dimotivasi adanya imbalan. Teori ini dikemukakan oleh empat ahli yaitu John Thibaut serta Harlod Kelley nan merupakan pakar psikologi. Dan tifa orang oagi yaitu George Homans, Richard Emerson dan Petter Blau yang merupakan pakar di bidang sosiologi.
Menurut mereka, seseorang akan beprilaku sebagaiman orang lain apabila dalam proses tersebut terdapat unsur yang menguntungkan. Dengan demikian, konduite terjadi bukan semata-mata sebab sekedar meniru namun lebih didasarkan pada terdapatnya perhitungan. Yaitu apabila peniruan tersebut menguntungkan, mereka akan melakukannya dan apabila tak menguntungkan maka mereka tak akan meneruskan konduite tersebut.
2)      Perspektif Kognitif
Terdapat tiga teori yang menjadi landasan perspektif ini. Ketiga teori ini ialah Teori Medan, Teori Atribusi dan konsistensi sikap serta teori Kognisi Kontemporer. Teori Medan dikemukakan Kurt Lewin, yang melakukan kajian masalah konduite sosial dengan menggunakan pendekatan konsep medan atau ruang kehidupan. Menurut pandangan Lewin, buat apa memahami prilaku seseorang, kita harus mengkaitkannya dengan konteks lingkungan dimana konduite ekslusif dimunculkan.
Dengan demikian. Teori medan ini menguraikan mengenai situasi yang terdapat disekitar individu akan mempengaruhi perilakunya. Teori ini hampir menyerupai konsep gestalt, yang melihat bahwa keberadaan bagian atau unsur akan saling memiliki keterkaitan.
Sementara, teori Atribusi dan Konsistensi sikap dikemukakan oleh Fritz Heider seorang psikolog asal Jerman. Menurutnya, dengan pengorganisasian sikap. Merupakan sebuah cara buat menghindarkan terjadinya konflik. Prose pengorganisasian ini dilakukan dalam rangka “ sebab dan akibat ”. sehingga, kita dapat melakukan penyesuain dengan pemikiran orang-orang yang ada disekitar kita.
Lain lagi dengan teori Kognitif Kontemporer. Teori ini melihat manusia sebagai sebuah objek yang secara aktif menerima, menggunakan, merekayasa serta memindahkan informasi. Teori ini berupsat tentang bagaimana cara kita memproses informasi yang berasal dari lingkungan dalam susunan kepribadian kita. Teori ini meyakini bahwa konduite sosial tak dapat dipahami tanpa adanya informasi mengenai proses mental yang terpecaya.
3)      Pespektif Struktual
Perspektif sosial tersusun dari jalinan interaksi manusia melalui proses yang bersifat stabil. Struktur yang diterima seseorang, berasal dari struktur yang dibentuk oleh generasi terdahulu melewati proses sosialisasi. Ada tiga teori yang melandasi perspektif struktual, yaitu Teori Peran, Teori Pernyataan asa serta teori posmodernisme.
Teori peran dikemukakan Robert Linton. Dalam teorinya, Linton mendeskripsikan mengenai interaksi soaial melalui pengumpamaan seorang aktor yang bermain dalam film. Sehingga, seseorang akan menjalini kehidupan berdasar sesuatu yang sudah ditetapkan kepadanya. Contohnya, seorang dokter akan mengobati orang sakit dan polisi akan menagkap penjahat.
Sementara dalam teori pernyataan asa yang disampaikan oleh Joseph Berger dari Universias Stanford, melihat konduite dari sudut pandang mikro. Dimana dalam teorinya, Berger menyakini bhahwa seorang manusia akan memiliki asa yang baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain yang didasarkan pada tugas dan peran yang mereka miliki. Dan asa inilah yang akan mempengaruhi proses hubungan seseorang dalam sebuah kelompok.
Konsep berbeda dikemukakan dalam teori ketiga yaitu posmodernisme. Teori ini muncul sebagai tanggapan atas global modern. Dalam teori ini dikemukakan bahwa dalam kehidupan modern, seseorang akan kehilangan sikap individualitasnya . sikap individualitas seseorang akan terganti adanya kumpulan gambaran dari yang digunakan oleh manusia secara sementara dan buat selanjutnya ditingggalkan.
Menurut penganut posmodernisme, kondisi ini disebabkan adanya konsep kapitalisme dan rasionalitas. Keduanya menyebabkan manusia tak memandang krusial lagi makna interaksi pribadi serta lebih menonjolkan aspek nonpersonal. Lebih jauh dijelaskan dalam posmodernisme, manusia hanya dianggap sebagai objek yang dapat dinilai secara materi, dimana nilai tersebut ditentukan oleh seberapa besar taraf laba yang dapat dihasilkan oleh seorang individu.
4)      Perspektif  Interaksionis
Perspektif keempat ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiologi yang juga menjadi pengajar di departemen filsafat universitas Chicago yaitu George Herbert Mead. Dilokasi tersebut, Herbert Mead mengajar mengenai konsep psikologi sosial. Menurut Mead, ikut sertanya seseorang dalam sebuah kelompok sosial akan mewujudkan konduite bersama yang dikenal sebagai budaya.
Dalam perspektif interaksionis ini, ada dua teori yang relevan dengan pandangan Herbert Mead tersebut. Kedua teori ini ialah teori hubungan simbolis dan teori identitas. Dalam teori hubungan simbolis disebutkan bahwa konduite manusia akan dipengaruhi adanya simbol yang diberikan orang lain dan demikian pula sebaliknya. Simbol yang diberikan ini memiliki makna mengenai perasaan, pikiran ataupun tujuan yang ingin disampaikan seseorang.
Sedangkan dalam teori bukti diri yang digagas oleh Sheldon Styker, menyebutkan bahwa terdapat banyak interaksi yang saling mempengaruhi pada setiap infividu dengan susunan sosial yang lebih besar.
Teori Styker ini didapat dari hasil kombinasi antara konsep peran serta konsep diri. Dengan demikian, manusia akan memiliki pemahaman mengenai diri mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain. Semakin banyak peran yang dimiliki seseorang dalam hubungan mereka dimasyarakat, maka bukti diri yang dimiliki seseorang semakin banyak pula.
  1. E.     PSIKOLOGI SOSIAL MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Pembahasan tentang psikologi sosial sudah terpapar rapi pada bab sebelumnya, sekarang akan diuraikan lebih mendetail perspektif islam yaitu menurut pandangan islam, menurut pandangan islam psikologi lebih dicerna dengan baik dengan pedoman kitab Allah Al-Qur’an dengan Al-Hadits, kita tahu bahwa “Psikologi” memiliki arti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungannya sedangkan “Sosial” dapat diartikan umum, universal atau sebagainya, jadi banyaknya firman Allah tentang Hablu minannas atau yang lainnya, misalnya Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36 yaitu kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia.
* (#r߉ç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«ø‹x© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) “É‹Î/ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í‘$pgø:$#ur “ÏŒ 4’n1öà)ø9$# Í‘$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·‘qã‚sù ÇÌÏÈ  

36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[6], dan teman sejawat, Ibnu sabil[7] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
.
Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada orang tua, karib kerabat, anak yatim, orang-orang miskin tetangga terdekat dan tetangga yang jauh, jadi bisa di ambil kesimpulan dalam firman Allah di atas bahwa tingkat interaksi psikologi sosial sangat teraplikasi dalam surat tersebut yang adanya saling sikap interaksi baik umum maupun pribadi bahkan sikap saling toleran terhadap sesama membuktikan bahwa islam dalam kalamnya Al-Qur’an menyuruh manusia melakukan apa yang ada pada asas-asas psikologi sosial. Selain itu sabda Rasulullah Saw mengenai tentang psikologi sosial seperti diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
“Dari Abu Hurairah r.a, berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits:
  1. Bersyukur kepada Allah Ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
  2. Allah telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah Ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.
  3. Termasuk sedekah adalah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
  4. Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagai harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintu nya banyak.
  5. Anjuran untuk mendamaikan kedua belah pihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju sholat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.
  6. Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
  7. Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilan lah ditegakkan langit dan bumi.
Dari uraian hadist diatas dapat digambarkan tingkat sosial manusia yang tinggi dan dapat menyempurnakan rasa sosial menjadikan seseorang dipandang baik karena perbuatan yang ia lakukan terhadap individu yang lainnya yang digambarkan dengan bersedekah. Untuk menjaga kemuliaan dan kedudukan seseorang manusia sebagai satu kesatuan maka islam meletakkan kaedah-kaedah yang akan menjaga hakekat kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar individu maupun kelompok, ada beberapa asas:
a)      Saling menghormati dan memuliakan sebagaimana Allah memuliakan manusia menjadi keharusan setiap manusia untuk saling menghormati dan memuliakan, tanpa memandang jenis suku, warna kulit, bahasa dan keturunan. Bahkan islam mengajarkan untuk menghormati manusia walaupun menjadi mayat. Diriwayatkan bahwa nabi Muhammad SAW berdiri Khusyu’ menghormati jenazah seorang Yahudi. Kemudian seorang berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia jenazah Yahudi”. Nabi Saw bersabda “bukankah dia juga seorang yang berjiwa?”
b)      Berlapang dada dan toleransi (tasamuh) sebetulnya makna tasamuh adalah sabar menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan bathil menurut pandangan kita. Seperti firman Allah di dalam Surah Al-Mujadillah ayat 11:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? †Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râ“à±S$# (#râ“à±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_u‘yŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
c)      Saling tolong menolong
Tabiat manusia adalah makhluk sosial, karena tidak ada seorangpun yang mampu hidup sendiri, tanpa bergaul dengan saudaranya. Dengan bermuamalah antar manusialah akan sempurna pemanfaatan dan kegunaan. Disana banyak sekali kebutuhan seorang individu yang tak mampu dipenuhi sendiri. Bahkan islam tidak sekedar mengesahkan asas ini sebagai asas dalam hubungan antar manusia, tapi lebih jauh lagi islam menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada pertolongan allah SWT,. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Dan Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu menolong saudaranya.” (HR. Muslim) dan Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 2:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤¶9$# tP#tptø:$# Ÿwur y“ô‰olù;$# Ÿwur y‰Í´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§‘ $ZRºuqôÊÍ‘ur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs† ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r‘‰Ç`tã ωÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#r߉tG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur ’n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3“uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? ’n?tã ÉOøOM}$# Èbºurô‰ãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ  

2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah[8], dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id[9], dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya[10] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.



Dalam ketiga asas tersebut islam memberikan trainning motivation buat kita bahwa islam sangat kental dengan yang berbau dengan interaksi sosial baik secara individu maupun dalam suatu kelompok sosial, jadi pandangan islam terhadap psikologi sosial sangat nyata buktinya banyaknya firman Allah dan Sabda Rasulullah yang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berdunia. Jadi kita harus bangga menjadi orang muslim karena Allah sudah menjanjikan kepada umatnya yaitu kenikmatan surga maupun akhirat, semoga termasuk orang-orang yang mendapatkan rahmat-Nya.


















BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Psikologi sosial adalah cabang psikologi yang berupaya memahami dan menjelaskan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain dapat bersifat aktual, diimajinasikan, dan diimplikasikan. Teori-teori kontemporer dalam psikologi sosial itu adalah teori behavioristik, teori belajar sosial, teori gestalt dan kognitif, teori lapangan, teori pertukaran sosial, teori interaksionisme simbolik, teori etnometodologi dan teori peran. Sumbangan suatu teori psikologi sosial untuk menjelaskan suatu gejala perilaku sosial sangat bergantung pada kesesuaiannya dengan karakteristik gejala yang dicoba dijelaskan. Ahli psikologi sosial dapat berperan sebagai ilmuwan murni, ilmuwan terapan, dan praktisi profesional.













DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama Republik Indonesia.2013.Al-Qur’an Al-Karim (Tajwid dan Terjemahannya).Surabaya: UD Halim Publishing & Distributting.

Hadist Bukhari dan Muslim.

Hanurrahman Fattah.2012.Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Santoso Selamet.2014.Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung:PT Refika Aditama

Gerungan,W.A. 2010. Psikologi Sosial.Bandung: PT Refika Aditama

Sejati Sugeng.2012. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: TERAS

Netty Hartati,dkk. 2003. Islam dan Psikologi.Jakarta: PT Raja Garafindo Persada






[1] Dr.Fattah Hanurrahman.2012.Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.Hlm.1
[2] Dr.Slamet Santoso,M.Pd.2014.Teori-Teori Psikologi Sosial.Bandung:PT Refika Aditama.Hlm.1
[3] Fisher,Ronald J, Social Psychology: An Applied Approach (New York; St. Martin Press, 1982), hlm. 3-6.

[4] Kuppuswamy, B, Elements of Social Psychology (New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD, 1979), hlm. 11-12
[5] Fisher, Ronald J,Social Psychology, hlm. 6-7.
[6] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[7] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
[8] Syi'ar Allah Ialah: segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat-tempat mengerjakannya.
[9] Ialah: binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu telah diperuntukkan untuk dibawa ke Ka'bah.
[10] Dimaksud dengan karunia Ialah: Keuntungan yang diberikan Allah dalam perniagaan. keredhaan dari Allah Ialah: pahala amalan haji.

1 komentar: